Aku Ingin Kaya Harta, Kaya Hati

Aku ingin kaya harta, kaya hati. Kenapa? Itu sederhana saja. Aku ingin membagun panti untuk menampung anak-anak yatim-piatu, anak-anak jalanan, dan mendidik mereka. Aku ingin membangun sekolah, madrasah, pondok pesantren, apapun namanya, yang pasti itu adalah lembaga pendidikan. Sebuah lembaga yang tak hanya mendidik akademik, tapi mengutamakan keimanan. Aku ingin membangunkan rumah untuk mereka yang tak punya rumah. Aku ingin menolong sebanyak yang aku bisa. Aku ingin membangunkan sarana ibadah, sebuah Islamic Centre yang akan selalu dikunjungi orang untuk kegiatan positif. Aku ingin orang diriku menjadi berjasa kepada orang lain tanpa orang lain itu mengetahui atau mengingatnya.

Disaat orang lain sibuk mengumpulkan harta, bersenang-senang dan berpeluh dari harta kerja kerasnya, aku juga ingin seperti itu. Tapi cukuplah kesenanganku itu dengan cara berbagi kepada orang lain. Cukuplah senyum orang lain yang terbantu karenaku sebagai penghiburku.

Semoga siapapun yang membaca ini, akan selalu mengingatnya dan mengaminkannya untukku, untuk agama ini, untuk negeri ini. Dan semoga balasan terbaik adalah pengembalian dari Allah untukmu, pembaca.

0 komentar :

4 tipe wanita

Sekali lagi, ini tentang seseorang yang menyukai seseorang. Tipe-tipe ini sebenarnya diambil dari anime (kartun Jepang). Let's check it out...

1. Tsundere

Tsundere adalah akronim dari tsun tsun (ツンツン) dan dere dere (デレデレ). Tsun tsun sendiri adalah sifat yang berarti galak, dingin, jutek.
Tsundere adalah tipe perempuan yang berusaha menyangkal setengah mati perasaannya sendiri saat ia jatuh cinta. Dia mempunyai tipikal hot-blooded, cepat emosi (sesuai karakternya), dan ada juga yang menunjukkan sikap dingin, tapi di depan orang yang dia sukai menjadi penuh kasih sayang.
Ada juga yang mengatakan bahwa karakter tsundere itu adalah karakter yang awalnya cuek, tapi lama-kelamaan menjadi tertarik sama seseorang yang tadinya gak ada apa-apa sama orang itu.
Tipe ini susah didekati, tapi kalau sudah dekat, dia akan baik sekali sama kamu. Biasanya juga, cara ngomongnya ceplas-ceplos, dan kadang seenaknya.

2. Dandere
Dandere adalah  kependekan dari danmari (ダンマリ) yang artinya pendiam  dan dere dere. Dandere ini adalah karakter yang pemalu, pendiam, dan peka terhadap lingkungannya. Namun saat dia mencapai titik tertentu, dia bisa bertindak diluar dugaan terhadap orang yang disukainya, bahkan dia lebih progressif dari orang normal. Dia bisa juga malah menjadi salah tingkah, ngomong ngawur, atau blushing.
Katanya mendekati karakter ini susah, maklum lah... Pendiam. Tapi begitu kamu sudah dekat, kamu akan merasakan betapa baiknya dia, dan betapa sulitnya lepas dari dia.

3. Yandere
Yandere berasal dari kata yanderu (病んでる) yang berarti gangguan mental atau emosional. Ini adalah tipe yang paling parah dan ekstrim. Meskipun dari luar dia terlihat baik, namun kenyataannya dia punya semacam  kondisi psikopat dalam dirinya yang bisa muncul kapan saja. Yang paling ekstrim adalah, ketika ada orang lain yang menyukai atau mengincar orang yang dia sukai juga, dia tak segan untuk menggunakan kekerasan, menghancurkannya, melenyapkannya, membunuhnya, memberangusnya, dan tindakan-tindakan semacam itu. Ngeri kan...??
Bisa dibilang dia ini adalah karakter yang terlalu posesif,  hingga pada akhirnya sampai pada taraf 'pemujaan' terhadap orang yang dia suka.

4. Kuudere
Kuudere berasal dari kata serapan bahasa Inggris; cool. Dalam bahasa Jepang akhirnya diserap menjadi kuu (クウ). Kuudere ini adalah karakter dimana seseorang bersikap pendiam. Namun bedanya engan dandere, kuudere ini tak sepenuhnya emotionless seperti halnya dandere. Adakalanya dia menunjukkan emosinya Selain itu dia juga hampir sama dengan tsundere, jadi kadang agak susah membedakannya. Bedanya, cuma dia lebih dewasa dan bisa menjaga image dirinya dengan lebih baik.

Nah, setelah membaca uraian diatas, pasti masih ada sedikit tanda tanya, salah satunya apa itu sebenarnya dere dere (デレデレ)... Dere dere berarti menjadi penuh kasih sayang atau sedang jatuh cinta, dengan kata lain menjadi lovey dovey di depan orang yang disukainya.

Mana karaktermu? Hahaha...

0 komentar :

Teman, Sahabat, dan Orang Spesial

Perasaan dari kemarin tema bahasannya masalah itu-itu terus ya...? Masalah yang nyerempet-nyerempet 'hati', hahaha... Biarin deh... Lagi masanya...

Beberapa orang menganggap teman itu sama dengan sahabat. Padahal kalo kita ngitung rumusnya nggak bakal ketemu persamaan teman=sahabat. Soalnya nggak ada rumusnya...!!

******

Ini adalah pendapatku. Jadi silakan sanggah kalo bertentangan dengan keyakinan pembaca. Pertama, teman. Teman, menurutku adalah orang yang kita kenal, dan bisa kita ajak kompromi. Dia adalah orang yang tahu tentang diri kita dan kita pun tahu dia. Tapi bukan sekadar kenalan, lebih dari itu. Biasanya dia berinteraksi dengan kita, tapi antara kita dan dia tak ada hubungan yang spesial atau dekat, sebatas berkawan saja. Dan biasanya, teman ini adalah orang yang tak terbatas jumlahnya. Kamu bisa saja membuat hubungan pertemanan dengan siapa saja, berapapun, ratusan, ribuan, jutaan, suka-suka lo.

Kedua, sahabat. Yang ini lebih. Dia tak sekedar berkawan. Dia kenal kita, kita kenal dia. Dia tahu kita, kita pun tahu dia. Tapi uniknya, antara kita dan dia punya kesamaan ataupun perbedaan yang karena itu bisa menyatukan kita. Ada sebuah ikatan yang lebih kuat dari sekedar kenalan, rekan, kawan. Ikatan yang bahkan mungkin bisa jadi karena itulah dia atau kita mau mengorbankan sesuatu, entah diri kita, waktu kita, harta kita, untuk kepentingan lainnya. Jadi bisa dibilang senasib sepenanggungan. Karena tingkat pengenalan dari sahabat ini merupakan tingkat diatas pertemanan. Ia adalah pengenalan dalam taraf pemahaman. Jadi dia mengerti kita dan kita mengerti dia, meski tak terwujud ucapan atau tulisan.

Yang ketiga, orang spesial. Nah ini... Bedanya dengan dua yang diatas, orang spesial ini tak harus ada interaksi timbal balik dari kedua pihak. Bisa jadi pihak satu menganggap pihak dua itu orang spesial, tapi ternyata pihak kedua menganggapnya biasa saja. Bisa jadi. Kadang juga, perasaan 'pengagungan' terhadap seseorang ini disembunyikan dalam hati, atau ditutupi dengan dalih kagum, terpesona, dan semacamnya. Atau, kadang ada juga yang menyikapinya dengan sikap cuek, atau ada yang diam-diam tapi memperhaikan. Sebenarnya banyak sekali penyikapan-penyikapan seseorang ini, tergantung karakter dan kepribadian seseorang. Ada juga yang paling parah menurutku, ditunjukkan all out tanpa sensor di khalayak. Ini benar-benar sikap cuek (kepada lingkungan sekitar) yang ekstrim dan menurutku terkesan kebablasan. Bagiku, yang elegan itu, meski kita menganggap seseorang itu spesial, biarkan saja kita tetap bersikap (sok) cuek. tak perlu sampai mencari-cari perhatiannya, karena toh tak ada gunanya. Biarkan saja apa adanya, nantinya pasti waktu yang akan menyingkap tabirnya, entah dengan jawaban ya atau tidak. Oya satu lagi, biasanya, orang yang dianggap spesial itu adalah lawan jenis, tau sendirilah kenapa... Meski ada juga beberapa yang menganggap se-sama jenisnya spesial (ini bukan maho lho... seperti yang kukatakan sebelumnya, bisa jadi itu kekaguman).x

0 komentar :

Broken Heart

Patah hati? Ah, entah tiba-tiba aku menuliskan ini. Tak tau apa yang membuatku terlintas pikiran ini, tapi satu hal, itu adalah pengalaman pendewasaan diri. Seseorang yang patah hati, ia akan berada di persimpangan dua jalan. Antara 1) dewasa dan 2) cengeng, kekanak-kanakan, alay, mendramatisir, atau semacamnya. Pilihan pertama, tentu dengan patah hati itu ia menjadi rasional, memikirkan bahwa tak hanya ada satu laki-laki atau wanita di dunia ini. Banyak, ada banyak yang bahkan lebih baik. Atau, ia merupakan pelatihan mental, jiwa, perasaan agar menjadi lebih kokoh, tegar. Ia akan terus melatih dirinya untuk berlapang dada dan menerima kenyataan. Tak perlulah berlarut-larut, karena mentari akan selalu terbit dari gelapnya malam. Selalu ada jalan keluar dari setiap solusi, itu keyakinannya. Jika satu tak menerima, maka ada ribuan bahkan jutaan hati yang menunggu terisi. Jadi tak ada alasan untuk bertingkah lembek setelah itu.

Pilihan kedua, ia menjadi semakiiiiiiiiiiinn melankolis. Status FB galau, tweet galau, postingan blog galau, sampe hasil ujian pun ikutan galau. Ia tak tau hakikat sebenarnya tentang cinta; cinta sejati takkan mengekang, ia akan membiarkan bebas memilih, ia takkan meleset. Ia tak menemukan itu dalam dirinya. Ketika seseorang meninggalkannya, atau mencampakkannya, atau bertepuk sebelah tangan, ia menjadi tak terima, kenapa harus berakhir begini... Ia menyesal mengorbankan perasaannya pada jiwa yang mengharapkannya. Ia merasa usahanya sia-sia. Arah berjalannya tak menentu kembali setelah ia merasa dituntun ke suatu jalan yang lebih penuh arti. Namun satu hal yang ia terlupa, apakah itu suatu cinta? Atau mungkin itu hanya sebuah bentuk rasa posesif? Ia tak tau bedanya.

Bicara tentang patah hati, geli juga kalo pertanyaan 'pernahkah kamu patah hati?' kutanyakan pada diriku sendiri. Secara, ini agak membingungkan, tapi ya sudahlah...

Aku pernah. Mungkin. Nggak tau juga sih itu, apa bener namanya patah hati itu seperti itu. Dulu, aku pernah suka sama seseorang. Tapi semua berubah sejak negara api menyerang. Bukan! Semua berubah sejak aku masuk sekolah tingkat 3. Mungkin, seingatku saat itu tahun kedua. Ya, di kelas bertembok hijau itu, dalam bentuk heksagonalnya, semua bermula. Hingga suatu saat, entah kenapa tiba-tiba aku dan temanku ini saling diam saat masalah ini (yang berhubungan dengan seorang perempuan). Entah, karena tiba-tiba benci, atau salah tingkah masing-masing kita. Aku ingin bicara, tapi tak bisa. Kelu. Hmmm, apa yang terjadi, ada apa denganku? pikirku. Tapi ya sudahlah, meski begitu, seiring waktu kami normal lagi. Namun sejak itu, aku jadi merasa illfeel kalo bicara, apalagi di dekatnya dan membahas masalah itu. Jadi kuputuskan untuk menyimpannya dalam-dalam, sedalam hatiku tanpa harus kugali lagi suatu saat nanti.

Tahun ketiga, aku lalu lulus. Tak merasa. Tak apalah. Semua sudah lewat. Kemudian aku masuk sekolah tingkat berikutnya. Awal-awal, di tahun pertama, teman-temanku mengenalku masih dengan kenangan lama itu. Meski begitu, aku tau apa yang sebenarnya terjadi, bertepuk sebelah tangan, itu dugaan kuatku. Hahaha, tak masalah, toh sekarang hatiku sudah kebal, atau mungkin membeku dengan hal itu.

Di tahun kedua itu, aku mulai merasa ada yang berbeda dengan hatiku. Ada perasaan baru muncul. Semakin lama kuperhatikan, eh ternyata kejadian lagi. Kok bisa??? Ah tak taulah... Dalam satu organisasi pula mungkin yang membuatku semakin bertambah rasanya. Tapi awalnya aku benar-benar cuek, bahkan berkata dengan kolotnya, mereka semua gak ada yang menarik. Kualat deh! Semua benar-benar telah terbalik. Hingga sekarang pun, kurasa dirinya takkan pernah menyadari ini. Mungkin, aku tak tau juga. Tapi biarlah, tau atau enggak itu bukan urusanku. Urusanku sekarang adalah menyelesaikan tulisan ini sampai titik koma terakhir. Oya, ngomong-ngomong, ada yang tau obat jerawat yang ampuh nggak?

Memang akan menjadi hal yang merepotkan jika hati kita telah terlanjur memilih seseorang untuk menjadi someone special dalam hidup kita, karena ketika ia pergi dari hadapan kita, ia akan membawa serta semua perasaan kita. Akhirnya kita akan menjadi manusia yang kehilangan perasaan seperti anak yang kehilangan orang tuanya di mall, toko, pasar, atau tempat keramaian lainnya. Kemudian datanglah galau tak berujung itu, yang hanya bisa ditepis dengan ketegaran hati. Saranku, jika kamu suka seseorang, maka pendamlah sedalam-dalamnya, karena tak ada gunanya disampaikan ke khalayak kalo kamu belum siap menanggug bebannya. Kesalahan fatalku adalah, teman-temanku terlalu berkoar-koar dalam masalahku ini, padahal mereka tak mengerti seperti apa yang ada di dalam hatiku. Tch!!

Berawal dan berakhir tidak jelas. Itu saja untuk saat ini. Karena kejelasan saat ini pun tak membawa apa-apa untuk diriku. Biarlah kabut tetap menyelimuti sampai datangnya mentari yang cerah.

Untukmu, berjuanglah. Banyak masalah yang lebih besar dibanding hal ini. Jangan melow, jangan jadi orang lembek. Masalah akan selalu menantimu. Salam semangat!

3 komentar :

Kebesaran hati, bukti kesadaran akan sebuah keikhlasan

Tak terelakkan, dunia ini menguji kita dengan bertubi-tubi duka maupun suka, cobaan dan derita, tawa dan canda. Pun dengan orang-orang di sekitar kita, tak jarang berbagi bahagia, ataupun melempar dera. Sebagai manusia normal, pasti ada rasa di jiwa, entah marah, sedih, senang, atau lainnya. Namun ketika rasa itu berkonotasi negatif, terkadang kita seolah menyempitkan hati kita dalam menerimanya. Membuatnya hingga batas tertentu kemudian seolah tak tertahankan, padahal masih ada jutaan ruang kosong di hati kita, andai kita mau membukanya. Namun kenyataan, kita menutup ruang itu. Ruang hati. Dimana semua perasaan akan bermuara.

Jika kita mendapat ketidaknyamanan, maka kita tak jarang mengeluh. Kemudian hati kita, kita sempitkan hingga menyesak. Lalu kita mengutuki nasib, kenapa begini kenapa begitu. padahal itulah ujian. Itulah cobaan. Kita tak mau bersabar sedikit lagi, tapi justru mendahulukan egois. Kita tak mau menerima kenyataan, tak mau menerima kesusahan yang datang, padahal ribuan kali kita dijejali nasihat tentang hakikat ujian dan cobaan. Seolah lupa apa yang telah tersampai di waktu-waktu lalu. Semua terbuang begitu saja.

Inilah poinnya. Sebuah kesadaran adalah mutlak diperlukan untuk menyelesaikan semua urusan ini. Sebuah kesadaran yang melingkupi hati kita dan membuka pintu-pintu ruang yang terkunci. Kunci dari ruang-ruang itu sebenarnya hanya ada satu, yaitu keikhlasan. Sebuah keikhlasan ibarat hujan di tanah gersang dalam kaitannya untuk menangani permasalahan yang membuat hati gerah. Sebuah keikhlasan adalah embun di pagi hari. Sebuah keikhlasan adalah air tawar diantara air asin. Terkadang ia sulit dijangkau, sulit didapat. Namun akan sangat berharga nilainya saat dalam genggamanmu. Ialah yang mendinginkan yang panas, yang meneduhkan yang terik, yang menyemai yang gersang, yang menjaga yang terancam.

0 komentar :

Bahagia, disyukuri dan disabari

Ketika kita mendapat uang, kita senang. Wajar. Ketika mendapat nilai baik, kita senang. Wajar. Ketika rezeki bertambah, kita senang. Wajar. Senang dan bahagia itu beda-beda tipis, sampe-sampe aku tak tau bedanya. Tapi, yang pasti, mereka akan muncul ketika kamu mendapat apa yang kamu suka, bukan yang kamu benci. Sangat sedikit, bahkan tak ada ketika seseorang mendapat cobaan, musibah, uang hilang, dicopet, dirampok, dimarahi, kemudian orang itu akan senang, bahkan minta diulangi lagi untuk kedua kalinya, ketiga, keempat, dan seterusnya. Hal yang tak jauh beda jika itu terjadi pada kita. Itu adalah sebuah pandangan wajar. Pandangan kebanyakan orang. Namun, pernahkah bertingkah senang atau bahagia ketika cobaan itu datang? Pernah, mungkin. Tapi sulit. Karena semua itu berhubungan dengan keikhlasan. Melakukan apa yang dibenci hati adalah perkara yang tak semua orang bisa dan mau. Namun, orang-orang yang berjiwa lapang selalu bisa melakukannya. Mereka adalah orang-orang yang berjiwa pahlawan, yang berani dan bersedia menanggung rasa sakit untuk menukarnya dengan kebahagiaan. mereka melihat sesuatu dibalik sebuah masalah. Itu yang mereka sebut keuntungan. Maka tak heran, mereka takkan berfokus pada masalah yang menimpa mereka, namun kesyukuran dan kebahagiaan serta kesabaran mereka muncul dari pemahaman mengenai masalah mereka yang mereka yakin bahwa itu akan menjadikan mereka lebih kuat dan hebat. Maka mereka bersabar. Maka mereka bersyukur. Maka mereka bahagia. Maka mereka kuat. maka mereka hebat. Maka mereka terpilih. Disini, mereka memberikan poinnya, bahwa masalah takkan bisa dihindari. Ia akan selalu ada dan ada. Namun, orang hebat akan memandang masalah sebagai keuntungan, sehingga mereka akan menerimanya dengan ikhlas, dan menjalaninya. Sebesar apapun masalahnya, ia akan tetap menganggap bahwa Tuhannya jauh lebih besar dari masalahnya. Maka ia bersabar. Maka ia bersyukur. Maka ia bahagia. Maka ialah pemenangnya. Ia memenangkan jiwanya diatas perasaannya.

0 komentar :

Sajak Pelangi

Hujan terus menerus mendera bumi yang kering kerontang. Tetes demi tetes terus menghujam membasahi tanah tandus itu. Deras. Seolah bumi begitu kehausan akan air dan Tuhan memberikannya minum hingga puas. Aku memandang dengan seksama tetes-tetes itu yang terus terjatuh membentur setiap jengkal tanahnya. Aku tersenyum. Entah, karena apa. Namun jiwaku terasa puas, senang dengan kehadirannya. Tiba-tiba terlintas begitu saja pikiran bersama sosok yang telah lama terpendam dalam hatiku itu. Sebuah sosok yang kukenal baik, yang kini kami pun tak pernah saling sapa karena jauh jarak dan sibuknya masing-masing kami.

Hujan terus menetes deras, membawa kenangan yang semakin menguat. Dua tahun lalu kupikir, aku sempat merenda indahnya hubungan bersama, persahabatan. Meski jika dikata, sekarang pun kami masih dan tetap akan bersahabat, tapi yang kumaksud adalah bercanda dan berbagi bersama. Sebuah pemandangan indah jika dilukiskan, ibarat pelangi selepas hujan di tengah padang rumput hijau yang luas.

Aku tertegun. Tak lama hujan pun juga berhenti. Aku menatap langit. Langit yang berawan, sedikit keabu-abuan. Terlihat beberapa garis sinar di langit siang ini, membentuk sebuah 'jalan cahaya'. Indah, kupikir. Di sudut mataku yang lain, aku mendapati sebuah objek yang tak kalah indahnya, pelangi. Melengkung dengan anggunnya dalam balutan warna-warni yang menawan. Aku teringat kembali memori lamaku. Sebuah pesan singkat yang sebenarnya pun biasa jika diucapkan, namun bagiku itu sangat berarti karena pesan itu dikatakan sebelum perpisahan kami. Dia berkata, bahwa di setiap hujan dan badai, akan selalu muncul pelangi setelahnya jika cahaya menyinarinya. Maksudnya, masalah seperti apapun juga ketika kita hadapi dengan 'cahaya' atau kebaikan, maka akan berujung kebaikan juga. Itu yang kuingat.

Aku tersenyum getir. Menunggu suatu saat dimana kami bisa bertemu kembali. Suki dayo... itsumo...

1 komentar :