Menakar Hijab

Bisakah menakar keimanan seorang wanita berdasar hijabnya?

***

Kepada yang sedang berjuang mempertahankan hijabnya. Atau yang masih diselimuti ragu pada hijrahnya. Pun pada yang sedang beristiqamah menjaga khimarnya...

Allah katakan dalam Al Ahzab : 59, "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka...”".

Pada perintah berjilbab, Allah tujukan selain pada keluarga Nabi, juga pada Mukminah secara umum. Hal ini secara jelas menunjukkan bahwa berjilbab bukan sekedar perintah, namun memiliki nilai keimanan. Karena itu Allah sebutkan para mukminah pula.

Pada An Nur : 31 Allah berfirman, "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya""

Bersebab bernilai keimanan, maka ketika perintah itu dilanggar, bukan hanya dosa yang didapat, namun menunjukkan tingkat keimanan yang lemah pada saat itu. Pada dua ayat di atas, kalimat perintah berhijab dibuka dengan penyebutan wanita beriman (mukminah), sedangkan berhijab merupakan sebuah fase perubahan pada diri wanita muslim. Karena merupakan fase perubahan, maka semakin baik seorang wanita beriman dalam berhijab, maka semakin baik pula fase perubahan dirinya. Yang artinya, semakin dia bersesuaian dengan perintah yang telah Allah tetapkan. Dengan demikian, makin baiknya dia dalam menjaga dirinya dengan hijab, makin bertambah baik pula iman yang dimilikinya. Sebab ketaatan kepada perintah Allah takkan bertentangan dengan keburukan. Para wanita muslimah semasa Nabi, tatkala mendengar ayat tentang hijab ini, bersegera mereka menyobek kain-kain mereka untuk dijadikan jilbab demi menunjukkan kesungguhan iman mereka.

Maka, telah selayaknya wanita-wanita yang telah menunjukkan kesungguhannya dalam berhijab sesuai syariat, juga menunjukkan perilaku yang bersesuaian dengan penampilannya. Dengan begitu, dia akan menjadi sebaik-baik perhiasan dunia seperti yang Rasulullah katakan dalam sebuah hadits, "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah." (HR. Muslim).

Lalu bagaimana hijab yang sesuai syariat? Ia tersebut dalam beberapa ayat dan hadits. Yang pertama menutup seluruh tubu kecuali yang boleh ditampakkan, seperti disebut dalam dua surah di atas, An Nur : 31 dan Al Ahzab : 59. Kedua, tidak tipis bahkan transparan. Tidak pula menunjukkan lekuk tubuh. Rasulullah bersabda,

Bahwa Asma binti Abi Bakar masuk ke rumah Rasul dengan mengenakan pakaian yang tipis, maka Rasulullah berkata : “Wahai Asma, sesungguhnya wanita yang telah haid ( baligh) tidak diperkenankan untuk dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, dengan mengisyaratkan wajah dan tepak tangan.” (HR abu Daud).

Juga dalam hadits lain,

“Ada dua golongan dari ahli neraka yang siksanya belum pernah saya lihat sebelumnya, kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang digunakan memukul orang (ialah penguasa yang zhalim), wanita yang berpakain tapi telanjang, yang selalu maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat. Rambutnya sebasar punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium wanginya, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan yang amat panjang.” (HR. Muslim).

Juga dalam riwayat lain, Adapun Fatimah putri Rasulullah pernah berkata kepada Asma :

“Wahai Asma! Sesungguhnya Aku Memandang buruk apa yang dilakukan oleh kaum wanita yang menggenakan baju yang dapat meggambarkan bentuk tubuhnya” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim).

Ketiga, tidak memakai wewangian yang berbau tajam apabila keluar rumah. Rasul bersabda, “Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar ia menghirup wanginya, maka ia sudah berzina” (HR. An-Nasa’i).

Keempat, tidak menyerupai laki-laki. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Rasulullah melaknat pria yang menyerupai pakaian wanita dan wanita yang menyerupai pakai laki-laki.” (HR. Abu Dawud).

Maka semoga, yang telah berhijab makin bertambah jelitanya dengan hijabnya. Jelita rupanya pun jelita akhlak dan perilakunya. Demikian pula yang masih berselimut ragu dalam hatinya, disemogakan untuk memantapkan hatinya dalam memilih yang baik.

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply