Belajar dari kereta api

Sebuah kereta tentu akan berjalan mengikuti relnya. Karena jika tidak, maka kereta itu akan tergelincir jatuh ke tepian. Begitupula dalam hidup ini, kita hidup harus berada diatas rel yang sudah ditentukan. Karena jika tidak, kita akan tersesat dan terjatuh dalam lubang kegelapan, yaitu neraka. Maka dari itu, dalam setiap sholat, kita selalu mengulang-ulang ayat "ihdinashshiraathal mustaqiim". Kalau merujuk terjemahan Depag, maka artinya adalah "Tunjukilah kami ke jalan yang lurus". Namun sebenarnya terjemahan yang lebih tepat adalah "Tunjukilah kami ke jalan yang istiqamah", karena mustaqim itu artinya istiqamah, bukan lurus. Selain itu, kita tahu bahwa istiqamah tak selamanya lurus-lurus saja. Sebagai contoh, apakah dakwah para Nabi mulus-mulus dan lurus saja? Tentu tidak, karena mereka melalui jalan yang sangat berliku, sementara mereka adalah orang yang paling istiqamah. Karena itu, maka dalam sehari semalam setidaknya telah dan selalu memohon kepada Allah agar ditunjuki jalan yang istiqamah tersebut.

Lalu siapa sajakah yang tergolong dalam golongan orang-orang yang ditunjuki jalan yang lurus? Mereka adalah orang-orang yang mendapat nikmat, seperti lanjutan ayat setelahnya. "(Yaitu) jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimunrkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat". Dalam catatan kaki ayat ketujuh Al Fatihah ini disebutkan bahwa mereka yang dimurkai adalah mereka yang sengaja menentang ajaran Islam. Sedangkan mereka yang sesat adalah yang sengaja mengambil jalan selain ajaran Islam. lalu siapakah mereka yang mendapat nikmat itu?

Dalam surat An Nisa' ayat 69 disebutkan "Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para Nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya". Ayat tersebut menjelaskan setidaknya dua hal (menurut saya), yaitu balasan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul, serta kelompok orang-orang yang pantas dijadikan teman baik. Namun keduanya bersumber pada satu hal, yaitu orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah. Siapa mereka? Yaitu para nabi, para shiddiqun, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh. Keempat golongan inilah yang Allah akan berikan nikmat kepada mereka terlebih di akhirat nanti.

Maka, marilah kita senantiasa berusaha mencontoh perilaku mereka, bergaul dengan mereka, dan selalu mendoakan mereka. Semoga kebaikan selalu menyelimuti diri kita.

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply