Hari Putih dan Bulan Purnama


                Ayyamul Bidh atau yang terjemahan tekstualnya adalah hari-hari putih adalah hari-hari dimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menganjurkan untuk berpuasa, yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriyah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa tiga hari dari salah satu bulan, maka berpuasalah pada hari ketiga belas, keempat belas, dan lima belas.” (H.R. At Tirmidzi).
Mengapa disebut hari putih? Karena hari itu adalah hari dimana malamnya menjadi terang karena cahaya bulan yang menerpa permukaan bumi di malam hari. Hari-hari itu adalah hari dimana bulan menjadi bulat penuh (purnama).
Lalu bolehkah jika berpuasa tidak pada tanggal-tanggal itu? Tentu saja boleh, karena hadits tersebut bersifat anjuran. Dalam sebuah hadits lain dikatakan,
Dari Mu’adzah ad ‘Adwiyah, sesungguhnya ia pernah bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Apakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam biasa melaksanakan shaum selama tiga hari setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Ya.”. Ia pun bertanya lagi, “Hari-hari apa saja yang biasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melaksanakan shaum?”. ‘Aisyah pun menjawab, “Tidak pernah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memperhatikan hari keberapa dari setiap bulannya beliau melaksanakan shaum.” (H.R. Muslim).
Namun tentu saja, tanggal 13, 14, dan 15 adalah lebih utama untuk berpuasa. Selain melatih mengendalikan nafsu, puasa ayyamul bidh juga akan diganjar 10 kali lipat kebaikan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Puasalah tiga hari dari setiap bulan. Sesungguhnya amal kebaikan itu ganjarannya sepuluh kali lipat, seolah ia seperti berpuasa sepanjang masa.” (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan an Nasa’i).
Karena itu, jika kita rutin berpuasa tiga hari setiap bulan selama dua belas bulan saja, maka kebaikannya seperti berpuasa selama setahun penuh. Jika setiap bulan tiga hari, maka selama sebulan adalah tiga dikali sepuluh yang berarti tiga puluh kebaikan. Jika dilakukan selama dua belas bulan, maka menjadi tiga ratus enam puluh kebaikan.
Selain mendapat kebaikan yang melimpah, ternyata puasa Ayyamul Bidh memiliki sisi positif yang ilmiah. Kita tahu bahwa pada tanggal-tanggal itu (13, 14, 15) adalah waktu dimana bulan menjadi purnama. Oleh karena itu, maka gaya tarik bulan terhadap air laut di bumi semakin besar, yang mengakibatkan terjadinya air pasang. Menurut para ahli –meskipun ada yang menganggap hal ini tidak berkaitan, kesehatan fisik atau mental seseorang dapat dipengaruhi oleh benda berjarak 250.000 mil dari bumi itu (bulan). Efek ini disebut Efek Transylvania. Meskipun para ahli belum mampu menjelaskannya secara ilmiah, namun banyak penelitian yang mengungkapkan terjadinya anomali keadaan berupa peningkatan kuantitatif saat bulan menjadi purnama. Bahkan ada seorang peneliti yang mencoba merasionalisasikannya dengan logika bahwa air laut terpengaruh oleh gaya tarik bulan. Sedangkan tubuh manusia 80% terdiri dari air. Maka mungkin saja cairan dalam tubuh manusia juga ikut terpengaruh oleh medan gravitasi bulan. Sehingga hal ini secara psikis-biologis mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal di luar batas.
Sebenarnya bukan manusia saja yang terpengaruh oleh gaya tarik bulan. Hewan pun menunjukkan perilaku aneh ketika terjadi purnama, seperti terjadinya peningkatan gigitan oleh hewan, yang dalam arti lain terjadi perubahan sifat menjadi semakin agresif. Selain itu, berdasar penelitian dari para peneliti di Leeds Unversity, terjadi lonjakan pasien di rumah sakit setelah terjadinya purnama. Keluhannya berupa depresi dan gelisah. Peneliti Klinis Toxycology asal Australia, Leonie Calver, melakukan penelitian yang berkesimpulan bahwa individu dengan perilaku kekerasan dan gangguan akut lebih banyak terjadi pada saat berlangsungnya bulan purnama. Selain itu, laporan kasus-kasus seperti epilepsi, stroke palsu (stroke yang tak terjelaskan secara medis), dan pendarahan saat operasi lebih banyak terjadi saat masa bulan purnama. Meskipun hal ini belum bisa dijelaskan secara rinci oleh para peneliti, namun banyak yang berkeyakinan bahwa hal ini ada kaitannya dengan bulan purnama.
Meski secara studi kasus banyak masalah yang terkait dengan bulan purnama, namun bukan berarti manusia tak bisa mencegahnya. Dr. Amir Saleh, seorang konsultan kesehatan di Amerika dan dosen Universitas Chicago mengatakan bahwa berpuasa dapat mengendalikan pengaruh gravitasi bulan tersebut. Karena berpuasa dapat memurnikan darah dan meregenerasi sel-sel tubuh. Dengan begitu, secara sederhana puasa dapat meningkatkan kualitas cairan dalam tubuh. Jika fokus (puasa 3 hari berturut-turut), gravitasi bulan yang mempengaruhi cairan sel tubuh manusia justru membantu menyeimbangkan ion tubuh, memberikan tambahan energi, serta meningkatkan kekebalan tubuh.
Seorang pakar kesehatan asal Amerika, Dr. Allan Cott, M. D., mengatakan bahwa puasa dapat menjadikan diri lebih baik secara fisik dan mental, membersihkan badan, menurunkan kadar lemak, mengendalikan nafsu seks, mengendorkan ketegangan jiwa, menajamkan fungsi inderawi, mengendalikan emosi, dan memperlambat proses penuaan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
Tiap-tiap sesuatu itu ada pembersihnya, dan pembersih badan (jasad) adalah puasa.” (H.R. Ibnu Majah).
Menurut Hawari (1995:251), puasa sebagai pengendalian diri (self control). Pengendalian diri adalah salah satu ciri utama bagi jiwa yang sehat. Dan ketika pengendalian diri terganggu, maka akan timbul berbagai reaksi patologik (kelainan) baik dalam dimensi alam pikiran, perasaan, maupun perilaku yang bersangkutan. Karena itu, banyak ahli yang melakukan penelitian dan berhasil menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan metode pengobatan puasa. Bahkan ada kasus dimana orang yang kehilangan kewarasan bisa sembuh kembali dengan terapi puasa. Maka sungguh indah pesan Nabi kepada Abu Hurairah ini,
“Teman dekatku (Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berpesan kepadaku tiga hal; berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat dua rakaat di waktu Dhuha, dan shalat Witir sebelum tidur.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Akhirnya, terlepas benar tidaknya ada kaitan antara puasa tengah bulan dengan bulan purnama, para peneliti telah memberikan gambaran yang cukup terkait fenomena yang terjadi pada waktu itu. Kemudian seorang peneliti Muslim telah juga mengungkapkan betapa bermanfaatnya puasa Ayyamul Bidh itu terhadap kondisi kejiwaan maupun fisik. Karena itu, sebagai ummat Muslim yang mencintai sunnah RasulNya, sudah sepantasnya kita mengikuti apa yang dicontohkan oleh beliau. Adapun fakta-fakta ilmiah yang diungkapkan hanyalah sebagai pendukung dan penguat bahwa ajaran yang Rasulullah ajarkan adalah benar, rasional, dan tidak menyalahi hukum kausalitas alam semesta. Wallahu a’lam.

Sumber :

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply