Langit Biru Kita

Cakrawala Langit Biru (sumber: dokumen pribadi)

Dalam psikologi warna, biru selain berarti kebijaksanaan, juga dapat diartikan sebagai ketenangan, kedamaian, dan kemantapan. Maka adalah wajar ketika kita berbaring di bawah pohon dan memandang langit biru yang jernih di siang hari, kita akan merasakan ketenangan dan kedamaian. Hal ini karena warna dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam memandang sebuah realita. Pun demikian halnya ketika yang kita pandang adalah langit abu-abu yang gelap. Bagi sebagian orang, langit gelap membuat perasaan tidak nyaman dan gelisah. Langit yang gelap memiliki dua definisi. Pertama, karena kondisi yang mendung akan hujan. Kedua, karena polusi pabrik dan kendaraan bermotor. Yang kedua ini, telah banyak kita jumpai contohnya di berbagai kota besar di seluruh dunia dengan tingkat penggunaan kendaraan bermotor yang juga tinggi. Berdasar laporan The Telegraph (8/10), peringkat kota dengan polusi tertinggi menurut WHO adalah Zabol, Iran dengan rata-rata tahunan 216.7 μg/m², 20 kali lebih besar dari level yang direkomendasikan. Menyusul dua kota setelahnya adalah Gwalior dan Allahabad di India dengan masing-masing 176.1 μg/m² dan 169.7 μg/m². Hingga peringkat 100, rata-rata didominasi oleh kota-kota di daerah India, China, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. WHO juga mencatat bahwa 3 juta kematian setiap tahun di dunia terjadi disebabkan oleh paparan polusi udara. Pada 2012, sekitar 6,5 juta kasus kematian di dunia dikaitkan dengan polusi udara yangmana menempati 11,6% dari total penyebab kasus kematian di dunia. Kasus-kasus kematian tersebut diantaranya disebabkan oleh beberapa penyakit yang berbahaya, seperti kanker paru-paru (36%), COPD atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (35%), stroke (34%), dan serangan jantung (27%). Tentu hal ini merupakan sebuah fakta yang miris mengetahui bahwa di waktu yang sama kampanye mengenai lingkungan terus digalakkan. Maka, disini dapat terlihat bahwa sesungguhnya kesadaran untuk mewujudkan lingkungan sehat masih memprihatinkan, dan untuk itu perlu terus ditingkatkan.

Grafik Kota Paling Berpolusi di Dunia
(sumber: hindustantimes)
Di Indonesia sendiri, kampanye mengenai lingkungan juga tak kurang-kurangnya disuarakan. Dan baru-baru ini, Pertamina sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi yang meliputi minyak, gas, energi baru dan terbarukan melakukan sebuah revolusi dalam pengelolaan sumber energi minyak bumi untuk menghasilkan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang lebih ramah lingkungan. Namanya adalah Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) atau Cilacap Blue Sky Project (CBSP). Nantinya, dari proyek ini akan menghasilkan output berupa peningkatan spesifikasi gasoline dari RON 88 menjadi RON 92. Seperti yang kita ketahui, nilai RON (Research Octane Number) berpengaruh terhadap mesin kendaraan bermotor. Nilai oktan menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan (wikipedia.org). Di dalam mesin, campuran udara dan bensin ditekan oleh piston sampai dengan volume terkecil dan kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan dari busi. Karena besarnya tekanan yang diberikan, campuran ini juga dapat terbakar secara spontan sebelum terbakar oleh percikan api dari busi. Jika hal ini terjadi, maka akan terjadi ketukan (knocking) pada mesin. Knocking dapat menyebabkan mesin cepat rusak, sehingga sebisa mungkin harus dihindari dengan membuat bahan bakar yang memiliki nilai oktan tinggi. Sebab semakin tinggi nilai oktannya, maka terjadinya knocking akan semakin kecil karena bahan bakar akan semakin sulit terbakar secara spontan. Dan Proyek Langit Biru Cilacap ini diharapkan mampu menjadi penyokong produksi BBM dengan kualitas yang lebih baik dari sebelumnya, dari RON 88 atau premium menjaddi RON 92 atau pertamax dengan nilai produksi sebesar 91.000 barel per hari (bph).

Kilang Minyak (sumber: kaskus.co.id)
Proyek ini merupakan kelanjutan dari proyek Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang telah beroperasi sejak Oktober 2015. Ada tiga kegiatan utama yang nantinya akan dijalankan pada proyek Langit Biru Cilacap ini, yaitu revamping atau pengubahan pola operasi unit Platforming I dari yang semula Fix Bed Catalyst menjadi Continuous Catalyst Regeneration yang memungkinkan produksi gasoline dengan kadar oktan lebih tinggi. Kedua adalah pembangunan unit baru Light Naphtha Hydro Treating dan Isomerization dengan kapasitas produksi 21.000 barel per hari (bph). Dan terakhir adalah pembangunan unit utilitas dan offisite. Jika proyek ini selesai, maka Pertamina akan dapat mengurangi impor High Octane Mogas Component (HOMC) yang memiliki kadar oktan 90-92 dari luar negeri. Sebagai tambahan, kilang minyak di Cilacap ini merupakan kilang yang menyumbang sekitar 60% kebutuhan BBM di Jawa atau 34% penyumbang kebutuhan BBM Nasional.

Dengan peningkatan kualitas BBM, maka diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Udara lebih segar, bersih, dan sehat, serta langit menjadi lebih biru. Jika hal ini dapat dicapai, maka peningkatan kualitas hidup masyarakat di masa depan adalah keniscayaan. Dengan kembali jernihnya udara dan membirunya langit, maka masa depan generasi penerus lebih terjamin tanpa harus terancam paparan polusi udara. Maka, menjaga kualitas bahan bakar adalah langkah awal menjaga generasi penerus. Kesadaran akan kelestarian lingkungan harus terus ditumbuhkan agar kita memiliki Generasi Langit Biru, yaitu generasi yang berusaha menjaga kualitas hidup dan menghargai lingkungan. Sehingga dengan terjaganya lingkungan akan memberikan harapan-harapan baru, menumbuhkan semangat dan optimisme bagi kehidupan di masa depan yang lebih cerah, secerah langit biru di siang hari. Karena mereka berhak mewarisi bumi yang lebih baik. Dan kita hanya mampu mewariskan upaya pelestarian bumi ini. Sebab aku, kamu, kita semua bernaung di bawah langit yang sama. Salam #GenLangitBiru.
Ilustrasi Generasi Langit Biru (sumber: dokumen pribadi)




Referensi tulisan:
1. pertamina.com
2. beritagar.id
3. bisnis.tempo.co
4. bisnis.liputan6.com
5. wikipedia.org

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply