. . . . .

Kau tau, terkadang aku ingin benar-benar melawan diriku sendiri. Maksudku, yaah mungkin aku terlalu berfikir anarkis, tapi aku benar-benar ingin menghajar diriku sendiri suatu ketika nanti. Mereka bilang, "bagaimana mungkin kau bisa kalahkan musuhmu kalau dirimu saja tak bisa kau kalahkan?" atau "bagaimana bisa kau tundukkan lawanmu jika kau tak bisa tundukkan dirimu?"

Aku mulai sebal dengan kata-kata itu. Aku ini orang yang kadang gak mau dengar kata orang, kadang keras kepala, nekatan, dan unpredictable, jadi bagitulah satu-satunya cara tercepat yang bisa kupikirkan untuk membuat diriku tunduk.

Andai pukulan hanya menimbulkan takut tanpa sakit, aku akan izinkan semua orang memukuliku untuk menenangkan diriku.

Tapi itu terkadang...

Terkadang yang lain, aku begitu melemah. Bahkan untuk tetap menatap jalan lurus di depan. Maka terkadang hanya kata saja mampu membuatku terdiam, tunduk.

Kau tau, jiwaku ini seperti lautan. Yang kadang tenang kadang bergelombang. Kadang bergelombang diatas namun tenang di bawah, atau kadang tenang namun berarus deras di bawahnya. Ah, jika saja ada bulan yang bisa mengendalikan pasang surut air lautku atau hewan-hewan indah yang merenangi kedalamanku, aku takkan menyakiti mereka.

Terkadang aku melampiaskan kekesalan terhadap diriku sendiri. Aku ingin berlari, jauh dan jauh, hingga kaki-kakiku tak mampu lagi bergerak. Agar mereka tahu seberapa ingin diriku lepas dari sifat menyebalkanku ini. Aku ngin berteriak sekencang-kencangnya, hingga suaraku tak mampu lagi untuk kukeluarkan. Agar dia tau, bahwa aku benar-benar ingin meneriaki diriku sendiri, ingin agar diriku benar-benar mendengar teriakan dari dasar jiwaku yang telah terpendam lama. Dan aku ingin, suatu saat nanti orang-orang yang melihatku menemukan sosok baru yang membuat mereka tersenyum. Aku ingin...

Selamat tinggal...

0 komentar :