-PREDESTINATION-

-PREDESTINATION-
Aku terkejut ketika suara ponselku berdering. Yamato, temanku yang menelponku, dia bilang zaki, temanku yang lain, mengalami kecelakaan. Dia koma.
Aku segera meninggalkan acara hanami dengan tetanggaku dan menuju rumah sakit yang Yamato bilang.
“Doko made? (mau kemana?)” tanya supir taksi
“Byoin made! (ke rumah sakit)” jawabku
Sampai sana ternyata sudah ada beberapa orang yang menunggu di luar ruang ICU, termasuk ikhwah dari Islamic Centre di Kanazawa.
“Do-shita? (apa yang terjadi?)” tanyaku
“Dia tertabrak mobil saat menyebrang ke Islamic Centre. Kepalanya terbentur jalan dan kakinya terlindas mobil..” kata Fuad, salahsatu pengurus Islamic Centre (IC)
Aku terdiam. Ya Allah, sebegitu parahnya kah?. Kemudian tak lama dokter keluar dan bilang kalau kaki kirinya harus diamputasi untuk mengantisipasi, karena neuron-neuron di kakinya tak lagi berfungsi. Bahkan ini lebih mengejutkan kami. Bagaimana tidak, dia nantinya akan menjalani sisa hidupnya dengan 1 kaki.
Siang itu haru tak seindah biasanya. Kupikir, dia takkan bisa menikmati sakura yang sebentar lagi meluruh. Aku menghela nafas panjang.
Sebagai salahsatu pengurus Islamic Centre, dia adalah ujung tombak pergerakan kami.
Hari terus berlalu. Ini adalah hari ke-3 dia dirawat. Siang ini aku tak bisa menemaninya, karena aku punya janji di IC.
“Irasshaimase! (selamat dating!)” kataku ramah menyambut orang itu
“Dozo yoroshiku! (senang bertemu kamu!)” balasnya sambil menyalamiku
“Bolehkah aku bertanya tentang Islam?” tanyanya
”Dozo..(silakan..)” jawabku
“Tolong jelaskan bagaimana car Allah Bersemayam di Arsy!” pintanya
Aku kaget. Belum pernah ada yang bertanya se-frontal ini sebelumnya. Kupikir dia mau mengacaukan aqidah kami. Tapi, ah, jangan su’udzon dulu. Aku terdiam sejenak.
“Bersemayam sudah jelas, caranya tak diketahui, menanyakannya bid;ah, mengimaninya wajib!” tiba-tiba aku teringat ucapan Imam Malik dahulu
“Lalu tentang takdir, kenapa orang harus bekerja jika rizki sudah digariskan?” tanyanya lagi
“Allah tidak menurunkan rizki kepada seseorang begitu saja, seperti seorang yang ingin uang, tapi ia tak mau berbuat apa-apa. Apakah ia akan dapat uangnya? Secara logika tentu tidak, kan? Itulah kenapa manusia diminta untuk berusaha mencari rizkinya!” jawabku semampuku
Orang itu menatapku.
“Inilah yang kucari, setelah sekian lama berputar di beberapa Islamic Centre di pulau Honshu ini, ini jawaban yang paling memuaskanku!” terangnya
Kemudian orang itu bersyahadat. Aku terkejut. Lalu dia menjelaskan bahwa dia sebelumnya tertarik dan belajar Islam dari kaum liberal dan orientalis. Lalu kamipun ngobrol lama sebelum akhirnya dia pamit.
Ada sedikit senyum di wajahku. Aku lalu menuju rumah sakit. Aku kaget karena ternyata Zaki sudah sadar, walau kakinya tinggal satu. Sejak kapan?
“Assalamu’alaikum” Ucapku
“Wa’alaikumussalam” balasnya lirih
“Do-shiteta? (apa kabarmu selama ini?)” tanyaku
“Alhamdulillah, Allah masih memberiku hidup, walau ada yang harus hilang..”jawabnya, “tapi aku tak merasa sedih, iri, atau apalah, karena ini adalah kehendakNya”
“Kenapa?” tanyaku
“Karena aku sudah punya obat penawarnya”jawabnya
“Nani? (apa?)” tanyaku
“Ambil pangkal pohon kekafiran bersama pangkal pohon tawadhu, lalu campur dengan akar pohon taubat, taruh di lumping ridha, lalu tumbuk dengan bumbu qonaah, lalu masak di panci taqwa dan tuang kedalamnya air malu kepada Allah, rebus dengan api mahabbah, setelah masak, taruh di gelas syukur!” jelasnya
Aku tertegun. Ia bukan saja berkata jujur, tapi sekaligus menasehatiku. Arigatou.
Tiba-tiba ada suara ketukan pintu dan salam. Aku menyuruhnya masuk. Tak kusangka, ternyata yang masuk adalah orang yang tadi siang menemuiku. Ternyata dia adalah teman Zaki. Dia sengaja datang dari Aomori untuk mengikrarkan keislamannya. Aku benar-benar kagum. Sayang, dia harus menemui Zaki dengan kenyataan seperti ini. Kesshite wasurenai.

2 komentar :

dek, ini keterangannya juga belum ada, penjelasan tentang kata2 asing (yang belum dijelaskan). tolong ditambahi ya. saya tunggu di inbox saya inoen8@yahoo.com atau majalah@nurhidayahsolo.com

Posting Komentar

Cancel Reply