Paku Di Pagar

Ada seorang anak yang bisa dibilang - yaah...~ - temperamental. Suatu ketika kakak dari anak itu memberinya sekantong paku dan menyuruhnya menancapkan paku itu ke pagar di belakang rumah setiap kali dia marah kepada orang lain.

Pada hari pertama, dia menancapkan lebih dari 30 paku ke pagar karena sidat temperamentalnya. Kemudian kakaknya menyuruhnya melakukan hal itu sampai benar-benar tak ada lagi paku yang tertancap di pagar. Tanpa dia sadari, semakin hari paku-paku yang dia tancapkan ke pagar semakin sedikit hingga pada suatu hari dia tak menancapkan seekor paku pun ke pagar. Dia mulai bisa mengendalikan dirinya. Dia juga menyadari bahwa ternyata lebih mudah menahan amarah daripada menancapkan paku ke pagar.

Setelah dia tak lagi menancapkan paku ke pagar,dia menceritakan hal itu kepada kakaknya. Kakaknyakemudian menyuruhnya untuk mencabut paku-paku itu ketika dia bisa mengendalikan dirinya.

Beberapa minggu kemudian, paku-paku itu tak lagi bertengger di pagar belakang rumah ( tapi pindah di pagar depan...yo ra lah...!! ) Lalu sang kakak itu mengajak adeknya ke belakang rumah dan mengatakan kepadanya, " Sayang, Kamu sekarang telah bersikap baik kepada orang lain, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini takkan pernah sama seperti dulu lagi. Sewaktu Kamu marah-marah, kata-kata yang Kamu ucapkan menyebabkan luka seperti lubang-lubang di pagar ini." kakaknya melanjutkan, " Kamu bisa saja menusukkan pisau ke tubuh seseorang berkali-kali. Tak masalah sebanyak apa pun kamu berkata : maafkan aku. Tapi luka itu akan tetap berada di situ. Luka yang disebabkan lisanmu itu seperti luka tusukan itu.Seperti juga sewaktu Kamu memaki, menghina, atau merendahkan teman-temanmu. Mungkin Kamu tak mengerti apa yang mereka rasakan ketika Kamu mengumpat atau mengejek mereka,mungkin Kamu tak peduli tentang mereka saat itu, tapi Kakak yakin, mereka terluka karena kata-katamu itu. Hanya saja mereka kadang ada yang menyembunyikannya karena mereka mengerti dirimu."

Dengan penuh penyesalan, anak itu langsung menangis dan memeluk kakaknya, lalu dia berjanji untuk merubah 100% sikap dan sifat buruknyaitu. Dia ber-azzam bahwa setiap orang yang dia pernah perlakukan buruk olehnya, akan dia ganti dengan perlakuan baik.

Begitulah, sesungguhnya teman adalah mutiara yang sangat berharga. Mereka-lah - yang ketika kau sendiri menemanimu, ketika kau menangis membuatmu ceria, ketika kau sedih membuatmu bahagia, yang tersenyum tulus untukmu, mendorongmu agar sukses, mendengar keluh-kesahmu, mengucapkan pujian untukmu, dan selalu berlapang dada untukmu.

Persahabatan sejati takkan membeku di musim dingin, takkan mencair di musim panas, takkan meluruh di musim gugur, dan akan terus berbunga walau bukan di musim semi.

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply