Pada suatu titik, ada saatnya lebih baik untuk tidak lagi berharap. Bukan karena tak suka, tapi karena berjuang sendirian itu melelahkan. Sebab tak ada tanda apapun yang menunjukkan sebuah penerimaan. Dan kenyataannya, hati memang pemilih. Jika tak terpilih, lebih baik menyisih. Pada akhirnya, memang harus siap merelakan jika memang aku bukan jawaban. Karena sejak awal, kau memang tak pernah menjadi pertanyaan. Hanya sebuah harapan yang belum bertuan. Meski sesungguhnya, merelakan lebih berat daripada menerima, ikhlas lebih sulit daripada ridha. Pada akhirnya, aku harus siap kembali dengan sebuah kepergian. Kepergian yang mungkin takkan kembali. Kehilangan yang takkan ditemukan. Perpisahan yang takkan ada pertemuan. Barangkali memang kita dipertemukan, hanya untuk mengajarkan makna berartinya kebersamaan. Agar tak menyia-nyiakannya. Sebab kita tak pernah tahu bagaimana jalan takdir ke depan. Pada akhirnya, hanya Tuhanlah yang tak pernah meninggalkan kita. Tapi kitalah yang lebih sering meninggalkanNya. Karena itu Dia berikan pembelajaran bagaimana sakitnya ditinggalkan. Agar kita kembali kepadaNya.

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply