Belajar dari seorang penjual kelapa

Sabtu (01/06/2013) kemarin, aku dan 2 orang temanku pergi ke Pasar Gede. Sebenarnya kita kesana karena ada acara daurah. Setelah sampai di pasar, kita bertemu sama mas-mas panitia dan diberi instruksi untuk melakukan observasi, wawancara, dan kontribusi di pasar. Kita pun mulai muter-muter pasar untuk melihat kondisi sosial disana. Setelah belasan menit muter-muter, kita putuskan untuk menanyai seseorang. Akhirnya kita menuju ke pos keamanan dan ketemu satpam disana. Kita pun melakukan wawancara seadanya. Setelah selesai, kita muter lagi dan akhirnya ketemu sama mas-mas penjual kelapa tua. Katanya, dalam sehari dia bisa menjual 150 buah kelapa. Setelah basa-basi, kita pun mulai mewawancarai. Lusinan menit sudah kita disana ngobrol kesana kemari dan tak disangka ternyata sangat asik. Hebatnya lagi, mas nya itu -dilihat dari ceritanya dan visi misinya, sangat visioner menurutku. Jadi gini, ceritanya, awalnya, dulu dia kecil sekolah di madrasah -sebagai asumsi madrasah dan sekolah dasar itu beda dikit, madrasah itu yang ada muatan agamanya lebih banyak daripada sekolah dasar. Nah, terus lanjut ke SMP, trus ke STM. Yang menarik, dulu awalnya dia ini orangnya biasa aja, baik-baik, enggak neko-neko. Tapi, kemudian saat masuk STM, menginjak tahun kedua, mulailah kisah hitam itu terlukis di kanvas kehidupannya. Awalnya dia ditawari rokok sama temennya -eh, dia ngerokok udah sejak SMP sih..., terus dia mikir, wah kok enak ya rokoknya... Waktu itu rokok yang ditawakan ke dia adalah marlboro, harganya Rp 6000,00, mahal itu. Terus lama-lama kok dia ngliyeng, berkunang-kunang. Ternyata eh ternyata, di dalam rokoknya itu disisipi ganja. Pantes!

Setelah itu berlanjutlah kisah hitamnya. Dia jadi seirng bolos sekolah. Bahkan, katanya dalam seminggu dia cuma masuk 1-2 hari. Wow banget kan... Dia juga seringnya ngehabisin uang orang tuanya -walaupun untungnya orang tuanya mampu. Bahkan pernah suatu ketika, sekolahnya mengadakan PKL (Praktek Kerja Lapangan), dia bilang sama orang tuanya kalo PKL dia butuh biaya sejuta. Gila nggak?? Dikasihlah dia uang sejuta. Tapi bukannya ikut PKL, eh dia ternyata bolos. Duitnya dilarikan buat foya-foya. Ortunya gak tau sama sekali. Terus, yang lebih gila lagi, kalo kenaikan kelas, yang ambil raport bukan ortunya, tapi dia nyewa tukang becak, dibayar buat pura-pura jadi ortunya. Kereeeeen gak??. Kalo ada acara atau pertemuan apa gitu, dia juga nyuruh pak becaknya itu yang datang. Jadi, ortunya nggak perrnah ke sekolahnya.

Dunianya semakin hitam. Rekor terhebatya, dia pernah kecanduan narkoba. Iya, narkoba beneran, gak usah kaget gitu lah... Dia bilang, semua berawal, bukan salahnya negara api, tapi karena salah pergaulannya. Akhirnya jatuhlah ia ke dalam lubang hitam. Sampai suatu ketika, yang membuatnya sadar adalah, suatu saat, dia muntah darah gara-gara narkoba dan minuman kerasnya itu. Dan hebatnya, kata dia muntah darahnya sampe segelas penuh -gelas yang biasanya buat minum es teh di warung-warung itu. Wow kan... sesuatu banget. Track record lainnya, dia juga mabuk-mabukan. Suatu ketika, dia habis dibeliin motor, tapi sayangnya motornya cuma hidup setengah tahun, karena saat itu dia bawa motornya ke Tawangmangu, mabuk disana. Nah, pas dijalan -kan TW jalannya kayak gitu ya, kiri kanan kulihat saja banyak tebing dan jurang, dia terjatuh ke jurang kali -kalo gak salah inget. Nah, motornya hancur. Itulah akhir dari kisah motornya.

Pertaubatannya dimulai saat ia menginjak di kelas 3. ya iyalah, secara mau ujian, kagak tobat bisa gawat. Dia yang tadinya pacandu miras, rokok, dan narkoba, secara njeglek berhenti total. Dia jadi rajin lagi, nggak bolos, dan belajar lagi. Gurunya sampe geleng-geleng kepala ngeliatnya.

Akhirnya UN pun lewat, dan terrrrnyata, nilai akhir ujiannya kalo ditotal mencapai angka 39. Kaget?? Dia nggak ikut les atau bmbingan apapun. Kaget??

Setelah lulus, sebenanya dia disaranin gurunya masuk ke Astra, tapi dia akhirnya memutuskan lebih milih bantu ibunya di rumah, eh pasar ding, jualan kelapa. Sampai detik ini juga, dia masih jualan disana, di Pasar Gede. Sekarang dia sudah tobat, sudah punya istri satu, juga anaknya satu ditambah satu, satu SD kelas satu, satu lagi satu setengah tahun. Di rumah juga ada satu usaha pembuatan knalpot. Punya satu pegawai dan satu pegawai juga, jadi ada satu ditambah satu pegawai. Yang bagus, dia masukkan anaknya ke sekolah Islam. Dia sudah, istilahnya semacam trauma sama pergaulannya kalo di sekolah umum. Dia takut kalo anaknya nanti nasibnya sama kayak dia dulu, makanya sekarang, dia sampe mengontrol dan mengawasi anaknya itu bener-bener. Dia jaga tuh titipan Allah. Dia juga bilang, katanya, dia akan tetap jaga anaknya buaut dimasukin ke sekolah Islam. Dan syukur-syukur kalo bisa dia mau masukin anaknya kelak ke pondok. Subhanallah... Visioner ini namanya.

Setelah kami dibuat terkagum oleh cerita dan impiannya beberapa lusin enit, kami pun akhirnya izin pamit mengundurkan diri dari hadapannya untuk melanjutkan kembali perjalanan yang masih jauuuuh. Sekian.

Syukran. Semoga bisa diambil hikmahnya.

2 komentar :

joget bareng mengatakan... 3 Juni 2013 pukul 07.13
ada saran . . .spasi nya kalo bisa di kasi jarak lagi .biar baca nya enak . .selain itu udah bagus kok,kalo bs jg font nya agak tebel :)
oke, trimakasih masukannya... soal spasi dan font nya, itu bawaan template nya... blum sempet ngubah saya... :)

Posting Komentar

Cancel Reply