Curhatan seorang kakak

Baca judulnya, pasti udah tau kan isinya kayak gimana...

Suatu sore aku pernah berpikir, gimana ya rasanya jadi adek itu... Hmm, aku penasaran. Kenapa? Ya karena aku anak pertama, anak yang ditakdirkan menjadi seorang kakak saja. Dulu aku sempat berpikir, mungkin enak kali punya kakak, bisa buat tempat sharing-sharing. Karena, aku sebetulnya jarang curhat ke orang tuaku kecuali kalo lagi mood, dan itu biasanya juga jarang terjadi. Makanya aku lebih suka curhat di benda mati, bahkan kurang cocok juga disebut benda. Ya disini ini, di blog ini. Setiap huruf demi huruf yang terangkai adalah dari apa yang aku pikirkan dan rasakan. Jadi yaa....... terserahlah kalo dianggap aneh...!!

Dulu aku sempat berpikir juga, mungkin aku punya kakak yang hilang, hehehe...  Tapi, ah mana mungkin, pikiran yang terlalu mengada-ada itu. Yaah, namanya juga waktu masih labil.

Aku menjadi kakak sudah selama 15 tahun. Lelah rasanya. Hmm, tapi setelah kupikir, mungkin itu bukan lelah, tapi jenuh. Ya, kurasa karena itu terasa sama seperti rutinitas sehari-hari sehingga diri ini merasa jenuh dengannya. Sama kan, seseorang itu pasti akan jenuh dengan rutinitas yang selalu sama. Mungkin aku akan banyak diprotes dengan kata-kataku ini, tapi begitulah. Itulah kenapa aku sampai berpikir ingin punya kakak. Aneh, kalau kata temenku. Biarlah. Golongan darah AB, hahaha...

Suatu saat aku mendengar, eh bukan, membaca SMS dari ustadzahku. Aku lulus SNMPTN. Diterima di salah satu kampus di Solo. Di jurusan yang bahkan aku cuma ngasal milih karena bingung dan akhirnya ikut-ikut teman. Setelah aku masuk, yang pertama ingin kutuju adalah masjidnya. Wajar buatku. Lalu kemudian lembaga dakwah kampusnya. Mulai dari situlah aku merasakan sebuah hal yang sedikit nyaman. Disana aku punya banyak kenalan, yaa gak banyak-banyak amat sih. Tapi kalo dihitung dengan jari gak cukup. Oke. Setelah aku bergabung dengan lembaga dakwahnya, aku dimasukkan di departemen Kaderisasi. Mulai dari sinilah, semua bermula. Setelah berjalan sebulan, dua bulan, tiga bulan, aku mulai dekat dengan mereka -anak-anak kaderisasi. Nah, di setiap departemen itu ada koordinator ikhwan dan akhwatnya. Aku, setelah berjalan berbulan-bulan dan aktif disitu, aku mulai merasakan kedekatan dengan mereka berdua, kordep dan korwatku. Apalagi sering, setelah maghrib, aku dan beberapa anak lainnya diajak makan di nasi bakar dan dibayari full. Wah, asik lah. Itu juga bukan sekali dua kali, tapi sering. Selain itu, hubunganku dengan korwatku pun gak terlalu jauh seperti hubunganku dengan sekbid yang aku sampai sekarang gak kenal! Oke aku jelaskan dululah, dalam organisasi ini dibagi bebeapa bidang. Dalam setiap bidang ada kabid (ketua bidang) dan sekbid (sekretaris bidang). Kemudian dibawah bidang ada beberapa departemen. Setiap departemen ada kordep (koordinator departemen) dan korwat (koordinator akhwat). Nah, aku ada di bidang pembinaan, dan departemen kaderisasi. Paham??

Oke, lanjut. Kordepku ini orangnya asik. Seringnya kami satu pemikiran. Ketawa-ketawa bareng, dan ngobrol tentang berbagai hal, termasuk naruto. Aku juga sering diajak makan bareng, dan sering dibayari. Walaupun kadang aku gak nyaman juga liat muka sepanengnya, yang memberikan kesan 'marmos'. Seringnya wajahnya kebentuk jadi begitu kalo pas stress mikir banyak hal, atau distress-stresskan kali, hehehe... Dia juga tempramental orangnya, dikit-dikit emosi. Walaupun aku sebenernya juga gitu, tapi aku jarang ngeluarin emosi (marah)ku. AB, bisa ngehandle emosi. Tapi tetep, dia asik, after all.

Then, korwatku. Dia sebenernya juga asik. Cuma satu, dia akhwat, jadi gak bisa terlalu lepas ngobrol kayak kalo ngobrol antarlelaki. Tapi, whatever lah. Asik ya asik, seru ya seru. Kadang kalo aku SMSan sama dia suka berubah-ubah ekspresi wajahku, gak kebayang balesan SMSnya. Kadang kalo nanya-nanya atau curhat (eh curhat apa enggak ya?) ya ke dia. Dia juga sukanya ngingetin aku tentang hal-hal tertentu, yang kadang aku cuek aja sama hal itu. Kadang kalo lagi bosen atau jutek, aku SMS dia nanya apaanlah, sekenanya. Pernah aku liat di inbox HPku, total SMS dia sampe seratus lebih SMS. Wow...!!. Pernah aku ketemu dia di jalan. Aku liat dia, dan dia kukira juga tau keberadaanku, soalnya pas lampunya merah kita sebelahan. Tapi aku pura-pura gak liat dan gak tau. Trus pas lampunya hijau aku langsung ngebut duluan. Setelah sampai rumah, agak lama, aku akhirnya SMS, gak tahan akting pura-pura gak tau. Akhirnya gagal keren lah.

Aku seringnya menganggap mereka bukan selayaknya kordep dan korwat. Jarang aku nganggap mereka begitu, bahkan saat kepanitiaan sekalipun. Aku lebih seringnya nganggep mereka seolah kakakku sendiri. Ya, seolah aku punya kakak yang bisa diandalkan dan diajak melakukan berbagai hal. Aku pernah mengatakan kepada salah satunya, bahwa aku anggap mereka seperti kakakku sendiri. Itupun aku lakukan karena ingin melakukan ishlah, karena saat itu mereka lagi crash. Yaah, wajarlah, organisasi gak ada begituannya gak gurih, hehehe... Aku gak tau sih apa yang dia pikirkan setelah aku bilang begitu. Tapi satu hal, aku suka saat dia balas SMS atau komen di FB dengan emoticon "-,-", ":)" dan ":D". 

Oke, kembali lagi, itulah yang membuatku berasa lebih hidup disini. Lebih asik. Lalu suatu sore saat aku menjemput adekku, aku kepikiran lagi ini. Sambil mengendarai motor, aku merenung. Kenapa aku ditakdirkan menjadi kakak, bukan adek. Akhirnya kutarik beberapa kesimpulan. Pertama, inilah takdir terbaik dari Allah untukku. Kedua, kurasa ini adalah cara Allah untuk menjadikanku lebih dewasa. Ketiga, mungkin inilah bagaimana Allah tunjukkan kepadaku bahwa aku harus bisa mengayomi. Kalau belum bisa, inilah cara Allah mengajarkannya untukku. Keempat, apa yaa? Oh, sepertinya Allah ingin tunjukkan kepadaku bahwa aku bisa lakukan sendiri, bahkan memberi bantuan kepada orang lain, sehingga tak perlu Allah berikan kakak kepadaku. Itulah yang aku bisa simpulkan. Dan satu hal lagi, mungkin apa yang kuinginkan dari sosok kakak bukanlah ingin disayangi atau diayomi, tapi 'sekedar' diperhatikan. Sehingga dengan perhatian itu aku bisa merasa tenang, dan bisa menegakkan kembali punggungku untuk menunjukkan padanya rasa terima kasihku bahwa karena perhatianmu aku bisa berdiri lagi, lebih lama dan lebih kuat. Sehingga aku bisa tunjukkan apa yang sudah kucapai. :)

Curhat? Biarin, ih masalah buat lo? Emang cowok gak boleh curhat??

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply