Sekilas Penakhlukan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih

Kalau ditanya tentang sebuah penakhlukan yang luar biasa, maka sejarah dunia telah mencatat bahwa penakhlukan Konstantinopel adalah penakhlukan terdahsyat yang pernah terjadi. Adalah sultan Mehmed II atau dikenal sebagai Muhammad Al Fatih, anak dari sultan  Murad II, sultan dari Khilafah Utsmaniyyah, yang melakukannya. Saat itu usianya baru 21 tahun, namun prestasinya telah melebihi zaman dan usianya. Ini dikarenakan kedekatannya kepada Allah dan kecerdasannya dalam strategi perang yang akhirnya membawa kemenangan. Rasulullah pernah bersabda,
لتفتحن القسطنطينية فلنعم الأميرأميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش
Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat Amir (panglima perang) adalah Amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya. (HR Ahmad)
Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa Konstantinopel hanya akan ditakhlukkan oleh pemimpin dan pasukan terbaik. Menyadari hal itu, maka sultan Mehmed pun berusaha untuk menjadi ‘sebaik-baik pemimpin’ tersebut.
Sebenarnya penakhlukan Konstantinopel sendiri telah dilakukan oleh banyak Muslimin dari berbagai zaman, namun hal itu belum berhasil hingga kemudian sultan Mehmed yang menjadikannya terrealisasi. Adalah Abu Ayyub Al Anshari yang pertama berkeinginan dan bersikeras ikut dalam usaha pengepungan Konstantinopel yang dilakukan Mu’awiyah pada tahun 44 H atau 678 M. Saat itu usia beliau adalah 80 tahun. Namun saat dalam perjalanan, beliau –Abu Ayyub sekarat. Lalu beliau berpesan kepada Yazid yang saat itu ikut dalam pengepungan,
“Bila aku wafat, bawalah jasadku di atas kuda dan biarkan dia lari sejauh jarak yang dapat dicapai mendekati musuh, aku ingin jasadku dikubur di tengah medan pertempuran atau yang dekat dengannya sehingga di akhirat nanti aku mendengar derap kaki kuda dan gemerincingnya pedang.”
Setelah Abu Ayyub gagal, maka usaha berikutnya dilakukan oleh Maslamah bin Abdul Malik pada 98 H. Kemudian usaha dilanjutkan lagi oleh Khalifah Harun Ar Rasyid yang dikenal sebagai Khalifah yang kaya pada190 H, namun masih gagal. Kemudian tahun 796 H, kakek sultan Mehmed, Beyazid I melakukan pengepungan. Setelah gagal, kemudian sultan Murad II yang melanjutkannya. Namun ternyata gagal pula. Karena itu, beliau berazam jika memang dirinya tak bisa menakhlukkannya, maka anaknyalah yang harus menakhlukkannya. Maka dididiknyalah Mehmed kecil dengan didikan yang disiplin dan kontinyu. Dua orang syaikh ditugaskan untuk secara khusus membimbingnya. Syaikh Ahmad Al Kurani, salah seorang syaikh yang diberi amanah mendidik Mehmed, berhasil menjadikannya seorang hafidz Qur’an dalam usia 7 tahun. Kemudian syaikh yang satunya, syaikh Aaq Syamsuddin, mendidiknya denagn berbagai disiplin ilmu, mulai dari pemerintahan, perang, strategi berperang, fisika, astronomi, dan lainnya. Maka syaikh inilah yang sangat mempengaruhi diri Mehmed, hingga ketika dalam pengepungan ia tak melihat adanya jalan keluar, maka ia pun mengadu ke syaikh Syamsuddin.
Sebelum memulai pengepungan, sultan Mehmed melakukan blokade akses terhadap Konstantinopel. Ia membangun benteng Rumeli Hisari (throat cutter) di selat Bhosporus dan berhadapan dengan benteng buatan kakeknya, Anadolu Hisari (Benteng di Anatolia/Asia Kecil). Setiap ada kapal yang lewat tanpa izinnya, maka akan langsung ditembak hingga karam. Maka keadaan ini menyulitkan Constantine XI Palaiologos, penguasa Konstantinopel untuk mempersiapkan segala perlengkapan perang dan logistik. Pada tanggal 6 April 1453, sultan Mehmed memulai penyerangan umum ke Konstantinopel. Penyerangan dibagi 3 arah, dari utara beberapa kapal ditugaskan untuk menembus ke Konstantinopel melalui selat Tanduk Emas (Golden Horn). Dari selatan, 400 kapal mengepung Konstantinopel dari laut Marmara. Dan dari barat, 250.000 pasukan mengepung di depan tembok Konstantinopel yang panjangnya 7,5 km berikut beserta meriam-meriamnya.
Pada awal-awal penyerangan, ternyata kemenangan tak berpihak pada pasukan Muslim. Mereka direpotkan dengan kapal-kapal pasukan musuh yang ternyata lebih besar dan awaknya lebih ahli di lautan, juga oleh tembok kota yang ternyata sulit ditembus. Pada bagian selat Tanduk Emas pun tak bisa ditembus karena ternyata dihalangi oleh rantai raksasa yang membentang dari Konstantinopel sampai menara Galata di seberangnya. Maka sultan Mehmed terus berfikir keras untuk menyusun serangan-serangan kejutan agar dapat mengacaukan pertahanan mereka.
Pada 21 April 1453, sultan Mehmed menginstruksikan untuk pemindahan kapal perangnya ke dalam selat Tanduk Emas melalui bukit Galata. Maka keesokan paginya 72 kapal telah berbaris di selat Tanduk Emas. Hal ini menambah horor bagi pasukan musuh. Kemudian sultan Mehmed terus melakukan pengepungan dan penyerangan tiada henti untuk melelahkan pasukan musuh. Pada tanggal 27 Mei 1453, sultan Mehmed menyuruh untuk berhenti berperang dan menyuruh pasukannya beribadah kepada Allah. Maka pada malamnya, tak ada suasana yang lebih indah dari saat itu. Lantunan ayat-ayat Al Qur’an terdengar dimana-mana, hadits-hadits terutama tentang keutamaan penakhlukan Konstantinopel terus diulang-ulang dibacakan, satu sama lain antarpasukan saling menasehati, ibadah-ibadah mereka kerjakan dengan semangat. Para ulama pun diturunkan untuk ikut menyemangati dan membimbing mereka. Lalu pada keesokan harinya, mereka tidak berperang sama sekali melainkan berpuasa sunnah hingga pasukan musuh mengira mereka telah menyerah.Saat itu sultan Mehmed berkhotbah, “Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti, maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini, yang berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini, akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu didepan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran.”
 Tanggal 29 Mei 1453 adalah klimaksnya. Saat itu masih dini hari, namun peperangan telah dimulai. Pasukan Muslim menyerang dari beberapa titik hingga banyak korban berjatuhan dari kedua pihak. Namun hal itu tak menyurutkan langkah mereka. Hingga waktu Shubuh tiba, pasukan Muslim berhenti dan melaksanakan shalat Shubuh. Setelah itu, mereka memulai lagi penyerangan. Pada pagi hari, sebelum matahari terbit, Konstantinopel berhasil ditakhlukkan. Akhirnya setelah 54 hari pengepungan, dan 825 tahun penantian, Konstantinopel jatuh di tangan pemuda yang luar biasa. Setelah penakhlukkan, sultan Mehmed menuju gereja terbesar di Konstantinopel, Hagia Sophia, dan melihat banyak warga menangis ketakutan. Melihat itu, beliau berkata bahwa hidup dan harta mereka dijamin. Setelah itu beliau mengubah gereja itu menjadi masjid (namun sayangnya sekerang telah menjadi museum).
Apa hal yang dapat kita ambil dari cerita di atas? Ada beberapa hal :
1.      Kemenangan tak ditentukan oleh banyaknya pasukan, namun oleh kedekatan kita terhadap Sang Pemberi Kemenangan.
2.      Sikap disiplin dan keinginan kuat mutlak ada jika menginginkan sebuah kemenangan.
3.      Mental ‘See beyond the eyes can see’ wajib dimiliki, karena itulah inti dari ajaran Islam, aqidah Islam. Mempercayai sesuatu yang tak terlihat oleh mata. Sebagian perkara keimanan dalam Islam tak bisa dilihat mata kita saat ini, seperti Allah, malaikat, surga, neraka.
4.      Shalat menjadi senjata bagi Muslim dalam menghadapi masalahnya. Kita tahu bahwa sejak usia baligh sultan mehmed tak pernah ketinggalan 1 rakaat pun dalam shalat fardhunya di masjid. Shalat sunnah pun selalu ia kerjakan. Bahkan shalat tahajjud tak pernah lupa, maka ia dijuluki The Night Blade, Sang Pedang Malam. Kita lihat juga bahwa semua pasukannya tak pernah tertinggal shalat fardhu sama seperti sultan Mehmed, dan sebagiannya selalu mendirikan shalat sunnah.
5.      Komitmen terhadap nilai-nilai dan syari’at Islam akan membawa kemenangan dan kebaikan.



[MAHMUD NUR KHOLIS]

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply