Pagi tak selalu cerah

Kau tahu, sungguh kadang pagi hari adalah dimana hatimu merasa kalut, tak tenang. Bahkan ia ingin memberontak, meronta dan pergi dari pagi. Pagi tak selalunya indah, tak selalunya cerah. Apa kau pikir pagi Palestina itu selalu indah? Tidak. Kadang ia penuh tangis dan darah.

Namun itu bukanlah sebuah kesimpulan. Bagaimanapun, pagi selalu mengantar diri membuka lembaran baru. Pagi selalu membimbing setiap orang keluar dari kegelapan malam. Aku disini, dan kau disana, sama-sama merasakan pagi. Merasakan sejuknya udara setelah malam, melihat indahnya semburat scarlet di ufuk timur, mendengar kicauan burung bermain simponi alam. Namun, apa kau pikir kondisi ini sama dengan kondisi sahabat kita di Palestina? Tidak. Kadang dentuman peluru dan deru pesawat yang hiasi pagi.

Namun itu bukanlah sebuah kesimpulan. Biar seperti apapun, pagi selalu memberikan kecerahan dan cahaya yang hangat bagi tubuh kita. Dia selalu datang bersama mentari. Namun tak selalunya ia datang bersama mentari. Kadang mendung mendahului, menutup jalan-jalan untuk cahaya menerangi.Begitukah keadaan saudara kita di Palestina? Tidak. Terkadang cerah juga. Apakah kau pikir negeri yang diberkahi selalu dalam liputan mendung?

Namun itu bukanlah sebuah kesimpulan. Seburuk apapun pagi, bahkan saat datang badai, ia akan selalu mempunyai cerita indah dibaliknya. Akan selalu ada pelangi di ufuk dimana kau belakangi mentari. Akan selalu ada cahaya hangat yang bersinar setelah gelap yang dingin datang. Seperti itukah Palestina? Ya. Bahkan ia lebih bersinar terang lagi. Meski hujan badai datang, namun ia cepat perginya.

Aku harap kau bisa ambil semangat dari mereka, bangsa Palestina. Ya, mereka tak pernah gentar dan takut dengan gelapnya malam, dan mendungnya pagi. Mereka selalu yakin akan ada cahaya setelah datangnya kegelapan. Karena bagi mereka, takut atau tidak sama saja. Sama-sama berpotensi kematian. Maka mereka pilih jalan keberanian, jalan para pejuang dan kesatria, karena mereka tahu hidup hanya sekali dan takkan lama. Maka mereka memilih jalan perjuangan yang bahkan raga tak mampu mengikuti semangat mereka. Mereka pilih jalan kemenangan dengan syahid sebagai equivallent exchange. Mereka rela, mereka terima, karena mereka tahu itulah jalan terbaik. Bagaimana kita?

2 komentar :

Tapi klo dipikir sempit nya emg Palestina itu bgtu menyeramkan. Tapi bagi mreka biasa saja. Bahkan ada seorang Ikhwan Indonesia yg ke Gaza dan disana itu dia menjumpai klo ada org tuanya yg anknya blum syahid it aib untk mreka. Jadi yg sbnernya kasian itu kita blm bsa spti mreka :D
Kesana yuk... :)

Posting Komentar

Cancel Reply