Salam 'alayka

Jika perkataan Nabi hanyalah bualan seperti yang mereka tuduhkan
Lantas mengapa satu saja kalimat yang terucap dari lisan beliau mampu menggerakkan manusia hingga lintas generasi?
Bahkan setelah delapan seperempat abad berlalu masih ada manusia-manusia yang yakinnya lebih kuat dari ikatan rantai Galata
Hingga kesungguhan membuktikan kebenaran perkataan beliau
'Latuftahannal qosthonthiniyyah falani'mal amiru amiruha walani'mal jaisyu dzalikal jaisyu'
Atau siapa yang mampu menggerakkan manusia-manusia ditengah terik menyengat
Yang bertahan dalam kekurangan pangan namun bukan jiwa dan imannya
Ketika mereka berkumpul untuk melaksanakan perintah membuat penghalang di tengah gurun tandus
Parit yang panjangnya lebih dari 6 kilometer tak tertembus
Jika bukan berasal dari perkataan mulia sang Nabi, lantas siapa lagi yang mampu?
Jika tuturnya saja menggerakkan, maka apalagi dalam teladannya yang akan memikat hati setiap yang mengetahuinya
Hai jiwa, andaikan sedetik saja kau bersamanya, tentu rindumu kan berlarut-larut
Maka jika pertemuan pun belum terjadi sedang kisahnya sering kau temui, maka rindu yang bagaimana yang kan terobati?

teruntuk semua yang merindukan perjumpaan dengan kekasihNya, khatimul anbiya'

3 komentar :

Dewa Matahari dan 25 Desember

            Di dalam agama Kristen, tanggal 25 Desember merupakan hari raya mereka yang disebut hari Natal atau kelahiran Yesus. Namun, benarkah Yesus lahir pada hari itu? Menurut berbagai sumber di internet memang mengatakan bahwa Yesus lahir pada tanggal itu. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus. Mengapa? Let’s check this out…

           
Matahari
Dalam banyak literatur keagamaan di berbagai tempat di seluruh dunia, matahari dianggap sebagai objek yang agung, yang dipuja, dan bahkan disembah sejak ribuan tahun lalu. Hal ini wajar untuk dipahami mengingat bahwa matahari terbit setiap pagi, memberikan kehangatan dan penglihatan, menyingkirkan dari rasa takut, dan tanpanya manusia tahu bahwa kehidupan takkan berjalan di bumi. Maka adalah wajar untuk mereka saat itu berpikir bahwa matahari adalah objek yang mempunyai kekuatan superioritas di atas yang lain, sehingga matahari merupakan objek yang dikagumi sepanjang masa. Dari cara berpikir praktis seperti itulah, kemudian lambat laun manusia mempersonifikasikannya sebagai dewa atau jelmaan atau utusan tuhan, karena melihat kapasitas matahari yang sebagai ‘juru selamat manusia’, ‘cahaya bagi dunia’. Dari pemikiran semacam itulah kemudian muncul di berbagai teologi kebudayaan dari berbagai penjuru dunia nama-nama dewa yang teranalogikan dari matahari. Misalkan saja yang termasuk paling terkenal adalah Horus. Horus adalah dewa matahari bangsa Mesir kuno, yang rangkaian hidupnya merupakan sebuah rangkaian mitos pergerakan matahari di langit. Pergerakan ini melewati 12 rasi bintang besar dalam satu tahun, yang kita kenal dengan istilah zodiak.
Zodiak
Zodiak merupakan perefleksian dari 12 bulan dalam setahun, 4 musim, dan titik balik matahari. Zodiak adalah rasi-rasi bintang yang dipersonifikasikan dengan bentuk-bentuk manusia atau binatang yang setiap wujudnya memiliki arti tertentu, seperti zodiak aquarius yang dipersonifikasikan dengan orang yang mengalirkan air dari kendi, yang melambangkan hujan pada musim semi.

            Kembali kepada pembahasan tentang dewa matahari. Bangsa Mesir kuno adalah satu dari bangsa yang menganggap matahari sebagai dewa. Horus, dewa mereka, digunakan untuk personifikasi cahaya. Dia mempunyai musuh bernama Set, dewa kegelapan, personifikasi untuk malam. Setiap hari mereka bertarung untuk memperebutkan kekuasaan.
Horus dan Seth
Setiap pagi Horus menang melawan Set, dan ketika malam menjelang, Set menang dan mengirimnya ke dunia bawah. Perlu diketahui, ‘kegelapan melawan cahaya’, ‘kebaikan melawan kejahatan’, merupakan sebuah dualitas terbesar di dunia ini yang sampai sekarang masih dipertahankan. Begitu banyak dualitas yang mengibaratkan dua hal tersebut di dunia ini, seperti hitam dan putih, atas dan bawah, kanan dan kiri, bersih dan kotor, yin dan yang, raava dan vaatu (di film kartun Avatar Korra). Beberapa menyebut hubungan dua hal ini sebagai sebuah keseimbangan, yang jika hubungan tersebut dirusak, maka keseimbangan juga rusak.

            Bicara tentang matahari dan kaitannya dengan tanggal 25 Desember, maka pembicaraan akan kembali kepada Horus. Berikut kisahnya.
Horus
Horus dilahirkan dari seorang perawan Isis-Meri pada tanggal 25 Desember. Kelahirannya ditandai dengan kemunculan sebuah bintang di sebelah timur. Bintang itu digunakan oleh 3 orang raja untuk memberkati juru selamat yang baru saja lahir - yaitu Horus. Saat Horus usia 12 tahun, dia menjadi seorang guru yang hebat. Ketika usianya 30 tahun, dia dibaptis oleh figur bernama Anup dan sejak itu dia mulai menyebarkan ajarannya. Dia memiliki 12 murid setia yang menyertai perjalanannya. Dia banyak melakukan mukjizat seperti berjalan diatas air dan menyembuhkan penyakit. Dia juga memiliki banyak julukan seperti ‘Sang Kebenaran’, ‘Sang Cahaya’, ‘Anak Tuhan yang Diberkati’, ‘Gembala yang Baik’, ‘Anak Domba Tuhan’, dan lain-lain. Setelah dia dikhianati, dia disalib dan dikuburkan. Setelah 3 hari, dia kemudian bangkit dari kematian. jika kita melihat ke konsep teologi di banyak kebudayaan, tampak cerita-cerita mereka hampir sama dengan cerita Horus ini. Misalkan Attis (Piriggia) yang lahir dari perawan Nana pada 25 Desember, disalib, dimakamkan, dan bangkit dari kubur setelah 3 hari. Krishna (India), lahir dari perawan Devaki, kelahirannya ditandai dengan kemunculan bintang di timur, dia melakukan banyak mukjizat, dan bangkit setelah kematiannya. Dionysus (Yunani) lahir dari perawan pada 25 Desember. Dia adalah seorang guru yang melakukan melakukan perjalanan dan melakukan banyak mukjizat. Dia dijuluki ‘anak tuhan satu-satunya’, ‘raja dari raja’, ‘alfa dan omega’, dan lain-lain. Dia bangkit lagi setelah kematiannya. Mithra (Persia), lahir dari seorang perawan pada 25 Desember. Dia memiliki 12 murid dan melakukan banyak mukjizat. Setelah dia mati, dia dikubur dan bangkit lagi setelah 3 hari. Dia dikenal sebagai ‘sang kebenaran’, ‘sang cahaya’, dan lain-lain. Uniknya, hari yang disucikan untuk memuja Mithra adalah hari Minggu. Dan masih banyak lagi ‘juru selamat’ lain dari berbagai kebudayaan, misalnya Indra dari Tibet, Jao dari Nepal, Thammuz dari Syria, Beddru dari Jepang, Prometheus dari Kaukasus, dan lain sebagainya.

            Kembali ke bahasan mengenai juru selamat. ‘Juru selamat kontemporer’ saat ini adalah Yesus Kristus. Berikut kisahnya. Yesus Kristus dilahirkan dari perawan Maria pada tanggal 25 Desember di tempat bernama Bethlehem. Kelahirannya ditandai dengan munculnya bintang dari timur, yang kemudian diikuti oleh 3 orang raja (orang majusi) untuk menemukan dan memberkati juru selamat yang baru saja lahir. Di umur 12 tahun dia sudah menjadi guru. Lalu di umur 30 tahun dia dibaptis oleh John pembaptis dan dia mulai menyebarkan ajarannya. Yesus memiliki 12 murid yang mengikuti perjalanan bersamanya. Dia melakukan banyak perjalanan dan melakukan berbagai mukjizat seperti menyembuhkan orang sakit, berjalan di atas air, menghidupkan orang mati, dan sebagainya. Dia dikenal sebagai ‘raja segala raja’, ‘anak tuhan’, ‘cahaya dunia’, ‘alfa dan omega’, ‘anak domba tuhan’, dan masih banyak lagi. Setelah dikhianati oleh Yudas, muridnya dengan menjualnya seharga 30 keping perak, dia disalibkan, ditempatkan dalam sebuah makam, dan bangkit setelah 3 hari untuk menuju Surga. Sebagai catatan, ini adalah kisah menurut mereka, ummat Kristiani. Sedangkan menurut Islam, Yesus (Isa) tidaklah disalib, namun orang yang diserupakan dengan nabi Isa-lah yang disalib. Dalam Qur’an surah An Nisa’ ayat 157-158 Allah telah menjelaskan,

“dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah*)’, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuhnya itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya. Tetapi Allah telah mengangkat Isa kehadiratNya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

*)Mereka menyebut Isa putra Maryam itu Rasul Allah ialah sebagai ejekan, karena mereka sendiri tidak mempercayai kerasulan Nabi Isa a.s. tersebut.

Sedangkan dalam Bibel dikatakan bahwa Yesus mati terbunuh jam tiga sore diatas gantungan tiang salib hanya mengenakan sehelai kain yang menutupi kemaluannya (Lukas 23:44-46). Dari sini jelaslah perbedaan mendasar tentang siapa yang disalib menurut pandangan Islam dan Kristen.

            Melihat cerita kelahiran Yesus diatas, ada beberapa hal yang bisa dianalisa. Terkait dengan kelahiran Yesus dan kemunculan bintang dari timur, adalah sepenuhnya ilmu perbintangan. Bintang yang muncul dari timur adalah Sirius, bintang paling terang di malam hari yang pada tanggal 24 Desember berada pada posisi sejajar dengan 3 bintang paling terang di gugusan sabuk Orion. Ketiga bintang terang tersebut, sejak zaman dulu hingga sekarang dikenal sebagai 3 raja.
Sirius dan 3 raja
Sirius, dan 3 raja (orang majusi) tersebut menunjuk pada tempat terbitnya matahari pada tanggal 25 Desember. Inilah penjelasan pernyataan “Kelahirannya ditandai dengan munculnya bintang dari timur, yang kemudian diikuti oleh 3 orang raja (orang majusi) untuk menemukan dan memberkati juru selamat yang baru saja lahir”, yang menginterpretasikan Yesus sebagai mataharinya. Kemudian perawan Maria (Virgin Maria) adalah menunjuk rasi bintang Virgo yang dikenal pula dengan sebutan sang perawan Virgo. Dalam bahasa latin, Virgo berarti perawan. Virgo juga dapat diartikan sebagai lumbung roti, dan lambang Virgo adalah seorang perawan yang memegang gandum.
Virgo
Ini adalah isyarat bahwa Virgo menyimbolkan waktu panen, yaitu bulan Agustus dan September. Bahkan, Bethlehem jika diartikan secara harfiah juga berarti lumbung roti (house of bread), yang mengacu kembali pada Virgo. Jadi, bisa jadi bahwa Bethlehem sebenarnya mengacu pada tempat di langit, bukan di bumi.

            Ada hal menarik disini mengapa harus tanggal 25 Desember. 25 Desember adalah titik balik matahari musim dingin. Selama rentang waktu antara titik balik matahari musim panas sampai titik balik balik matahari musim dingin, hari-hari akan semakin pendek dan dingin. Selama waktu itu, jika dilihat dari bumi bagian utara, matahari akan terlihat bergerak ke selatan, dan tumbuh-tumbuhan mulai meranggas karena mendekati musim dingin. Hal ini dianggap masyarakat zaman dulu sebagai proses menuju kematian. Proses kematian matahari. Tanggal 22 Desember adalah puncaknya ‘kematian matahari’. Disinilah menariknya, bahwa setelah tanggal 22 Desember, matahari tidak lagi bergerak ke selatan, namun dia berhenti selama 3 hari, yaitu pada tanggal 22, 23, dan 24 Desember. Dan pada 3 hari itu, matahari sedang berada di sekitar gugusan bintang Crux (salib selatan). Kemudian tanggal 25 Desembernya, matahari mulai ‘bangkit dari kematiannya’ dan bergerak naik 1 derajat. Kali ini matahari mulai bergerak ke arah utara, membawa hari-hari yang lebih panjang dan hangat, musim semi. Maka jelaslah sekarang mengenai pernyataan ‘mati selama 3 hari pada salib, kemudian bangkit atau terlahir kembali’. Itulah mengapa Yesus dan banyak cerita lainnya hampir sama tentang konsep penyaliban, mati selama 3 hari, dan bangkit dari kematian.

            Masyarakat kuno tidak merayakan kebangkitan matahari itu hingga terjadinya titik balik matahari musim semi (vernal equinox) atau Paskah (easter). Hal itu karena diyakini matahari telah berhasil mengalahkan kekuatan jahat kegelapan sehingga durasi siang menjadi lebih lama, serta munculnya pertanda musim semi.

            Hal lain yang menarik adalah tentang keduabelas muridnya. Angka 12 disebutkan berulangkali dalam alkitab. Angka dua belas dari murid Yesus ini pula sebagai simbol dari zodiak dimana Yesus adalah mataharinya. Jika kita melihat pada gambaran zodiak, akan kita temukan bahwa lingkaran zodiak tersebut dibagi oleh garis bersilangan yang membaginya menjadi 4 bagian sebagai perwakilan dari keempat musim. Di tengah-tengahnya terdapat matahari yang juga dilintasi oleh garis bersilang tersebut. Jika kita pendekkan gambarnya, akan terbentuk lingkaran yang dilewati garis bersilang tersebut. Itulah yang disebut salib zodiak milik kaum Pagan.
Salib Pagan
Dan itupula mengapa pada kesenian okultis awal, Yesus selalu digambarkan dengan kepala selalu didepan salib, sebab Yesus adalah matahari.
Yesus di depan salib
Maka tidak heran pula bahwa pada banyak perayaan agama Kristen akan kita temui kesamaan dengan ajaran kaum Pagan berikut pula simbol-simbolnya. Bahkan simbol salib sendiri bukanlah simbol asli kaum Kristen. Simbol asli kaum Kristen adalah ikan. Mengapa ikan? Inilah penjelasannya.
Lambang awal Kristen

            Dalam ilmu perbintangan dikenal fenomena titik balik matahari. Orang-orang Mesir kuno dan jauh sebelum mereka tahu bahwa setiap 2150 tahun, matahari yag terbit saat titik balik matahari musim semi, akan menunjuk pada zodiak yang berbeda. Ini adalah akibat pergeseran yang terbentuk secara perlahan saat bumi berputar pada porosnya. Rentang waktu yang diperlukan bagi peralihan ke-12 simbol adalah sekitar 25.765 tahun (12 x 2150 = 25.800, hampir sama dengan 25.765). Fenomena ini dikenal sebagai tahun besar. Mereka menyebut setiap periode 2150 tahun sebagai satu era. Dari 4300 tahun sampai 2150 tahun sebelum masehi adalah era Taurus, sang Banteng. Kemudian tahun 2150 sampai 1 masehi adalah era Aries, sang Domba. Kemudian dari 1 masehi sampai 2150 masehi adalah era Pisces, dua ekor ikan dimana ini adalah era kita. Dan tahun setelah tahun 2150 masehi kita akan memasuki era baru, yaitu era Aquarius. Dalam alkitab perjanjian lama dikatakan bahwa ketika Musa kembali kepada kaumnya dia sangat murka karena melihat kaumnya menyembah patung banteng dari emas. Kenyataannya, (patung) banteng itu adalah Taurus, dan Musa adalah Aries. maka ketika era baru muncul, era lama harus ditinggalkan. Yesus adalah figur yang datang setelah era Aries, yaitu Pisces. Dalam perjanjian baru banyak ditemukan simbolitas ‘dua ikan’ ini.

We only have five loaves of breads and two fish. (Matt 14:17)

Jesus saw two brothers, they were casting a net, for they were fishermen. (when he started to teaching around Galilea)

Dari ayat-ayat tersebut kita melihat beberapa isyarat bahwa lambang atau simbol awal dari Yesus ini adalah Pisces, yang merupakan eranya.

            Menilik lagi tentang cerita Yesus, akan kita temukan seolah bahwa kisah Yesus adalah tiruan dari kisah Horus yang sama-sama dipersonifikasikan dengan matahari. Bahkan, jika kita melakukan penelitian, akan ditemukan lebih banyak lagi kesamaan antara agama Kristen dan agama orang Mesir. Thomas Paine (1737-1809) pernah berkata, “agama Kristen adalah bentuk parodi dari pemujaan terhadap matahari, dimana mereka menempatkan seseorang bernama Kristus sebagai pengganti matahari, dan kemudian memujanya sebagaimana memuja matahari.”.


            Pada tahun 325 di Roma, Kaisar Constantine mengadakan pertemuan dengan dewan di Nicea, yang kemudian dikenal dengan sebutan Konsili Nicea.

Konsili Nicea 325 M
Selama pertemuan inilah, doktrin-doktrin agama Kristen yang bersifat politik ditetapkan dan dimulailah sejarah panjang penumpahan darah serta penipuan spiritual atas nama Kristen. Dan kemudian selama 1600 tahun selanjutnya, Vatikan menancapkan kekuasaan politiknya atas seluruh wilayah Eropa, mengantarkan Eropa memasuki era kegelapan (Dark Age) yang diwarnai oleh kejadian-kejadian mengenaskan seperti Perang Salib dan Inkuisisi. Perlu diketahui, di masa Constantine, agama resmi Romawi adalah pemujaan matahari (Pagan). Kemudian karena melihat kenyataan bahwa sepeninggal Yesus, penganut ajaran Yesus (Kristen) terus berkembang dan semakin banyak serta mulai terjadinya perseteruan berujung perang antara kaum Kristen dan Pagan sehingga mengancam dan memecah belah Romawi,  maka Constantine memutuskan untuk menyatukan Romawi dalam sebuah agama tunggal. Maka, dileburlah simbol-simbol, tradisi-tradisi, dan ritus-ritus Pagan kedalam tradisi Kristen sehingga dapat diterima kedua belah pihak, maka diadakanlah Konsili Nicea tadi. Termasuk dalam Konsili Nicea adalah penetapan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Kemudian keputusan gereja menjadi mutlak dan tak boleh ditentang. Inilah yang menyebabkan Eropa saat itu berada dalam Dark Age.

2 komentar :

The Sacred Promise

Sebuah ikatan yang takkan pernah terlepas, lebih kuat dari ikatan rantai adalah ikatan kepentingan. Ikatan ini tercipta karena kesamaan kepentingan antarindividu. Maka tak heran jika ini sangat kuat bahkan bisa membenrangus apapun yang menghalanginya untuk mencapai tujuan bersamanya. Namun ikatan yang lebih kuat dari itu adalah ikatan golongan. Ikatan ini melebihi ikatan kepentingan. Jika ikatan kepentingan selesai saat kepentingan juga selesai, beda dengan ikatan golongan. Ikatan ini lebih kuat karena tercipta dari kesamaan golongan. Golongan adalah sekumpulan manusia yang memiliki kesamaan tertentu, entah fisik, karakteristik, asal, suku, bahasa, bangsa, atau yang lain. Semakin banyak manusia yang memiliki kesamaan, semakin kuat pulalah ikatannya. Bahkan ikatan semacam ini bisa saja mengancam keamanan sekitarnya. Apalagi jika golongan yang dimaksud adalah golongan yang berada dalam garis anarki. Lebih bahaya lagi. Namun, sebahaya-bahayanya golongan ini, takkan mampu memutuskan ikatan ini, yaitu ikatan aqidah. Kesamaan keyakinan biasanya lebih kuat dari apapun, karena apa yang mengikatnya juga tak mudah dihancurkan. Misalnya saja kesamaan aqidah Islam. Tentu ini adalah ikatan yang paling kuat, karena ikatan ini hanya bisa putus jika yang mengikatnya, yaitu Allah juga sirna. Namun, mustahil Allah akan sirna, maka mustahil pula ikatan ini akan putus.

The Sacred Promise, adalah sebuah janji suci peneguhan sebuah ikatan. Apapun ikatan itu, ia akan selalu diikat dengan sumpah untuk setia menjaga ikatan tersebut. Siapa yang tak menjaganya, akan dieliminasi. Dikeluarkan, bahkan dihilangkan dari muka bumi. Namun, terkadang, ia akan membuka 'pintu pertaubatan' untuk kembali mengikat dengannya.

The Sacred Promise, sebuah janji suci. Ia hanya akan hilang saat semua berakhir. Namun, akhir dari keberlangsungan ikatan itu, akan bermuara pada dua, baik dan buruk. Itu saja.

0 komentar :

Tak Tau Judulnya

Masa bodohlah...

kalau peduli dibilang overproteksi...
kalau berpendapat dikata curhat...
kalau terharu dikira merayu...
kalau nganter makanan disangka cari perhatian...
kalau membela disebut cari muka...

MASA BODOH...!!

Karena kita tak hidup dari kata mereka. Biarkan prasangka yang pada akhirnya menenggelamkan mereka, menghapus mereka, atau menyadarkan mereka. Biarkan.

Kalau kau takut dengan prasangka itu, maka itulah kebenaran buat mereka.

Stay Cool, tak perlulah sangkaan mereka kau tanggapi, toh cuma akan membuat mereka semakin senang saja. Kau tanggapi atau tidak, takkan merubah apapun dalam dirimu. Rubah saja sikap yang kurang sesuai dalam dirimu, biar kau semakin cemerlang, semakin bersinar, dan mereka semakin redup karena sangkaan itu.

Jika kau takut gelap, jangan bermain cahaya. Jika kau takut basah, jangan bermain air.

Tapi jika kau suka berkelahi, layani penantangmu. Kubilang penantangmu, bukan cari penantang. Berkelahilah hanya jika kondisi memaksamu begitu. Itulah idealismemu.

Aduh aku nulisnya kok nggak terkoridor sih... Jadi kemana-mana...

0 komentar :

Menembus hujan

Jadi ceritanya malam ini aku terjebak hujan dan pada akhirnya bertengger di sekre JNUKMI. Lama. Aku menunggu tak kunjung reda, bahkan sempat makin deras.

Aku ngenet. Untuk menghilangkan kebosanan. Dan serta juga menulis, mengetik maksudku. Akhirnya karena tak selesai-selesai hujannya, kuberanikan untuk menerobosnya. Jam 10 aku take off.

Di jalan sangat wow. Sebenarnya punya jas hujan, tapi malas pakai. Akhirnya tanpa jas hujan menerobos hujan di malam hari. Dengan kaca helm terbuka, tetesan hujan seolah seperti duri-duri yang menusuk kulit. Tss, tss, awh!

Di jalan pikiranku kumat. Aku mulai mikir aneh-aneh, sampai membayangkan jika aku terpeleset dan jatuh lalu tanganku dilindas ban mobil. Ih... Ogah banget sebenernya! Jahat sekali pikiranku ini... (T-T)

Oke, lanjut. Sampai mana tadi? Lupa. Ohya, pikiranku jahat, hiks...

Tapi segera kutangkis pikiran semacam itu, tidak, tidak, ya, ya, bisa jadi, bisa jadi... Bukan kayak gitu!

Pada suatu tempat, pikiranku mulai bener. Aku berpikir tentang sesuatu. Dua hal yang hampir sama, nekat dan berani. Berhubung aku nerobos hujan malam-malam, ya nyambunglah sama apa yang kupikirkan.

Antara nekat dan berani itu beda tipis, kataku. Kalau nekat itu tak tau resiko asal maju. Berani, tau resiko tetap maju. Nekat itu tanpa perhitungan, berani itu penuh perhitungan. Nekat itu bertindak tanpa pikir. Berani itu berpikir lalu bertindak. Nekat itu depannya N belakangnya T. Kalo berani depannya B belakangnya I.

0 komentar :

Sesuatu Bernama Keikhlasan

Dalam hidup, tak selamanya apa yang kita inginkan terwujud. Tak selamanya apa yang kita harapkan sesuai kenyataan. Pun tak selamanya impian-impian kita terrealisasi semua. Namun sebagian terdistorsi, tersingkir. Banyak yang bilang hidup ini tak adil lantaran dunia tak berpihak padanya, namun apa iya? Apa bukan sekedar pembenaran terhadap apa yang dia inginkan yang tak kunjung terlaksana? Ah, manusia memang suka berdalih...

Terkadang, kita bahagia, terlampau bahagia ketika mendapat apa yang kita inginkan. Bahkan terkadang, ketika terwujud apa yang baru terlintas dalam benaknya saja, seolah seperti sudah mendapata tiket Surga. Tiket Surga apa tiket ke jakarta? :v

Terkadang pula, banyak yang sedih, merana tiada akhir karena sebab impiannya dihancurkan takdir, katanya. Tapi masa? Apa bukan karena usahanya yang kurang maksimal? Atau, memang kehendak dari langit seperti itu? :v

Menghadapi bermacam alur cerita seperti itu, tak banyak yang lihai mengendalikan perasaan dan hatinya. Tapi tak sedikit pula yang mampu mengontrol emosinya. Sekarang yang menjadi pertanyaan, sampai kapan?

Banyak yang pada awalnya sangat menggebu dalam menghadapinya, terlalu semangat hingga menganggap dirinya seperti raja yang menghadapi pemberontak yang tertangkap, merasa kuat maksudku, ah kau ini..., namun pada akhirnya pada suatu titik, seketika, jatuhlah dia sejatuh-jatuhnya hingga tak mampu lagi bangkit. Kenapa? Karena tulangnya ikut remuk bersama ke-jatuhannya. Jika diibaratkan tulang adalah motivasinya untuk bangkit, maka jatuh itu telah menghancurkan motivasi utamanya hingga dia tak mampu lagi berdiri.

Ada juga yang dalam menghadapinya biasa saja, bahkan terlihat tak antusias di raut mukanya, namun dia mampu bertahan, lama, hingga dia mampu kendalikan jatuhnya. bahkan membuat jatuh itu terlihat seperti aksi  breakdance, memukau, keren, tak terbayangkan, wow, katanya.

Ini hanya soal manajemen hati. Hati yang bisa dimanajemen dengan baik takkan sempat merutuki kejadian yang tak sesuai dengan keinginannya karena dia lebih disibukkan dengan perbaikan atas apa yang terjadi. Sementara hati yang tak terkondisikan dengan baik, manajemennya buruk, maka dia takkan sempat melakukan perbaikan. Yang ada adalah perusakan hati. Kenapa perusakan? Karena dia gunakan untuk sesuatu hal yang bahkan anak kecil pun tahu itu buruk, seperti mengutuk, menyesali, mencemooh, memutungi (bahasa Indonesianya apa ya?) dan semacamnya.

Menghadapi masalah membuat orang yang memandang kita bisa tahu seperti apa kita. Karakter kita yang sebenarnya akan muncul ketika masalah menghadang. Karena itu, untuk membentuk karakter yang baik diperlukan latihan dan penanganan terhadap masalah yang baik pula.

Jika suatu ketika ketika dirimu menemukan ketidaksesuaian terhadap impianmu atau keinginanmu, janganlah mengutukinya, sebab takdir adalah hak Allah dalam memberikannya kepadamu tanpa harus berkompromi denganmu terlebih dulu. Namun bijaklah, karena kebijakan akan membawa kebajikan. Adakalanya yang kamu rasa tak baik itu adalah kebaikanmu jika kamu lihat dari sudut pandang lain.

Tetaplah melangkah. Serta, bawalah bekal terbaikmu. Bekal yang mampu menjadikanmu bijak menghadapi masalah. Adalah sesuatu itu bernama keikhlasan. Sebuah sikap heroik ketika egoismu juga berpeluang menguasai hatimu. Jika kau biarkan egomu kuasai hatimu, kau kalah. Namun ika biarkan ikhlasmu rajai hatimu, kau menang.

Keikhlasan adalah kata yang tak terucap, jumlah yang tak terbilang, dan nada-nada yang indah mengalir. Apakah dalam surah Al Ikhlash engkau temukan kata ikhlas? Tidak, namun Allah namai surah itu demikian. Begitulah Allah ajarkan kepada kita makna ikhlas.

0 komentar :

Curhatan seorang kakak

Baca judulnya, pasti udah tau kan isinya kayak gimana...

Suatu sore aku pernah berpikir, gimana ya rasanya jadi adek itu... Hmm, aku penasaran. Kenapa? Ya karena aku anak pertama, anak yang ditakdirkan menjadi seorang kakak saja. Dulu aku sempat berpikir, mungkin enak kali punya kakak, bisa buat tempat sharing-sharing. Karena, aku sebetulnya jarang curhat ke orang tuaku kecuali kalo lagi mood, dan itu biasanya juga jarang terjadi. Makanya aku lebih suka curhat di benda mati, bahkan kurang cocok juga disebut benda. Ya disini ini, di blog ini. Setiap huruf demi huruf yang terangkai adalah dari apa yang aku pikirkan dan rasakan. Jadi yaa....... terserahlah kalo dianggap aneh...!!

Dulu aku sempat berpikir juga, mungkin aku punya kakak yang hilang, hehehe...  Tapi, ah mana mungkin, pikiran yang terlalu mengada-ada itu. Yaah, namanya juga waktu masih labil.

Aku menjadi kakak sudah selama 15 tahun. Lelah rasanya. Hmm, tapi setelah kupikir, mungkin itu bukan lelah, tapi jenuh. Ya, kurasa karena itu terasa sama seperti rutinitas sehari-hari sehingga diri ini merasa jenuh dengannya. Sama kan, seseorang itu pasti akan jenuh dengan rutinitas yang selalu sama. Mungkin aku akan banyak diprotes dengan kata-kataku ini, tapi begitulah. Itulah kenapa aku sampai berpikir ingin punya kakak. Aneh, kalau kata temenku. Biarlah. Golongan darah AB, hahaha...

Suatu saat aku mendengar, eh bukan, membaca SMS dari ustadzahku. Aku lulus SNMPTN. Diterima di salah satu kampus di Solo. Di jurusan yang bahkan aku cuma ngasal milih karena bingung dan akhirnya ikut-ikut teman. Setelah aku masuk, yang pertama ingin kutuju adalah masjidnya. Wajar buatku. Lalu kemudian lembaga dakwah kampusnya. Mulai dari situlah aku merasakan sebuah hal yang sedikit nyaman. Disana aku punya banyak kenalan, yaa gak banyak-banyak amat sih. Tapi kalo dihitung dengan jari gak cukup. Oke. Setelah aku bergabung dengan lembaga dakwahnya, aku dimasukkan di departemen Kaderisasi. Mulai dari sinilah, semua bermula. Setelah berjalan sebulan, dua bulan, tiga bulan, aku mulai dekat dengan mereka -anak-anak kaderisasi. Nah, di setiap departemen itu ada koordinator ikhwan dan akhwatnya. Aku, setelah berjalan berbulan-bulan dan aktif disitu, aku mulai merasakan kedekatan dengan mereka berdua, kordep dan korwatku. Apalagi sering, setelah maghrib, aku dan beberapa anak lainnya diajak makan di nasi bakar dan dibayari full. Wah, asik lah. Itu juga bukan sekali dua kali, tapi sering. Selain itu, hubunganku dengan korwatku pun gak terlalu jauh seperti hubunganku dengan sekbid yang aku sampai sekarang gak kenal! Oke aku jelaskan dululah, dalam organisasi ini dibagi bebeapa bidang. Dalam setiap bidang ada kabid (ketua bidang) dan sekbid (sekretaris bidang). Kemudian dibawah bidang ada beberapa departemen. Setiap departemen ada kordep (koordinator departemen) dan korwat (koordinator akhwat). Nah, aku ada di bidang pembinaan, dan departemen kaderisasi. Paham??

Oke, lanjut. Kordepku ini orangnya asik. Seringnya kami satu pemikiran. Ketawa-ketawa bareng, dan ngobrol tentang berbagai hal, termasuk naruto. Aku juga sering diajak makan bareng, dan sering dibayari. Walaupun kadang aku gak nyaman juga liat muka sepanengnya, yang memberikan kesan 'marmos'. Seringnya wajahnya kebentuk jadi begitu kalo pas stress mikir banyak hal, atau distress-stresskan kali, hehehe... Dia juga tempramental orangnya, dikit-dikit emosi. Walaupun aku sebenernya juga gitu, tapi aku jarang ngeluarin emosi (marah)ku. AB, bisa ngehandle emosi. Tapi tetep, dia asik, after all.

Then, korwatku. Dia sebenernya juga asik. Cuma satu, dia akhwat, jadi gak bisa terlalu lepas ngobrol kayak kalo ngobrol antarlelaki. Tapi, whatever lah. Asik ya asik, seru ya seru. Kadang kalo aku SMSan sama dia suka berubah-ubah ekspresi wajahku, gak kebayang balesan SMSnya. Kadang kalo nanya-nanya atau curhat (eh curhat apa enggak ya?) ya ke dia. Dia juga sukanya ngingetin aku tentang hal-hal tertentu, yang kadang aku cuek aja sama hal itu. Kadang kalo lagi bosen atau jutek, aku SMS dia nanya apaanlah, sekenanya. Pernah aku liat di inbox HPku, total SMS dia sampe seratus lebih SMS. Wow...!!. Pernah aku ketemu dia di jalan. Aku liat dia, dan dia kukira juga tau keberadaanku, soalnya pas lampunya merah kita sebelahan. Tapi aku pura-pura gak liat dan gak tau. Trus pas lampunya hijau aku langsung ngebut duluan. Setelah sampai rumah, agak lama, aku akhirnya SMS, gak tahan akting pura-pura gak tau. Akhirnya gagal keren lah.

Aku seringnya menganggap mereka bukan selayaknya kordep dan korwat. Jarang aku nganggap mereka begitu, bahkan saat kepanitiaan sekalipun. Aku lebih seringnya nganggep mereka seolah kakakku sendiri. Ya, seolah aku punya kakak yang bisa diandalkan dan diajak melakukan berbagai hal. Aku pernah mengatakan kepada salah satunya, bahwa aku anggap mereka seperti kakakku sendiri. Itupun aku lakukan karena ingin melakukan ishlah, karena saat itu mereka lagi crash. Yaah, wajarlah, organisasi gak ada begituannya gak gurih, hehehe... Aku gak tau sih apa yang dia pikirkan setelah aku bilang begitu. Tapi satu hal, aku suka saat dia balas SMS atau komen di FB dengan emoticon "-,-", ":)" dan ":D". 

Oke, kembali lagi, itulah yang membuatku berasa lebih hidup disini. Lebih asik. Lalu suatu sore saat aku menjemput adekku, aku kepikiran lagi ini. Sambil mengendarai motor, aku merenung. Kenapa aku ditakdirkan menjadi kakak, bukan adek. Akhirnya kutarik beberapa kesimpulan. Pertama, inilah takdir terbaik dari Allah untukku. Kedua, kurasa ini adalah cara Allah untuk menjadikanku lebih dewasa. Ketiga, mungkin inilah bagaimana Allah tunjukkan kepadaku bahwa aku harus bisa mengayomi. Kalau belum bisa, inilah cara Allah mengajarkannya untukku. Keempat, apa yaa? Oh, sepertinya Allah ingin tunjukkan kepadaku bahwa aku bisa lakukan sendiri, bahkan memberi bantuan kepada orang lain, sehingga tak perlu Allah berikan kakak kepadaku. Itulah yang aku bisa simpulkan. Dan satu hal lagi, mungkin apa yang kuinginkan dari sosok kakak bukanlah ingin disayangi atau diayomi, tapi 'sekedar' diperhatikan. Sehingga dengan perhatian itu aku bisa merasa tenang, dan bisa menegakkan kembali punggungku untuk menunjukkan padanya rasa terima kasihku bahwa karena perhatianmu aku bisa berdiri lagi, lebih lama dan lebih kuat. Sehingga aku bisa tunjukkan apa yang sudah kucapai. :)

Curhat? Biarin, ih masalah buat lo? Emang cowok gak boleh curhat??

0 komentar :

Curcol tengah malam

Malam.

Aku ada di Bengawan Sport. Bersama-sama yang lain. Aku, dan manusia-manusia lain yang berproses tarbiyah, serta manusia-manusia binaan lainnya, sedang beradu kaki, beradu lari, beradu kelincahan memutar-mutar bola kesana kemari, melambungkan ke barat, selatan, timur dan utara. Kami terus berlarian bergantian selama dua waktu, yang dihitung dalam satuan jam. Ini dinamakan futsal. Dan, ya, sekarang aku kehausan.

Sekian.

0 komentar :

Menggurui guru

Ketika kita membuat guru marah namun dia bertahan dalam kesabarannya...

Ketika kita membuat guru lelah namun dia tetap kokoh dalam lelahnya...

Ketika kita membuat guru pusing namun dia tetap dalam kesadarannya...

Ketika kita membuat guru menangis namun dia tetap berusaha tersenyum...

Ketika kita membuat guru ikhlas sementara kita banyak memintanya...

Ketika kita membuat guru bahagia sedangkan kita berhasil...

Sebenarnya siapa yang lebih pintar? Tentu saja kita yang mengajarinya berbagai nilai saat mengajar kita...
Hahaha...

*)pemikiran salah satu murid yang bandel... Afwan ya ustadz, ustadzah... hehehe...

0 komentar :

Tertampar Hujan

Aku menulis ini tepat ketika awan menangis, ketika bumi dihujani peluru-peluru dari langit, ketika kilau sang mentari tak mampu menembus pertahanan uap yang telah berkondensasi. Deras. Namun sungguh merdu terdengar, bagai simponi alam yang sedang bernyanyi, entah dalam suka atau duka. Setiap gemericik seakan ingin menuturkan kisahnya, darimana dia berasal, untuk apa dia turun, dan kepada siapa dia diturunkan. Pun juga guntur yang terkadang, sesekali ia bersuara. Mungkin ia ingin menyuarakan ceritanya juga.

Ah, bicara tentang hujan, kupikir setiap insan di muka bumi ini akan selalu punya kisah terkenang dengannya. Terutama kaum remaja modern saat ini, yang menjadikan hujan sebagai tempat terciptanya cerita-cerita mereka. Kadang rangkaian indah, kadang sedih, kadang galau, kadang biasa saja. Semua berawal dan berakhir dari satu, hujan. Seolah hujan adalah tempat penyimpanan memori-memori yang berkesan di alam ini. Setiap kali hujan muncul, saat itu pula memori itu terpanggil.

Mengenang. gadis itu duduk di tepian jendela menerawangi panah-panah dari langit yang terus menerus menghujam wajah bumi. Ah, andai dirinya adalah bumi itu, mungkin ia akan menjerit karena tak tahan beribu-ribu butir air yang menghempas wajahnya sekejap. Dia terus menerawang. Kemudian memandangi langit. Wajah ayunya tak sanggup menjangkau ujung pandangannya. Ia ingin mendongak lebih jauh, lebih lama. Namun tulang atlasnya tak mampu terus menahan beban yang diberikan kepalanya, hingga akhirnya dia tertunduk kembali. Ia kini memandangi dasar lantai. Sesekali ia berkedip, hingga suatu ketika butir air matanya merembes keluar dan menetes. Ia terhenyak. kemudian ia mengerutkan matanya, bertanya pada dirinya sendiri, apa yang membuatku menangis?

Ia pandangi lagi keluar jendela. Hujan masih turun. Dia baru ingat, sejak hujan membasahi permukaan bumi, sejak tetes pertama dia lihat, dia merasakan sensasi yang lain. Dia teringat kejadian beberapa waktu lalu dengan seorang laki-laki. Dia marah. Dia juga sedih. Dia bingung.

Matanya kini menerawang menembus kaca jendela kembali. Perlahan matanya semakin basah, ia menangis, hingga sesenggukan. Lama. Hingga tangisnya sederas hujannya. Hingga air matanya menganak sungai. Neuron-neuronnya berdenyut, saling mengirimkan sinyal. Hingga dia mengingat kembali peristiwa yang belum lama dia alami. Dia membentak seorang lelaki. Bukan ayahnya, dia tak berani melakukan itu terhadap ayahnya. Namun ia lakukan terhadap kawannya, sahabat yang kadang sering dia mintai bantuan. Bahkan dia lontarkan kalimat yang tak perlu dia katakan, dia putuskan ikatan persahabatannya.

Dia adalah seorang lelaki. Jauh diseberang dimana gadis itu menangis. Dia terlihat biasa saja, bahkan setelah kejadian yang terjadi antara dirinya dan gadis itu. Dia terlihat asik di depan laptopnya. Jari jemarinya terus saja melompat diantara tombol-tombol keyboard itu. Ia sedang berimajinasi dengan tulisannya. Menuliskan cerita tentang dunia indah dimana tak seorangpun rasakan kebencian. Ya, seperti di Surga memang. Namun ia sebut tempat itu Terra Pacifica. Dia sama sekali tak ingat akan kemarahan gadis itu.

Di tepi jendela itu, gadis berkerudung merah marun itu masih sesenggukan. Namun perlahan ia bangkit. Jari jemarinya melakukan seperti apa yang lelaki itu lakukan. Ia ketikkan kata demi kata hingga terangkai kalimat penyesalan.

"maaf, ini salahku..."

Satu menit. Dua menit. Tiga menit. Dia tunggu hingga akhirnya handphone miliknya berdering memecah kegundahannya.

"maaf utk apa?"

Singkat. Namun sangat menusuk. Apa dia tak ingat? Bahkan setelah kejadian yang membuat hatinya kalut, dia tak ingat sama sekali? Atau dia hanya pura-pura dingin saja?

"Karna kmarin aku marah2 sama kmu, bhkan mngtakan hal yg krng baik smpai hrus memutuskan ikatan prsahabatn kita"

Tidak. Sungguh, di hati gadis itu bukan kata persahabatan yang dia ingat. Lebih dari itu. Dia... menyukainya. Ya, gadis itu menyukai lelaki yang berada jauh di seberang rumahnya saat ini. Namun, dia tak bisa mengucapkannya, karena bukan itu yang hatinya mau. Dia tetap saja menyimpan perasaan yang terkadang meletus-letuskan hatinya itu. Sungguh, beberapa saat setelah dia mengenal lelaki itu, dia bersumpah untuk tak katakan isi hatinya kepadanya. Sebuah keputusan berat untuk wanita seusianya yang sering dilanda sebuah rasa. Namun itu adalah keputusannya. Dia sendiri yang mengambilnya.

"Ah, itu... Aku sdh hmpir lupa pdhl... hahaha..."

Dia lupa. Ah, bahkan malah tertawa. Ada apa dengan dirinya? Dia sakit? Atau mungkin malah karena efek tertekannya jiwanya?

"Maaf, kok malah ketawa?"

"Memangnya knp? Gk boleh?"

"Bkn bgtu... cm, apa kmu gk mrasa sedih atau menyesal krna prkataanku kmarin?"

"Enggak."

Satu kata saja. Namun sukses merontokkan keegoisanku. Kata itu dengan gemilangnya berhasil merobohkan bayang-bayang pikiran burukku hingga mentari harapan dapat menyinar kembali.

"Ha? Masa?"

"Sdh kubilang, aku hmpir lupa mslh itu... Eh kmu malah ingetin..."

"Oh, maaf..."

"Sdhlah... jgn trus2an minta maaf. Sekali2 berilah maaf jg..."

Tes. Tetes hujan terakhir yang menetes dari genting rumahku bersamaan kilauan mentari yang menelisik dibalik awan dan menerobos kaca jendelaku serasa begitu dramatis. Aku tertegun membaca SMSnya. Sekali2 berilah maaf jg, ah, mungkin dia benar. Kupikir, aku egois juga jika hanya terus terusan minta pembenaran. Aku bersyukur dia ada di seberang sana, berdiri diatas karang di bawah sinar-sinar mentari yang mengguyur lembut seluruh badannya. Dia benar.

"Iya... Jazakallah ya, sdh memaafkan dan mengingatkanku..."

"Iya, afwan..."

Seolah awan gelap sirna, dan mentari bersinar hangat kembali. Gadis itu mengusap air matanya dan tersenyum lagi. Masih ada harapan untuk cinta, pikirnya. Namun, dia khawatir apakah dirinya sanggup menjangkaunya atau tidak.


Begitulah, hujan membawa berbagai cerita cinta, benci, suka, dan duka. Bagi remaja saat ini, hujan juga menuliskan cerita kegalauan. Hujan merubah mereka menjadi makhluk paling melankolis. Antara harapan dan kenyataan kadang samar ketika hujan turun. Bahkan bagi seorang pemuda aktivis sekalipun, kadang pandangan visionernya hilang seketika dalam kegalauan.

Kesadaran diri. Itulah yang dibutuhkan. Kadang ketangguhan akan limbung tanpa kesadaran. Begitulah, kisah para pahlawan dan pejuang itu lebih heroik saat cerita mereka dituturkan kembali. Dan, cerita yang dibalut oleh rasa Ketuhanan akan lebih menakjubkan.

Saat itu, kaum Muslimin mendengar tentang rombongan kaum Quraisy yang kembali dari berdagang dari Syam. Kemudian Rasulullah mengumpulkan para shahabat untuk bermusyawarah mengenai hal ini. Salah seorang shahabat, Miqdad bin Aswad berkata, "Ya Rasulullah, kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti apa yang dikatakan oleh bani Israel kepada Musa, 'Pergilah kamu bersama Tuhanmu, kami duduk (menunggu) di sini', namun kami akan katakan 'pergilah bersama dengan keberkahan Allah dan kami akan bersama dengan mu !' ". Rasulullah tersenyum. Tak pernah akan kita lihat senyum seindah senyum beliau.

Namun beliau masih terdiam. Hingga pada akhirnya, salah satu pemimpin kaum Anshar, Sa'ad bin Mu'adz berbicara, "Wahai utusan Allah, kami telah mempercayai bahwa engkau berkata benar, Kami telah memberikan kepadamu kesetiaan kami untuk mendengar dan taat kepadamu. Demi Allah, Dia yang telah mengutusmu dengan kebenaran, jika engkau memasuki laut, kami akan ikut memasukinya bersamamu dan tidak ada seorangpun dari kami yang akan tertinggal di belakang. Mudah-mudahan Allah akan menunjukkan kepadamu yang mana tindakan kami yang akan menyukakanmu. Maka Majulah bersama-sama kami, letakkan kepercayaan kami di dalam keberkahan Allah".

Beliau lalu berkata,  "Majulah ke depan dan yakinlah yang Allah telah menjanjikan kepadaku satu dari keduanya (khafilah dagang atau perang), dan demi Allah, seolah-olah aku telah dapat melihat pasukan musuh terbaring kalah".

Mereka berangkat dan kemudian berhenti di daerah bernama Badar. lalu mereka membangun kemah-kemah disana untuk beristirahat sebelum perang. Pada malamnya, beliau berdo'a hingga tersedu,  "Ya Allah aku mengingatkan-Mu akan janji-Mu, Ya Allah jangan Engkau meninggalkanku, Ya Allah jangan Engkau membiarkanku, Ya Allah jangan Engkau menyianyiakanku. Ya Allah ini adalah orang Quraisy, mereka telah datang dengan kesombongan mereka. Mereka telah menentang dan menuduh bohong utusan-Mu. Ya Allah mana pertolongan-Mu yang Engkau janjikan.". Hingga kemudian, shahabat dekatnya, Abu Bakar datang dan menenangkannya.

Esoknya, saat perang akan meletus, ditandingkanlah tiga jagoan dari masing-masing kubu -Muslimin dan kafirin Quraisy. Namun, pada akhirnya kesombongan kafir Quraisy-lah yang menjadikan mereka terjerembab kekalahan. Kemudian perang tanding menjelma menjadi perang besar. Kaum Muslimin dan kafir Quraisy saling serang dengan kekuatan 313-317 kaum Muslim berbanding 1000-1300 kaum Quraisy. Meski kalah jumlah, namun hati mereka tak terkalahkan. Mereka memiliki keteguhan dan keyakinan yang membaja hingga dikatakan bahwa kekuatan seorang Muslim saat itu setara dengan kekuatan 10 orang kafir. Allah pun kabulkan do'a hambaNya yang telah menangis semalaman. Dia datangkan bantuan berupa malaikat yang berbaris-baris, turun menyongsong kaum kafir untuk segera menghabisi mereka, hingga bagi kaum kafir, kaum Muslim terlihat lebih banyak.

”Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka ….” (QS. Ali Imron :13)

Selain itu, sebelum perang terjadi, Allah turunkan rasa kantuk kepada kaum Muslim hingga kekuatan mereka kembali pulih setelah lelah menyerang fisik mereka. Kemudian, mereka dikokohkan kembali oleh Allah dengan diturunkannya hujan. Hujan menjadikan mereka lebih tegar, berani dan mantap dalam melangkah karena kembali kokohnya tanah tempat mereka berpijak, menyucikan mereka dari segala kotoran, menyegarkan pikiran mereka, dan memberikan semangat baru bagi jiwa mereka. Ya, hujan. Allah berikan kemenangan kepada mereka melalui hujan. Bahkan, jari-jemari yang bergetar ketakutan menjadi kembali terdiam kokoh. Tangan yang takut mengangkat pedang kini mampu menebas musuh dengan sekali ayunan. Kaki yang tak sanggup melangkah, bahkan menopang dirinya sendiri, sekarang sanggup berlari menghadapi lawan. Semua karena hujan turun. Ya, hujan membawa ketenangan. Hujan membuat pikiran-pikiran menjadi bersih kembali.

Andaikan mereka -para remaja- memaknai hujan sebagai motivasi, mereka takkan sanggup untuk cemas. Andai mereka melihat hujan membawa semangat, hilanglah kegalauan mereka. Andai mereka tahu hujan adalah rahmat, mereka takkan menangis karena suatu hal yang remeh. Ya, hujan. Dia mengajarkan kita untuk menampar kelemahan diri kita sendiri. Dia mengajarkan kita untuk tegar memandang masalah. Dia ceritakan kepada diriku bahwa tetes air yang memanah bumi ini adalah bukti keberanian dan pengorbanannya. Dia hanya hidup sesaat, namun terlahir berulang kali. Hujan.

0 komentar :