Selintas sepandang

Kuterpekur dalam tatapan kosong memandangi semburat merah yang terlukis di langit senja ini
Kala mentarinya menyapa tuk ucapkan salam perpisahan dengan hangat, ia membelai
Membelai lewat sinarnya yang hangat dan lembut
Entah, kutak tahu
Bahwa kedamaian ini sekejap
Bahwa kuhidup dalam ruang dentuman mortir dan rentetan peluru
Entah kusadar atau tidak,
kubaru habiskan detik-detik yang romantis ini dalam kesunyian, dalam deru
Kuhabiskan senja yang terasa berjuta detik, menit, bahkan jam ini
Dalam khalwatku bersama Sang Pengasih dan Penyayang
Kutahu tak selamanya akan damai begini
Karna hujan peluru akan selalu mengintai ragaku
Akan selalu berusaha merebut jiwaju dari tempatnya
Namun itu hal biasa yang selalu aku, kami rasakan

Senja masih belum menghilang
Bahkan sinarnya terlihat tak meredup
Apakah ia ingin berkata
Pada jiwa dalam raga yang rapuh ini
Bahwa akan selalt ada semangat dan tekad membaja
Dari para pejuang Muslimin
Demi bebasnya kiblat pertama kaum Muslim
Demi kembalinya izzatul Islam wal Muslimin.....

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply