Dekat yang Tak Berjarak


"Ya Rasulullah, apakah Allah itu dekat hingga kami hanya perlu munajat kepadaNya, ataukah Dia jauh sehingga kami harus menyerunya?" tanya sahabat suatu ketika selepas mendengar firman yang diwahyukan kepada kekasihNya, "ud'uunii astajib lakum" (berdoalah kepadaKu, niscaya akan kuperkenankan doamu; Al Mu'min: 60).

Maka Rasul pun terdiam. Hingga diwahyukan ayat 186 surah Al Baqarah.

"Dan jika hambaKu bertanya kepadamu tentangKu, maka sesungguhnya Aku dekat...".

Dekat. Begitulah Allah menjawab. Hingga Dia katakan sendiri, "...maka sesungguhnya Aku dekat..." sebagai isyarat dekat yang tak berjarak. Dia beritahukan kedekatanNya secara langsung, bukan melalui perantara NabiNya, "...maka katakanlah kepada mereka, bahwa Aku dekat...". Tidak. Sebab jika demikian, maka itu dekat yang berjarak. Sehingga Dia hapus hijab perantara seolah-olah Dia sedang bercakap dengan sang hamba.

"Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (QS. Qaf: 16).

Dekat yang tak berjarak pula, yang membuat sang Nabi isyaratkan dengan telunjuk dan jari tengahnya sebagai analogi kepada para penyayang yatim, "Aku dengan orang yang merawat anak yatim, di dalam surga seperti ini.".

Dekat. Tentu apa-apa yang dekat lebih menentramkan hati. Apalagi yang tak berjarak. Membahagiakan. Allah dan RasulNya sudah beritahukan. Jadi kamu, maukah mendekat?

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply