Curcol Anak Teknik Sipil

Bisa dibilang juga, inilah salah satu bukti benarnya janji Allah di surat Al Insyirah, "inna ma'al 'ushri yushro", bersama kesulitan ada kemudahan. Senin malem itu, gue ada acara penting sampai jam 22.00. Jadi otomatis, jadwal belajar gue berkurang drastis hanya dari jam 23.00 sampai 06.00 (22.00-23.00 asumsi perjalanan pulang ke rumah dan beres-beres). Sampai rumah, ternyata ngaret, tengah malem baru mau mulai. Tapi karena khawatir besoknya teler, akhirnya gue pilih tidur sejam dulu. Maka gue pasang alarm berturut-turut dengan interval 1 jam itu. Tapi kenyataannya, jam setengah 3 baru bisa bangun. Gue glagapan. Langsung gue bangun dan buka Take Home Test matkul Ilmu Ukur Tanah yang jumlahnya 16 lembar. Belum dikerjain sama sekali. Gue kasih waktu 1 jam untuk menyesaikan itu. Walau realitanya gak bisa selesai, bahkan ketika gue kumpulin sekalipun, itu belum selesai.
Saat itu Selasa dini hari, saat-saat paniknya gue. Hari itu adalah jadwal ujian 4 matkul. Bayangin. Dari jam 7 pagi sampai setengah 3 sore, nonstop. Bayanginnya aja udah bikin sesek kayak asma yang lagi kambuh. Makanya gue ambil langkah cepat dengan membagi belajar tiap satu jam.
Setelah Ilmu Ukur Tanah, gue belajar Persamaan Diferensial. Nyatanya molor juga sampai jam 5 gue pelajari itu. Karena juga, matkul ini diujikan jam 7. Pikir gue, yang lain bisa curi-curi waktu belajar di sela-sela transisi ujian. Lalu karena saking ngantuknya, gue tidur sebentar sampai sekitar setengah 6 pagi. Lalu bangun dan mandi, sarapan. Jam setengah 7 berangkat sambil boncengin ibu yang mau renang rutin di Tirtomoyo. Di jalan, karena udah pasrah, akhirnya cuma dzikir terus dan istighfar. Gue gak kebayang apapun. Cuma keinget dosa.
Lalu akhirnya perang pertama pecah. Persamaan Diferensial harus gue takhlukkan. Alhamdulillah lancar walaupun ada yang nggak bisa dikit. Lanjut perang kedua. Rekayasa Pondasi. Nah disini gue coba bikin sheet isinya rumus-rumus bab yang diujikan. Tapi kayaknya nggak nyandak. Pasrah. Temen gue cuman bilang, "sukses ya bro". Iye, makasih sob. Lalu kemudian gue masuk kelas. Gue nanya adek tingkat soal ujiannya nanti, boleh open book kagak. Eh malah dianya bilang, "kayaknya Take Home Test mas, dibawa pulang.". Ah serius lo? Gue bahagua campur was-was menunggu yang akan terjadi. Sampai jam 9 kelas belom masuk. Harusnya udah 15 menit lalu masuknya. Terus akhirnya setelah penantian lama, dosen jelas sebelah dateng dan bilang, "ini nanti kalian bawa pulang, kerjain di rumah, boleh kerjasama, tapi jangan mirip-mirip banget.". JEDERRRR. Gue pengen banget meluk itu dosen saat itu. Bahagiaaaaa banget. Gue bisa bernafas lega. Ada waktu lebih lama daripada cuma 90 menit ngerjain soal. Jadi di kelas cuma ambil soal dan lembar jawab trus presensi. Udah dadah.
Gue lalu ke masjid fakultas. Abis sholat Dhuha, gue niatnya belajar buat uhian terberat hari itu, Struktur Baja. Tapi nyatanya ngantuk lagi dan tidur. Jam setengah sebelas bangun dan masuk kelas. Di kelas, setelah nunggu beberapa belas menit, sang dosen datang. Kali ini gur was-was juga. Karena jujur gur belum belajar sama sekali. Cuma kerjain Take Home Test nya semalem. Tsrus dosennya ngomong blablabla, intinya akhirnya yang gue kerjain yang namanya Take Home Test itu, ternyata jadi ujiannya. Jadi di kelas kita tinggal ngumpulin dan presensi. Bahagiaaaaa lagi. Bisa bernafas lagi. Kayak orang asma dikasih inhaler. Serrr. Lega.
Lalu gue balik ke basecamp sehari-hari gue, kamar takmir masjid kampus. Karena ujian masih jam 12.40, gue istirahat dulu disana. Sampai masjid kampus, gue makan siang dan jajan eskrim. Lalu sholat Dhuhur. Abis itu baru perang terakhir. Perang terberat dengan musuh yang tabiatnya nggak bisa dipahami sama sekali. Kayak cewe lagi PMS. Gaktau maunya apa. Padahal gue ngandelin Open Book nya. Eh ternyata masih susah jugak. Sampe habis ujian gue chat dua temen gue, isinya "aku benci baja!" Hahahahah. Di kelas gue berasa kayak orang stress, kayak anak SMP yang dipaksa ikut ujian anak kuliahan. Nggak ngerti. Dan sejujurnya, matkul Baja ini adalah matkul remidi, karena gue udah ambil semester lalu tapi gagal juga. Dapet D. Makanya gue ngulang semester ini. Gue bolak-balik lembar demi lembar buku dan sheet, terus ambil bolpen coret-coret kertas, ambil kalkulator teruas pencet-pencet tombol, buka buku lagi, liat soal, coret-coret. Gak jelas. Sempat terbersit dalam pikiran gue untuk tiba-tiba teriak di kelas saat itu, "SOAL MACAM APA INIIIIH??!". Temen gue sendiri, yang gue kirimin foto soal ujian gue kaget. Katanya susah. Tapi kata temen gue, dosen gue ini enak kasih nilainya. Ya semoga aja. Gue tinggal bergantung sama nilai dosen. Banyak-banyakin doa biar Allah kasih kemudahan dosen ngasih nilai A sama gue.
Akhirnya perang hari itu selesai. Di akhir perang, di penghujung hari, gue kelelahan hingga akhirnya abis Ashar tertidur. Lelap. Sampe jam 17.00. Bangun-bangun gur baru sadar, "oiya gue lupa jemput adek gue!". Langsung cabut. Gue udah nggak mau ngungkit-ngungkit lagi. Udah gue kubur kenangan sehari dengan soal-soal ujian itu. Udah jadi mantan yang terlupakan. Gue mau move on.
Jadi kesimpulannya, ketika kita telah berada di titik terendah kita, jangan menghilang. Tapi kembalilah kepadaNya dimana semua berawal. Tawakkalkan kepadaNya. Rayulah Dia agar berkenan membantumu. Gimana caranya? Dengan apa-apa yang Dia suka. Pagi ini, di jalan gue nangis. Sumpah. Tapi karena pake masker, nggak kelihatan. Gue nangis sambil istighfar dan baca "hasbunallah wa ni'mal wakil ni'mal maula wa ni'man nashir". Gue nggak berdaya. Ngandelin belajar doank nggak akan cukup. Gue cuma bermuhasabah, inget dosa-dosa gue yang lalu. Gue nangis. Dan ngomong dalam hati, "Ya Allah, apa aku pantas dapet pertolonganMu?". Tapi di saat itu juga, gue juga berharap Dia menolong gue. Pokoknya gitu. Jadi mintalah dengan baik-baik kepadaNya dengan cara yang Dia sukai dan amalan yang Dia sukai.
Lalu, malem ini, gue belajar tiga matkul. Eh dua. Ujiannya sih besok dua, tapi kan yang Rekayasa Pondasi tadi dibawa pulang, jadi harus dikumpulin besok jam 11.00 di kantor dosen. Gue kerjain itu nanti sama bikin sheet buat matkul Bahan Bangunan dan Properti Material abis bikin mie ramen instan yang gue beli beberapa hari lalu dari indomaret. Doain ujian gue lancar yaak. Aamiin.
Ohiya, gue mau ucapin makasiiiiih banget sama adek tingkat gue yang jawaban Ilmu Ukur Tanahnya gue salin. Makasiiiiih banyak. Without you, my homework just nothing, man...! Thanks.
Jazakumullah untuk yang udah menyempatkan diri untum membaca ini, semoga lain waktu bisa berbagi cerita lagi. Semoga menginspirasi.
:)

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply