Mencari Cintaku
Beberapa bulan lalu, mungkin semester lalu, aku pernah ditanya oleh salah seorang temanku. "Apa alasanmu mencintai KAMMI?". Tentu saja, bukan kebetulan dia bertanya begitu. Toh aku lebih senior jika dilihat dari waktu bergabungku dengan KAMMI dibandingkan dirinya. Tapi, tentu saja tak semua pertanyaan itu bisa terjawab lantaran lebih senior. Contohnya saja ini. Sulit sekali bagiku untuk menjawab pertanyaan sederhana begini. Bahkan sesekali dalam hari-hariku, bulan-bulanku aku berusaha mencari jawaban pertanyaan sederhana ini, tapi hingga kini belum kutemukan. Meski tergolong cepat bergabung dengan KAMMI, bukan berarti kemudian menjadi senior dalam segala hal di KAMMI.
Aku ingin setidaknya ngelantur malam ini, menceritakan apa yang dirasa hatiku tentang KAMMI. Mungkin cerita ini cepat atau lambat akan ketahuan juga, entah dengan sendirinya atau karena sengaja kubagikan kepada yang lain. Mungkin kamu akan membacanya juga dan kemudian berpikir berbagai macam tentangku. Dibilang melankolis, ah masa bodoh, toh sudah terlalu banyak sebutan yang orang-orang berikan padaku hingga tak sempat kurangkum dalam sebuah buku. Mari bercerita.
Sebelum bercerita, aku ingin mengawalinya dengan sebuah prolog (lah trus dari tadi yang diatas itu apa?). Ini adalah tentang sebuah cinta. Kembali ke pertanyaan apa alasanmu mencintai KAMMI. Bukan tanpa alasan aku tak bisa menjawab karena memang aku belum memiliki alasan yang pasti dan tepat. Dulu pernah terpikirkan olehku satu alasan yang kemudian pada akhirnya kuanggap itu alasan yang terlalu naif. Mau tau? Alasannya adalah karena KAMMI memiliki manhaj yang sama dengan jamaah yang aku tergabung di dalamnya. Naif sekali. Setelah kupikir berulang kali, alasan itu kurasa tidaklah cukup untuk mewakili apa yang orang katakan dengan cinta terhadap sebuah organisasi. Terlebih aku tak mau menyamakan KAMMI dengan salah satu partai politik yang bermanhaj tertentu (kau pasti sudah tau lah...). Karena dalam AD/ART KAMMI pun, dalam pasal ke-5 menyebutkan bahwa KAMMI adalah organisasi terbuka dan independen. Independen, bukan memihak salah satu partai atau kelompok manapun, sekali lagi. Cukup dengan pembahasan organisasi independennya, karena kalau mau dibahas panjang lebar pun, sudah ada yang pernah membahasnya. Jadi saya tak mau ikut-ikutan sok tau untuk membahas hal yang tidak kukuasai ini.
Kembali dengan alasan. Setiap orang yang bergabung dengan organisasi manapun, saya yakin perasaan untuk memiliki adalah tuntutan yang harus dipenuhi. Karena mana mungkin dia mau berjuang di dalam organisasi itu jika dia tak memiliki rasa memiliki. Dan, rasa memiliki itu paling gampang diterjemahkan dengan cinta, yah walaupun mungkin akan ada yang bilang itu kurang tepat, tapi whatever, ini adalah pemikiranku, bebas, suka-suka gue. Kenapa cinta? karena cinta maka dia merasa memiliki, merasa mempunyai sesuatu yang berharga yang harus diperjuangkan agar tidak kandas. Karena itu, mencari dan mempertahankan cinta susah-susah gampang, karena tak semua orang mau dan bisa terus-terusan berjuang menggenggamnya. Akan ada banyak kesedihan mengiringi kesenangan dalam cinta. Karena cinta dan perjuangan itu beriringan mesra.
Kembali kepada alasan. Hingga kini, aku belum menemukan alasan yang lebih rasional untuk mencintai KAMMI. Pernah suatu ketika aku mendengar temanku mengatakan ketika ditanya pertanyaan serupa, maka dia jawab "Karena KAMMI punya kekurangan.". Nalar logisku mengatakan ya, itu bisa saja betul. Karena KAMMI punya kekurangan, maka dia akan berjuang untuk menutupi kekurangan itu. maka perjuangan itulah yang dinamakan cinta baginya. Itu tidak salah. Tapi, aku takkan puas dengan jawaban seperti itu. Harus ada jawaban yang 'lebih agung' untuk bisa menenangkan hatiku yang terus mencari-cari. Asal tau saja, aku sebenarnya adalah orang yang sedikit banyak perfeksionis dalam beberapa hal yang kuanggap bisa atau ahli. Termasuk dalam alasan, aku ingin setiap alasanku adalah sempurna, setidaknya bagiku. Karena itu aku jarang untuk mengemukakan alasanku sebelum aku berhasil menemukan kesempurnaan dalam jawabanku. Begitu pula mencintai KAMMI, adalah sesuatu yang tak bisa begitu saja diputuskan dalam sekejap. Ibarat seorang suami yang baru saja menikah, tak mungkin dia akan langsung dengan serta merta mencintai istrinya seutuhnya. Ini pendapatku, karena toh aku juga belum mengalami yang namanya menikah, jadi aku tak begitu mengerti tentang kepastian pendapatku, hehe. Tapi satu hal yang kupahami adalah cinta itu kata kerja. Maka dia harus dikenai pekerjaan sebelum akhirnya terwujud sempurna. Jika aku mencintai KAMMI, apa yang kulakukan sehingga aku bisa mencintainya. Karena mencintai di mulut itu berbeda dengan mencintai di dalam jiwa. Sementara cinta yang berubah menjadi kata sifat akan lebih sulit diterjemahkan namun akan mudah dipahami oleh jiwa.
Ibarat sungai, mencintai itu mengalir seperti aliran sungai. Tak bisa dipaksakan, namun ia tak akan bisa dicegah. Jika memang waktunya, pasti aliran itu akan mencapainya. Entah lama atau sebentar. Tapi yang pasti, setiap aliran itu coba untuk dihentikan, maka ia akan berbelok mencari jalan lain untuk mencapai tujuannya.
Saat temanku berkata seperti yang kusebutkan tadi, aku lalu berpikir, ah naif sekali. Betapa sombongnya diriku yang dengan mudahnya meremehkan perasaan orang lain. Mungkin setiap orang mempunyai cara pandang dan cara yang berbeda dalam mencintai. Pun demikian aku. Lalu kenapa aku menghakimi seenaknya? Hmm... Mungkin karena terlalu sebel melihat orang lain yang berhasil menemukan alasan.
Lama sekali aku terdiam dalam ketidakpastian itu. Lama sekali. Sampai-sampai aku melupakannya. Namun kemudian, dalam 3 hari itu, ah bukan, mungkin hanya dalam beberapa jam saja, tiba-tiba muncul rasa bahagia karena aku telah bergabung dengan KAMMI. Itu terjadi saat DM1 terhitung sejak 3 hari kemarin hingga sore tadi.
Senja mulai meredup berganti malam yang kian gulita. Di beberapa sudut bangunan Fakultas Kedokteran UNS itu, lampu menyala sekedar menerangi, daripada tak ada cahaya sama sekali. Angin berhembus lembut namun telaten menyisir setiap lekuk badan dan pakaian. Dalam sayup-sayup Maghrib, upacara penutupan sekaligus pelantikan AB1 dilakukan. Setelah sebelumnya ketika sore melakukan simulasi aksi yang berujung dengan jatuhnya korban di beberapa pihak (pihak peserta dan pihak panitia, berdarah, dan kurasa akulah yang paling parah), akhirnya menjelang Maghrib upacara dimulai. Dari situlah desiran perasaan itu muncul. Bukan cinta, namun kupikir lebih kearah kerinduan. Seperti merindukan sesuatu yang pernah muncul dan lalu menghilang.
Aku, seingatku telah menjadi panitia DM1 3 kali, dalam sie PDD, 2 kali menjadi koordinator PDD. Namun aku merasa ini yang terbaik yang pernah kurasakan. Entahlah, aku tak begitu mengerti alasannya, hanya merasa seperti itu. Saat prosesi upacara, hatiku merasa bersyukur sekali aku bergabung dengan KAMMI dan bertemu dengan teman-teman KAMMI.
Adzan berkumandang. Maghrib menjelang dengan ditemani sunyinya alam yang bersiap istirahat. Sungguh syahdu dan sangat mudah menyentuh setiap hati. Hanya suara sang -apa ya namanya, pembina upacara? saya lupa, duh...- yang terdengar agak keras dari tempatku berdiri. Mas Kamda yang berinisial ABH ini, memberikan wejangan kepada AB1 yang baru, semacam motivasi tambahan lah. Disinilah tiba-tiba pikiranku terbersitkan sesuatu, seperti sebuah romansa masa lalu atau deja vu yang terulang kembali. Aku merasakan nyaman saat itu, lebih dari waktu-waktu sebelumnya. Sekali lagi aku bersyukur bergabung dengan KAMMI. Dan mungkin inilah yang akan kau sebut dengan menemukan alasan, namun bagiku itu sangat sederhana, terlalu sederhana jika harus menjadi alasan. Meski begitu aku tak keberatan menjadikan itu alasan. Kadang cinta tak perlu sesuatu yang muluk-muluk, cukup yang sederhana namun berkesan. Tapi asal kau tau, ini bukanlah final dari pencarian cintaku. Aku yakin pasti akan muncul kembali sebuah alasan yang jauh lebih sempurna untuk diungkapkan, lebih indah untuk dilukiskan, dan lebih cantik untuk dituliskan.
Meski tanganku berdarah banyak karena simulasi aksi dorong-dorongan dengan peserta, tapi itu menyenangkan. Mungkin aku ingin mengulangnya lagi, hanya agar aku mendapat luka lagi. Kurasa itulah luka dan darah pertamaku yang mengalir untuk KAMMI. Luka yang kini kubalut dengan kasa yang membuat kawanku khawatir dan membantuku mengobatiku. Aku merasakan sesuatu yang lain dari kondisi ketika aku di kampus. Ah, mungkin alasan kedua jika kau mau menyebutnya sebagai alasan. Sama halnya dengan di LDK (Lembaga Dakwah Kampus), aku menemukan ikatan ukhuwwah yang lebih indah dari taman bunga. Selain itu, entah mungkin hanya perasaanku atau kebetulan yang berulang, seperti ada sesosok mata yang sering mengamatiku dari kejauhan dengan ekspresi seperti orang sedih. Itu dirimu, apa kau sedang sedih atau mengkhawatirkan sesuatu? Jika bisa, tentu aku ingin membantumu. Apapun demi perasaan yang kuterima dari kalian, demi sebuah ikatan yang lebih berharga dari permata...
Mungkin kalian pikir aku ini sangat sederhana ya. Tapi memang seperti inilah, beginilah diriku. Kadang sesuatu yang menarik perhatianku bukanlah sesuatu yang fantastis dan kolosal, tapi cukup simpel dan sederhana seperti tetes embun di pagi hari. Kecil, namun indah dan bermakna.
Pada akhirnya, inilah yang ingin kusampaikan. dan aku ingin mengucapkan maaf kepada semuanya. Maafkan diriku yang belum begitu berguna untuk KAMMI, yang masih pasif dan egois ini. Maaf ya kabid medkominfo, sekbid menkominfo, juga utamanya ketum, serta teman-teman pengurus yang bahkan belum semua kukenal dan kutau nama kalian...
Aku ingin setidaknya ngelantur malam ini, menceritakan apa yang dirasa hatiku tentang KAMMI. Mungkin cerita ini cepat atau lambat akan ketahuan juga, entah dengan sendirinya atau karena sengaja kubagikan kepada yang lain. Mungkin kamu akan membacanya juga dan kemudian berpikir berbagai macam tentangku. Dibilang melankolis, ah masa bodoh, toh sudah terlalu banyak sebutan yang orang-orang berikan padaku hingga tak sempat kurangkum dalam sebuah buku. Mari bercerita.
Sebelum bercerita, aku ingin mengawalinya dengan sebuah prolog (lah trus dari tadi yang diatas itu apa?). Ini adalah tentang sebuah cinta. Kembali ke pertanyaan apa alasanmu mencintai KAMMI. Bukan tanpa alasan aku tak bisa menjawab karena memang aku belum memiliki alasan yang pasti dan tepat. Dulu pernah terpikirkan olehku satu alasan yang kemudian pada akhirnya kuanggap itu alasan yang terlalu naif. Mau tau? Alasannya adalah karena KAMMI memiliki manhaj yang sama dengan jamaah yang aku tergabung di dalamnya. Naif sekali. Setelah kupikir berulang kali, alasan itu kurasa tidaklah cukup untuk mewakili apa yang orang katakan dengan cinta terhadap sebuah organisasi. Terlebih aku tak mau menyamakan KAMMI dengan salah satu partai politik yang bermanhaj tertentu (kau pasti sudah tau lah...). Karena dalam AD/ART KAMMI pun, dalam pasal ke-5 menyebutkan bahwa KAMMI adalah organisasi terbuka dan independen. Independen, bukan memihak salah satu partai atau kelompok manapun, sekali lagi. Cukup dengan pembahasan organisasi independennya, karena kalau mau dibahas panjang lebar pun, sudah ada yang pernah membahasnya. Jadi saya tak mau ikut-ikutan sok tau untuk membahas hal yang tidak kukuasai ini.
Kembali dengan alasan. Setiap orang yang bergabung dengan organisasi manapun, saya yakin perasaan untuk memiliki adalah tuntutan yang harus dipenuhi. Karena mana mungkin dia mau berjuang di dalam organisasi itu jika dia tak memiliki rasa memiliki. Dan, rasa memiliki itu paling gampang diterjemahkan dengan cinta, yah walaupun mungkin akan ada yang bilang itu kurang tepat, tapi whatever, ini adalah pemikiranku, bebas, suka-suka gue. Kenapa cinta? karena cinta maka dia merasa memiliki, merasa mempunyai sesuatu yang berharga yang harus diperjuangkan agar tidak kandas. Karena itu, mencari dan mempertahankan cinta susah-susah gampang, karena tak semua orang mau dan bisa terus-terusan berjuang menggenggamnya. Akan ada banyak kesedihan mengiringi kesenangan dalam cinta. Karena cinta dan perjuangan itu beriringan mesra.
Kembali kepada alasan. Hingga kini, aku belum menemukan alasan yang lebih rasional untuk mencintai KAMMI. Pernah suatu ketika aku mendengar temanku mengatakan ketika ditanya pertanyaan serupa, maka dia jawab "Karena KAMMI punya kekurangan.". Nalar logisku mengatakan ya, itu bisa saja betul. Karena KAMMI punya kekurangan, maka dia akan berjuang untuk menutupi kekurangan itu. maka perjuangan itulah yang dinamakan cinta baginya. Itu tidak salah. Tapi, aku takkan puas dengan jawaban seperti itu. Harus ada jawaban yang 'lebih agung' untuk bisa menenangkan hatiku yang terus mencari-cari. Asal tau saja, aku sebenarnya adalah orang yang sedikit banyak perfeksionis dalam beberapa hal yang kuanggap bisa atau ahli. Termasuk dalam alasan, aku ingin setiap alasanku adalah sempurna, setidaknya bagiku. Karena itu aku jarang untuk mengemukakan alasanku sebelum aku berhasil menemukan kesempurnaan dalam jawabanku. Begitu pula mencintai KAMMI, adalah sesuatu yang tak bisa begitu saja diputuskan dalam sekejap. Ibarat seorang suami yang baru saja menikah, tak mungkin dia akan langsung dengan serta merta mencintai istrinya seutuhnya. Ini pendapatku, karena toh aku juga belum mengalami yang namanya menikah, jadi aku tak begitu mengerti tentang kepastian pendapatku, hehe. Tapi satu hal yang kupahami adalah cinta itu kata kerja. Maka dia harus dikenai pekerjaan sebelum akhirnya terwujud sempurna. Jika aku mencintai KAMMI, apa yang kulakukan sehingga aku bisa mencintainya. Karena mencintai di mulut itu berbeda dengan mencintai di dalam jiwa. Sementara cinta yang berubah menjadi kata sifat akan lebih sulit diterjemahkan namun akan mudah dipahami oleh jiwa.
Ibarat sungai, mencintai itu mengalir seperti aliran sungai. Tak bisa dipaksakan, namun ia tak akan bisa dicegah. Jika memang waktunya, pasti aliran itu akan mencapainya. Entah lama atau sebentar. Tapi yang pasti, setiap aliran itu coba untuk dihentikan, maka ia akan berbelok mencari jalan lain untuk mencapai tujuannya.
Saat temanku berkata seperti yang kusebutkan tadi, aku lalu berpikir, ah naif sekali. Betapa sombongnya diriku yang dengan mudahnya meremehkan perasaan orang lain. Mungkin setiap orang mempunyai cara pandang dan cara yang berbeda dalam mencintai. Pun demikian aku. Lalu kenapa aku menghakimi seenaknya? Hmm... Mungkin karena terlalu sebel melihat orang lain yang berhasil menemukan alasan.
Lama sekali aku terdiam dalam ketidakpastian itu. Lama sekali. Sampai-sampai aku melupakannya. Namun kemudian, dalam 3 hari itu, ah bukan, mungkin hanya dalam beberapa jam saja, tiba-tiba muncul rasa bahagia karena aku telah bergabung dengan KAMMI. Itu terjadi saat DM1 terhitung sejak 3 hari kemarin hingga sore tadi.
Senja mulai meredup berganti malam yang kian gulita. Di beberapa sudut bangunan Fakultas Kedokteran UNS itu, lampu menyala sekedar menerangi, daripada tak ada cahaya sama sekali. Angin berhembus lembut namun telaten menyisir setiap lekuk badan dan pakaian. Dalam sayup-sayup Maghrib, upacara penutupan sekaligus pelantikan AB1 dilakukan. Setelah sebelumnya ketika sore melakukan simulasi aksi yang berujung dengan jatuhnya korban di beberapa pihak (pihak peserta dan pihak panitia, berdarah, dan kurasa akulah yang paling parah), akhirnya menjelang Maghrib upacara dimulai. Dari situlah desiran perasaan itu muncul. Bukan cinta, namun kupikir lebih kearah kerinduan. Seperti merindukan sesuatu yang pernah muncul dan lalu menghilang.
Aku, seingatku telah menjadi panitia DM1 3 kali, dalam sie PDD, 2 kali menjadi koordinator PDD. Namun aku merasa ini yang terbaik yang pernah kurasakan. Entahlah, aku tak begitu mengerti alasannya, hanya merasa seperti itu. Saat prosesi upacara, hatiku merasa bersyukur sekali aku bergabung dengan KAMMI dan bertemu dengan teman-teman KAMMI.
Adzan berkumandang. Maghrib menjelang dengan ditemani sunyinya alam yang bersiap istirahat. Sungguh syahdu dan sangat mudah menyentuh setiap hati. Hanya suara sang -apa ya namanya, pembina upacara? saya lupa, duh...- yang terdengar agak keras dari tempatku berdiri. Mas Kamda yang berinisial ABH ini, memberikan wejangan kepada AB1 yang baru, semacam motivasi tambahan lah. Disinilah tiba-tiba pikiranku terbersitkan sesuatu, seperti sebuah romansa masa lalu atau deja vu yang terulang kembali. Aku merasakan nyaman saat itu, lebih dari waktu-waktu sebelumnya. Sekali lagi aku bersyukur bergabung dengan KAMMI. Dan mungkin inilah yang akan kau sebut dengan menemukan alasan, namun bagiku itu sangat sederhana, terlalu sederhana jika harus menjadi alasan. Meski begitu aku tak keberatan menjadikan itu alasan. Kadang cinta tak perlu sesuatu yang muluk-muluk, cukup yang sederhana namun berkesan. Tapi asal kau tau, ini bukanlah final dari pencarian cintaku. Aku yakin pasti akan muncul kembali sebuah alasan yang jauh lebih sempurna untuk diungkapkan, lebih indah untuk dilukiskan, dan lebih cantik untuk dituliskan.
Meski tanganku berdarah banyak karena simulasi aksi dorong-dorongan dengan peserta, tapi itu menyenangkan. Mungkin aku ingin mengulangnya lagi, hanya agar aku mendapat luka lagi. Kurasa itulah luka dan darah pertamaku yang mengalir untuk KAMMI. Luka yang kini kubalut dengan kasa yang membuat kawanku khawatir dan membantuku mengobatiku. Aku merasakan sesuatu yang lain dari kondisi ketika aku di kampus. Ah, mungkin alasan kedua jika kau mau menyebutnya sebagai alasan. Sama halnya dengan di LDK (Lembaga Dakwah Kampus), aku menemukan ikatan ukhuwwah yang lebih indah dari taman bunga. Selain itu, entah mungkin hanya perasaanku atau kebetulan yang berulang, seperti ada sesosok mata yang sering mengamatiku dari kejauhan dengan ekspresi seperti orang sedih. Itu dirimu, apa kau sedang sedih atau mengkhawatirkan sesuatu? Jika bisa, tentu aku ingin membantumu. Apapun demi perasaan yang kuterima dari kalian, demi sebuah ikatan yang lebih berharga dari permata...
Mungkin kalian pikir aku ini sangat sederhana ya. Tapi memang seperti inilah, beginilah diriku. Kadang sesuatu yang menarik perhatianku bukanlah sesuatu yang fantastis dan kolosal, tapi cukup simpel dan sederhana seperti tetes embun di pagi hari. Kecil, namun indah dan bermakna.
Pada akhirnya, inilah yang ingin kusampaikan. dan aku ingin mengucapkan maaf kepada semuanya. Maafkan diriku yang belum begitu berguna untuk KAMMI, yang masih pasif dan egois ini. Maaf ya kabid medkominfo, sekbid menkominfo, juga utamanya ketum, serta teman-teman pengurus yang bahkan belum semua kukenal dan kutau nama kalian...
Solo, 2 November 2014, 21:00 WIB
Seorang yang sok cuek namun sebenarnya perhatian :)
2 komentar :
Formulir Kontak
Labels
berbagi
(189)
curhat
(93)
inspirasi
(91)
nasehat
(89)
Agama
(70)
Cerita
(70)
Opini
(58)
Renungan
(43)
Tulisan Serius
(32)
Introspeksi
(31)
iseng
(27)
Kampus
(26)
Motivasi
(25)
Pengetahuan unik
(18)
Pengetahuan umum
(16)
Sejarah
(14)
cerpen
(13)
Pengetahuan Teknologi
(12)
puisi
(12)
Tidak jelas
(11)
Lirik
(8)
Konspirasi
(7)
Peradaban
(7)
Teknik
(6)
humor
(6)
Tips
(5)
Batas Negeri
(4)
FSLDK
(4)
Lomba
(4)
Temajuk
(4)
Arsitektur
(3)
Poster
(3)
resep makanan
(3)
Berita
(2)
Sipil
(2)
palestina
(2)
ASUSROGID
(1)
Game
(1)
IPA
(1)
KAMMI
(1)
ROG
(1)
WEAREROG
(1)
freeletics
(1)
Popular Posts
-
Ini tugas btw... Tugas kuliahku, wkwk... Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, term...
-
Di dalam agama Kristen, tanggal 25 Desember merupakan hari raya mereka yang disebut hari Natal atau kelahiran Yesus. Namun, be...
-
Pernah terpikir, atau mungkin sekedar terbersit, mengapa hati mesti melabuhkan pilihan pada brand bernama Asus ini? Dulu sewaktu SMA,...
-
Entah kenapa judulnya begitu, hahaha... Tapi keliatan keren aja pake judul gitu. Ini adalah kisah pendakian sebenarnya. Beberapa hari lalu...
-
Hati-hati dengan ilmu sihir sigil, karena ia merupakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesannya, hal ini seperti yang dilakukan free...
-
Beberapa waktu lalu, ketika kami sedang berkumpul dan berdiskusi (kalau itu disebut diskusi), guru kami membacakan kembali sebuah hadits yan...
-
Original After modding Kita semua bisa merubah tampilan menu standard itu dengan tangan kita sendiri, artinya.. gak perl...
-
Dalam menghadapi masalah, tak jarang, dan sering mungkin, kita membalutnya dengan keluh-kesah tak berkesudahan. Kita sering mendramatisir...
-
#Bagian 11 Aku, bahkan sempat terbayang tentang kematian dalam game seperti anime SAO. Tapi itu anime, kartun, cerita buatan. Sangat berbe...
-
Ada hal lucu saat saya sekali me reply cuitan salah satu kanal media alternatif di Twitter, Tirto . Saat itu Tirto membuat cuitan dari art...
Posting Komentar