Pengalaman Pertama Daurah Marhalah KAMMI

Ya sih, daurah marhalah... Dulu pas pra-DM dikasih tau kalo DM tuh artinya Latihan Kepemimpinan. Ckckckck, bohong sekali. Tai gakpapa, toh intinya juga sama. Aku ikut daurah ini awalnya dikasih tau sama kakak kelas SMA dulu. Nah, gak mikir panjang, ikut deh...

Berangkat; kami bersebelas -termasuk aku sama empat akhwat berangkat ke lokasi DM di Tawangmangu, Karanganyar, naik bus jurusan Solo-Tawangmangu. Kami ternyata termasuk assabiqunal awwalun loh, soalnya datangnya kloter pertama.  Nah, sampe sana yaaa biasalah, acara ini itu... Tapi yang lebih membekas di hati adalah, makan pertamaku disana 2 porsi, hehehe... Makannya soto, ditambah sambel pedes, pedesnya gak mikir lagi, euh, sampe mataku berkaca-kaca... :)

Nah, sebenernya, yang mau kuceritain tuh yang ini. Waktu pelantikan jadi AB 1 (Anggota Biasa 1), waktu do'a -kan modelnya upacara gitu yah, ada do'anya, biasalah..., nah, pas itu, aku merasa terharu, gaktau ini aku memanipulasi suasana hatiku atau emang suasananya sesuatu banget makanya jadi bikin terharu. Nah, pas itulah, aku meneteskan air mata, walaupun gak banyak, cuma 1 tetes sih... Tapi waktu itu beneran, itu bukan air mata buaya. Saat itu aku berfikir, aku dilantik masuk KAMMI, maka ini juga menjadi sebuah ladang dakwah yang bahkan ruang lingkupnya sangat luas. Lalu aku berfikir, dakwah, bukan dakwah yang butuh kita, tapi kita yang butuh dakwah itu. Kemudian terfikir lagi, menurutku, dakwah itu jalur satu arah. Jika kita sudah menceburkan diri ke dalamnya, sengaja menghibahkan jiwa raga untuk dakwah Islam, maka tak ada jalan kembali atau lepas dari dakwah itu. Bagiku, orang yang kemudian mundur dari dakwah, adalah seperti orang yang yang mati. Ia telah menemukan jalan ke Surga, namun ia malah menghindar atau berbelok ke arah lain. Ia telah menemukan nafas sejati dalam kehidupannya, namun ia tak mau menghirupnya. Memang, aku pun mengakui, bahwa masuk ke dalamnya adalah penuh resiko. Namun, bukankah itu esensi semua dakwah para Nabi? Bukankah itu seperti apa yang telah tertulis dalam Kredo KAMMI, "Kami adalah penghitung resiko yang cermat, tetapi kami bukanlah orang-orang yang takut mengambil resiko.". Selain itu, yang juga membuatku jatuh cinta dengan KAMMI adalah, bahwa ia merupakan pergerakan yang berbeda dari lainnya. Sebuah contoh, dituturkan oleh seorang Ketua Komisariat UNS Shalahuddin al Ayyubi, bahwa dulu, saat beliau diajak demo/aksi ke Jakarta menentang suatu peraturan pemerintah, semua organisasi pergerakan mahasiswa terjun kesana. Kemudian terjadilah seperti apa yang seharusnya terjadi dalam aksi. Kemudian selang beberapa lama, saat tiba waktu shalat, hanya kelompok KAMMI yang kemudian bergerak kembali ke titik awal long march dan menunaikan shalat (saat itu dilakukan long march sebelum semua melakukan aksi di lokasi yang sudah ditetapkan). Kemudian, suatu saat beliau juga melihat, saat aksi berlangsung, ada seorang ikhwah yang beristirahat karena lelah, dia duduk dan subhanallah, yang dia lakukan adalah tilawah Al Qur'an. Kemudian, suatu ketika saat sesi tanya jawab, temanku bertanya, apa yang  membedakan KAMMI dengan gerakan lain? Maka dijawablah bahwa KAMMI tak sekedar menyebar opini, namun juga langkah konkretnya. Selain itu, KAMMI juga memperhatikan seluruh aktivitas kader-kadernya, bahkan hingga dibuatlah target-target amal yaumi dan latihan-latihan untuk menguatkan amal-amal yaumi tersebut. Ini persis seperti apa yang ustadz Hasan al Banna lakukan juga terhadap kader-kader dakwahnya.

Akhirnya, tak ada satu pun kekuatan yang mampu menolong kami kecuali kekuatan dari Allah, maka kami memohon adanya untuk kuatkan saja undak kami menanggungnya, dan teguhkan hati kami menjalaninya. Semoga dengan itu terbuka jalan yang tertutup, dipermudah urusan yang sulit, dan diberi jalan keluar urusan yang buntu. Amiin. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada teladan kita, Muhammad Sallallahu Alaihi wa Sallam.

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply