Cabang

Atau bifurkasi dalam bahasa Fiersa Besari. Aku tahu kata ini dari seseorang yang begitu spesial yang pernah bikin story salah satu lagunya. Ada apakah dengan bifurkasi?

Bifurkasi merujuk kepada sesuatu yang bercabang menjadi dua. Sinonim bifurkasi menurut situs merriam-webster.com salah satunya adalah divarication, yang kuterjemahkan sesuai katanya ke dalam bahasa Indonesia menjadi divarikasi. Namun divarikasi tak menyoal nominal, hanya merujuk kepada percabangan semata. Sinonin lain yang lebih abstrak jumlahnya adalah divergensi.

Kata-kata tersebut mengacu kepada satu titik yang kemudian menyebar ke dalam beberapa arah. Jika dikaitkan dengan kehidupan kita, maka bifurkasi ibarat pilihan-pilihan pada suatu masa.

Kita hidup tentu memiliki beragam pilihan. Dan normalnya, makin kita dewasa, pilihan-pilihan itu makin banyak. Dan kita dituntut untuk memilih satu dari sekian banyak pilihan itu jika tidak bisa dikompromikan. Bagi anak-anak milenial yang baru memasuki fase menjelang dewasa ini, usia-usia kepala dua (20 tahun ke atas) hingga usia emas di umur 25 tahun menjadi sesi migrasi yang kemungkinan besar menentukan langkah hidupnya selanjutnya. Mengapa usia emas? Ini hanya subjektifitas dari perspektifku saja, sebab di usia 25 tahun merupakan usia dimana seseorang telah cukup matang untuk berfikir dan bertindak serta terlepas dari peran serta orang tua. Selain itu, di usia ini pula seseorang akan merasakan pengalaman yang sama sekali berbeda dari orang lain. Rasulullah di usia ini pun telah sepenuhnya diamanahi untuk mengurus perdagangan milik sayyidah Khadijah. Maka dari itu, usia ini adalah masa transisi sepenuhnya menuju kebijaksanaan, menuju tanggung jawab-tanggung jawab sebagai manusia dewasa.

Biasanya di usia-usia menjelang 25, topik paling santer dibicarakan adalah soal jodoh, pendidikan lanjut, atau pekerjaan. Ketiga hal itu yang memang mesti mendapat porsi pertimbangan lebih banyak dari yang lain. Inilah yang kumaksud dengan pengalaman yang sama sekali berbeda dari yang lain. Sebab setiap orang di usia itu akan memilih beragam jalan yang berbeda-beda satu sama lain. Disinilah titik bifurkasi dimulai. Dan ini bukanlah pilihan-pilihan yang bisa dengan mudah diputuskan. Sebab dampaknya panjang. Pada beberapa urusan bahkan sampai harus dilakukan diskusi dengan berbagai pihak serta istikharah. Misalnya soal pernikahan. Apalagi pernikahan adalah ibadah seumur hidup yang sebisa mungkin tidak diulang atau dirusak. Begitu pula soal pekerjaan yang kelak menentukan kehidupan ke depannya.

Disinilah letak pentingnya seseorang memutuskan secara matang. Sebab banyak dari pilihan-pilihan yang ada nantinya berkonsekuensi sangat panjang bagi hidup kita. Sehingga pemilihan harus dilakukan dengan meminimalkan mudhorot. Bagi seorang muslim, tentu Allah telah memberikan pedoman-pedoman mengenai kriteria-kriteria yang bisa dipilih dalam mengambil keputusan, dalam urusan apapun, tak hanya jodoh. Karena itu, sudah sepantasnya bagi kita muslim melihat dari kacamata diin. Itulah mengapa dalam sholat istikharah untuk menentukan pilihan, diawali dengan menyerahkan segala urusan kita kepada Allah Yang Mahatahu, lebih tahu dari diri kita sendiri. Agar urusan yang kita pilih dibimbingNya menuju pilihan terbaik. Terbaik tentu dari sisiNya, sebab sisi manusia memiliki keterbatasan.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjukMu menurut pengetahuanMu, dan aku memohon ketetapan dengan kekuasaanMu, dan aku memohon dari kelebihanMu Yang Mahaagung karena sesungguhnya Engkaulah yang berkuasa dan aku tidak berkuasa, dan Engkaulah yang mengetahui dan aku tidak mengetahui, dan Engkaulah Tuhan yang mengetahui perkara-perkara ghaib.

Kemudian doa dilanjutkan dengan menyebutkan urusan kita, dan memohon dipermudah dan diberkahi bila urusan itu baik untuk agama, kehidupan, dan dampak dari urusan itu. Begitu pula sebaliknya. Sesungguhnya Rasulullah saat mengajarkan doa untuk ummatnya, doa itu selalu indah terangkai.

Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa urusan ini baik untukku, untuk kehidupanku, dan pada akibat dari urusanku, maka tentukanlah ia untukku dan mudahkanlah ia untukku, kemudian berkahilah untukku padanya.

Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa urusan  ini buruk untukku, untuk kehidupanku, dan pada akibat dari urusanku, maka jauhkanlah ia dariku dan jauhkanlah aku darinya, dan tentukanlah untukku kebaikan dimana saja aku berada, kemudian jadikanlah aku ridha dengannya.

Doa tersebut mengandung satu nilai paling mendasar bagi hidup kita, yaitu kepasrahan kepada Allah atas segala urusan yang terjadi. Apapun hasilnya, setelah kita memohon kepadaNya, itulah jawaban terbaik yang diberikanNya kepada kita. Karena itu, dalam memutuskan sesuatu, hendaknya dimulai dengan niat ikhlas dan hati bersih. Kedekatan kepadaNya akan memudahkan diri kita membaca pesan dariNya dan mengarahkan arus hidup kita. Karena seperti kata Buya Hamka, kalau sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Jangan sampai makhluk yang menduduki puncak rantai makanan ini disetarakan dengan babi yang jadi mangsa dalam rantai makanan.

Jadi, bagaimana kita mempersiapkan bekal untuk mengarungi samudera kehidupan yang sesungguhnya bisa dimulai dari sejak saat ini. Bahkan kebanyakan orang-orang sukses membuat planning sebelum terjun ke dalam satu pilihan.

Masukkan aku dalam pilihanmu?

Sebab kamu adalah pilihanku.

#eaaa~

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply