Perang Terpanjang

Perang terdahsyat dan tak berkesudahan adalah perangnya pemikiran. Sebab, ia adalah luapan gagasan yang tersampaikan lisan, terekam tulisan, dan yang mampu menciptakan pergerakan sejarah.

Pada perang tanding, satu orang mungkin mampu menyamai 3 orang, seperti pada perang Badar dimana 313 pasukan Muslim mampu mengalahkan 1000 pasukan kafir, meski hakikatnya mendapat bantuan pasukan Allah berupa malaikat. Atau mungkin setara hingga 10 orang. Namun pada perang pemikiran, satu ayunan gagasan mampu menyabet hingga ribuan bahkan jutaan orang sekaligus. Kata Sayyid Qutb, "Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala. Namun satu tulisan mampu menembus hingga ribuan bahkan jutaan kepala.".

Sebab gagasan adalah peluru tak terhentikan. Bahkan meski penembaknya telah tiada. Karena itu, perangnya pemikiran adalah perang panjang yang tak berkesudahan kecuali bila gagasan itu telah usang ditelan zaman. Maka di dunia ini, tak ada perang selama perangnya dua kubu yang bergagasan diametral yang telah ada sejak manusia pertama ada, yaitu perang antara kebaikan dan kejahatan. Ia adalah peperangan yang tak pernah usang. Bahkan perang ini lebih lama dari satu perang terpanjang yang tercatat sejarah berdurasi 770 tahun, yaitu reconquista atau penaklukan kembali negeri-negeri Muslim oleh kerajaan Kristen di wilayah semenanjung Andalusia di abad pertengahan. Bahkan pada reconquista sendiri terdapat  intisari dari perang antara kebaikan dan kejahatan.

Dua hal tersebut merupakan dua hal yang secara alamiah ada pada dunia. Dengan penghulu kebaikan adalah Tuhan itu sendiri dan penghulu kejahatan adalah iblis yang membangkang. Maka jika kita telusuri lebih jauh, akar dari kejahatan tersebut adalah kesombongan. Maka tak heran bila Allah larang makhlukNya untuk berlaku sombong. Sebab hal itu membinasakan.

Tak terbatas pada satu umat, kebudayaan, atau lingkungan saja peperangan itu terjadi. Pada kebudayaan-kebudayaan lain yang bahkan tak mengenal sistem ketuhanan yang satu seperti Islam, misalkan pada mitologi Mesir, pertarungan antara kebaikan dan kejahatan yang disimbolkan dengan cahaya dan kegelapan itu juga mewujud. Adalah Horus melawan Seth sebagai personifikasi antara cahaya dan kegelapan bagi masyarakat Mesir kuno. Bahkan pada sekup lebih kecil, pertarungan pun tetap ada. Pada Asy Syams : 8, Allah katakan,

فألهمها فجورها وتقواها - ٨

"Maka Allah ilhamkan kepada (jiwa itu) jalan kefasikan dan ketaqwaan,"

Dan beruntunglah bagi sesiapa yang berada di sisi kebaikan, begitu kata Allah. Kefasikan adalah keburukan, dan ketaqwaan adalah kebaikan. Maka, netral adalah sebuah delusi di dunia keberpihakan ini. Dan oleh karena itu, kita diminta untuk menentukan pilihan, akan di sisi manakah kita. Sebab kesudahan yang ditetapkan hanya dua, bahagia atau sengsara. Surga atau neraka.

Maka pada perang tak berkesudahan hingga puncaknya kelak pada Al Malhamah Kubra, kita harus menjadi seorang yang cerdas. Dengan meningkatkan kapasitas diri, serta perkuatan penjagaan agar tak terjerembab dalam sisi buruk, kita telah berusaha menjaga diri dari keburukan yang bisa menimpa kita. Dan dengan demikian, kita telah berada pada jalur kemenangan. Sebab tiadalah pernah Allah menangkan atas sesuatu itu sebuah keburukan.

Maka jadilah cerdas, berpemahaman luaslah, dan pilihlah pilihan terbaik, sebab hidup adalah pergumulan antara nilai-nilai Tuhan dengan panah-panah iblis. Dan tentu kemenangan berada pada sisi Tuhan, Allah azza wa jalla.

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply