Jangan Dikatalisasi

Proses adalah sesuatu yang alami terjadi di dunia ini. Bahkan hampir semua hasil memerlukan proses. Malah akan terasa aneh jika hasil (yang diinginkan) tak melalui proses. Sebab, bahkan dunia ini sendiri terbentuk juga melalui proses yang 6 masa lamanya.

Dalam segala hal dalam hidup kita, semua memerlukan proses. Untuk menjadi pintar, kita butuh yang namanya proses belajar. Untuk mendapatkan makanan siap santap, kita perlu memasak. Untuk membuat ruangan nyaman, kita harus membersihkan. Proses adalah seluruh kata kerja yang dapat kita lakukan untuk mencapai sebuah tujuan.

Bahkan untuk melewati sebuah fase, proses mutlak dibutuhkan. Untuk mencapai dewasa, kita harus melewati fase remaja setelah anak-anak. Untuk mencapai keberhasilan, kita harus melalui fase usaha keras. Untuk menjadi lebih baik, kita perlu melewati fase hijrah meninggalkan hal-hal yang tidak baik. Karena itu, proses adalah sebuah perilaku alami yang memang ada dan akan tetap ada. Maka dari itu, biarkan proses alami itu berjalan sebagaimana mestinya. Campur tangan berlebihan akan merusak proses yang berakibat membawa dampak tidak baik pada hasil. Sebagai contoh, memasak suatu masakan diberikan estimasi waktu memanaskan dalam api sedang selama 10 menit. Apa jadinya jika masakan dipanaskan selama 5 menit dengan cara api diperbesar? Tentu makanan akan terbakar dan gosong. Atau jika api tetap sama namun durasi diperpendek jadi 5 menit, maka makanan tidak akan matang sesuai yang diinginkan. Karena itu, penting bagi kita untuk memahami sebuah proses sebagai bagian alami dari perkembangan dan perubahan sehingga kita tidak asal mengutak-atik proses tersebut.

Apakah mengkatalisasi sebuah proses itu buruk? Tidak selalu, contohnya proses katalisasi senyawa dalam kimia. Itu baik karena dapat memangkas dan mengefisienkan waktu. Namun seringnya kurang baik. Sebab hal itu sama seperti pemaksaan.

Jika kita bawa ke dalam kehidupan, sesuatu yang dipaksa tidak akan menghasilkan hasil yang baik secara maksimal. Bayangkan jika orang yang memang sudah saatnya menikah dipaksa-paksa dan dikompori untuk segera menikah, sementara dia karena suatu alasan belum mampu untuk melakukannya? Tentu pernikahan yang terjadi bukanlah pernikahan seperti yang diimpikannya. Atau misalnya dalam sebuah pembangunan infrastruktur, dari waktu rencana selesai 6 bulan, kemudian dengan alasan untuk menghemat waktu dan biaya, pekerjaan itu dipercepat menjadi hanya 3 bulan. Apakah baik? Jika selama 3 bulan itu pengerjaannya tidak ditingkatkan 2x lipat dari pengerjaan normal, maka hasil yang didapatkan justru akan menjadi seperempat dari hasil normal. Dengan kata lain, bukannya infrastruktur yang kokoh yang didapat, melainkan infrastruktur yang rapuh. Karena itulah, untuk mengkatalis suatu hal, tidak serta merta hanya dipercepat. Namun juga dibutuhkan effort lebih besar daripada kondisi normal. Dan itu yang tidak semua orang bisa lakukan. Karena itu, jangan mengkatalisasi. Biarkan proses itu berjalan sebagaimana mestinya hingga selesai. Sebab dari proses itulah, kita belajar untuk sabar dan tidak asal-asalan. Dari proses itulah, kita belajar bagaimana optimalisasi cara untuk mencapai tujuan tanpa mereduksi unsur-unsur lainnya.

Maka, berhentilah mengompor-ngompori orang lain hanya karena kamu ingin segera melihat dia sampai di titik tertentu yang kamu inginkan. Setiap orang memiliki jalan cerita dan lika-likunya masing-masing yang tidak bisa dibandingkan. Tugas kita sebagai orang di sampingnya adalah mendukung dan membantu memberikan solusi jika terdapat jalan buntu, bukan mengkatalisasi prosesnya yang menyebabkan dia jadi tidak tepat dalam mengambil keputusan. Jangan buat atmosfer tergesa jika kamu tak bisa bertanggung jawab atas perilakumu. Cukup berikan positive vibes sebanyak-banyaknya agar dia mampu bertahan hingga dapat meraih titik yang dituju.

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply