Potensi Rezeki

Sebagian perempuan atau calon mertua pasti menanyakan soal penghasilan kepada calon suami atau menantunya. Tidak salah. Sebab penghasilan adalah jaminan ketenangan berkehidupan. Namun yang perlu diluruskan adalah bahwa penghasilan (gaji) besar bukan jaminan ketenangan hidup. Sebab apa? Sebab ada orang yang gajinya besar, puluhan hingga ratusan juta, namun tidak bisa makan enak. Kenapa? Dia penderita kolesterol dan diabetes. Atau ada orang punya rumah mewah banyak, namun tidak bisa tidur nyenyak. Sebab rupanya dia penderita saraf dan sakit tulang belakang. Maka hartanya itu habis untuk pengobatannya.

Namun ada juga yang gajinya kelihatan biasa-biasa saja, bahkan sedikit. Tapi hidupnya tenang. Ada seorang anak jalanan yang tidur di gerobak beralaskan koran atau kardus, namun tidurnya nyenyak. Dibangunkan nggak bangun-bangun saking pulasnya. Padahal secara harta dia tidak punya. Atau seorang ustadz yang rumahnya tidak besar, motornya hanya satu, gaji mengajarnya tidak seberapa, tapi setiap minggu minimal bisa nyetir mobil sendiri. Rupanya tetangga-tetangganya yang punya mobil menawarkan dia untuk memakai mobil mereka. Daripada nganggur katanya. Sebab para tetangga bermobil ini lebih memilih naik sepeda ke kantor. Begitu anjuran dokter. Masya Allah.

Jika kita pahami rezeki hanya apa yang kita miliki, habislah waktu kita hanya untuk mengejarnya. Dua hal yang berbeda, yaitu gaji dan potensi rezeki. Saya ambil perumpamaan gaji sebab yang mudah dipahami demikian. Maka beda antara gaji atau penghasilan dengan potensi rezeki. Rezeki itu bukan apa yang kita miliki, tapi apa yang bisa kita pakai atau manfaatkan. Bolehlah kita katakan gaji yang dipakai untuk membeli mobil itu sebagai rezeki, tapi bukan berarti rezeki kita kan? Maka jadi orang itu jangan pelit-pelit.

Maka jika ditanya, pilih gaji banyak atau potensi rezeki besar, ya pilih dua-duanya, haha. Karena dengan begitu kita bisa beramal lebih luas. Tapi kalau harus memilih, pilih potensi rezeki besar. Sebab jika disyukuri, itu akan jadi nikmat tersendiri meski kita tak memiliki. Sebab ada saja jalan Allah berikan rezeki kepada hambaNya. Kadang tak melulu soal kuantitas, namun lebih kepada kualitas. Maka, apapun kondisinya, syukuri.

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply