Dakwah-prolog

Dakwah adalah tugas utama dari para nabi dan rasul. Dengan dakwah ini pula Islam tersebar ke seluruh pelosok dunia seperti cahaya yang menelusup hingga celah-celah hutan yang dalam.

Dakwah berarti aktivitas menyeru. Kepada siapa? Tentu kepada manusia. Menurut syar'i, makna dakwah adalah da'watunnas ilallah bil hikmah wal mau'idzatil hasanah hatta yakfuru biththagut wa yu'minu billah liyukhriju minadzdzulumatil jahiliyyah ila nuril islamiyyah (dakwah kepada manusia dengan hikmah dan pelajaran yang baik sehingga mereka meninggalkan thaghut dan beriman kepada Allah agar mereka keluar dari kegelapan jahiliyyah menuju cahaya islamiyyah) . Jadi dakwah adalah menyeru kepada manusia. Apa yang kita seru ini tentunya adalah kebaikan. Kita mengajak orang lain kepada kebaikan, dengan jalan hikmah dan mau'idzatil hasanah. Allah berfirman dalam An Nahl : 125, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.". Dalam ayat ini, yang dimaksud hikmah adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Sedangkan mau'idzatil hasanah adalah pelajaran yang baik, dengan kata lain bisa juga diartikan sebagai teladan yang baik. Seperti apa teladan yang baik itu? Maka lihatlah Rasulullah dalam kesehariannya, niscaya akan kita temukan sebaik-baik teladan.

Selanjutnya adalah tujuan dakwah. Seperti kita tahu, bahwa tugas utama nabi dan rasul adalah berdakwah. Inti dari ajaran dakwah ini adalah ketauhidan. Maka tujuan dakwah ini juga tak lepas dari yang namanya ajaran tauhid, yaitu mengesakan Allah dan mengingkari adanya tuhan lain selain Allah. Jadi, tujuan dari dakwah ini adalah mengingkari thaghut dan beriman keada Allah. Thaghut sendiri adalah segala hal yang bisa memalingkan dari mengingat Allah. Tapi bukan berarti semua dijadikan thaghut jika kita menyibukkan diri di situ dan tidak beribadah. Misalnya jika kita sedang santai dan mendengarkan musik (misal nasyid), maka tak bisa kita katakan nasyid itu sebagai thaghut -dan asal musik itu tidak haram, insya allah- sampai ia memalingkan kita dari ibadah kepadanya, misal mendengarkan musik sampai lupa waktu shalat. Kemudian tujuan selanjutnya adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyyah menuju cahaya Islam. Yang dimaksud jahiliyyah bukan saja mereka yang belum mengenal Islam, atau mereka yang tak bisa baca tulis, miskin, dan sebagainya, karena ada juga -ketika sebelum masa Rasulluah diutus menjadi nabi dan rasul, dan pada saat itu biasa disebut zaman jahliyyah- orang-orang yang kaya, ahli berdagang, berpolitik, bahkan memiliki kekuasaan, namun jahiliyyah juga berarti bagi mereka yang sudah mendapat dakwah Islam, namun mereka tak mau memeluk Islam. Maka kita mengenal dengan nama Abu Jahal, seorang yang sebenarnya cerdik namun dikatakan bodoh karena ia tak mau menerima dakwah Islam, sementara saat itu ada Rasulullah yang masih hidup, sedangkan ada juga seorang yang tak pernah bertemu Rasulullah dalam hidupnya, seperti misal Ibnu Taimiyyah, namun justru ia menjadi seorang mujtahid dalam Islam yang kedudukan itu tak sembarang orang bisa meraihnya. Itulah perbedaan antara hati yang tersentuh cahaya Islam dengan hati yang tak mau menerima Islam.

Saya cukupkan ini dulu, karena saya juga masih newbie, masih harus banyak belajar masalah ini. Afwan jika ada salah kata atau penulisan. Jika berkenan mohon bantu memperbaiki agar lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih jelas difahami. Syukran.

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply