Perihal Cemburu

Saat cinta menyapa hati, dia tak hanya membawa bunga-bunga merah muda bermekaran, tapi juga bara api merah menyala. Ia tak sekedar membawa indahnya kelopak cinta, namun juga nyala panasnya api cemburu. Sebab cinta dan cemburu memanglah dua hal yang berkaitan. Tidak mungkin ia menyatakan cinta tanpa kecemburuan.

Hal wajar ini jadi tidak wajar saat ia mulai tak terkendali. Hingga bara berubah kobaran. Yang kecil jadi membesar. Yang tertahan dalam hati mulai terungkap. Saat diri mengetahui ada kebahagiaan yang terpancar dari kepingan wajahnya tatkala berbicara bersama lelaki lain, datanglah cemburu. Ketika dia berusaha menggantungkan urusannya kepada lelaki lain, terbitlah cemburu. Pun saat dia sedang bersama lelaki lain, cemburu kembali hadir. Setiap dia berinteraksi dengan laki-laki lain, cemburu selalu menyertai.

***

Sesungguhnya Umar pun pencemburu. Hampir-hampir dia larang istrinya datang ke masjid agar tak ada lelaki lain yang akan memperhatikannya, jika saja dia tak ingat sabda Nabi untuk tidak melarang wanita ke masjid. Pun demikian saat Sa'd bertanya pada sang Nabi perihal jika istrinya didapati berzina dengan lelaki lain. Dia bertanya apakah harus ditangguhkan hingga bisa mendapatkan empat saksi. Meski demikian dan diiyakan sang Nabi, namun Sa'd tetap bertanya, "Bagaimana jika kupukul dengan punggung pedangku?". Hingga Rasulullah pun bersabda, "Tidakkah kalian heran dengan kecemburuan Sa'd? Sungguh aku lebih cemburu darinya dan Allah lebih cemburu dariku.".

Atau ketika sang ibunda Aisyah cemburu kepada Khadijah lantaran suaminya sering menyebutnya. "Bukankah Allah telah memberi ganti yang lebih baik?". "Demi Allah tidak, Dia tidak memberiku gantiku yang lebih baik.", kata suaminya, Muhammad. Atau tatkala Aisyah cemburu hingga membanting mangkok berisi roti dan kuah tersebab itu merupakan buatan istri Nabi yang lain yang dihadiahkan pada Nabi. "Mohon maaf, ibumu sedang cemburu.", kata Rasulullah sambil memunguti roti yang terjatuh dan disajikan kepada tamunya.

Bahkan manusia sekelas Muhammad pun memiliki kecemburuan. Tatkala dijumpainya ada lelaki yang merupakan kerabat istrinya, Mariyah al Qibthiyah, berada di rumahnya sedang kondisi kakinya telah terpotong sebab sesuatu, beliau langsung keluar rumah dengan rona wajah yang berubah. Umar yang mengetahui perubahan rona wajah beliau dan menanyakan soalannya. Setelah mengerti, dia hunuskan pedang kepada lelaki itu dan hendak membunuhnya. Sampai di rumahnya, dia perlihatkan kondisinya dan Umar pun berbalik pada Rasulullah yang baru saja mendapatkan kabar dari Jibril mengenai keadaan istrinya dan kerabatnya. Maka hilanglah kecemburuan Nabi setelah Allah memberinya kabar melalui Jibril perihal kemiripan anak yang dikandung Mariyah yang mirip dengan Nabi.

***

Kesemua kisah di atas adalah kisah mengenai kecemburuan. Hanya, cemburu mereka adalah cemburu yang baik, sebab terhadap pasangannya. Inilah pembeda terbesar saat ini mengenai cemburu mereka denganku. Aku, mencemburui wanita yang belum menjadi pendampingku. Karena itu, berat dan tak ada hak atasku untuk menuntut dirinya tidak berlaku demikian yang membuatku cemburu.

Cemburu yang diperturutkan benar-benar membakar hati. Logika pun turut terhenti saat cemburu menguasai. Hingga pada suatu titik, ia tak tertahan dan meledak. Kesulitan terbesar seorang pecinta adalah menahan cemburunya. Sebab cemburu adalah salah satu bukti kuatnya cintanya. Maka sungguh aneh dia yang nyataka cinta namun sedikitpun tak ada kecemburuan. Jangankan manusia, Allah saja memiliki kecemburuan terhadap hambaNya. Yaitu tatkala hambaNya berlaku dosa. Hingga dalam atsar disebutkan, "Aku menciptakanmu untuk diriKu, maka janganlah bermain-main. Dan Aku menjamin bagi dirimu dengan rezekiKu, maka janganlah merasa payah. Wahai anak Adam, carilah Aku niscaya engkau akan mendapatiku. Jika engkau mendapatiku, niscaya engkau akan mendapatkan segala sesuatu. Jika Aku tidak mendapatkan dirimu, niscaya engkau tidak akan mendapatkan segala sesuatu. Aku lebih baik bagi dirimu dari segala sesuatu.".

Allah juga cemburu jika lisan hambaNya tak digunakan untuk menyebut namaNya, tapi sibuk menyebut nama selainNya. Jika anggota tubuhnya tak digunakan untuk menaatiNya, tapi sibuk mendurhakaiNya. Dia Maha Pencemburu.

***

Maka, cemburu sesungguhnya hal wajar pada manusia. Hanya, jangan biarkan ia yang menguasai hati. Orang yang kucintai memberiku sebuah pesan untuk diingat dalam hati saat cemburu, rindu, atau sedih mulai menggelayut.

Maa fii qalbii ghairullaah

Tak ada dalam hati kecuali Allah. Maka, ketika kecemburuanku mulai nampak kembali, kuingat pesannya, dan kuingat bahwa Allah adalah pencemburu, sehingga tak layak menduakan dalam hati cinta yang melebihi cinta kepadaNya. Kata pepatah, tak ada dua cinta dalam satu hati, sebagaimana tak ada dua sesembahan di atas langit. Maka, belajar mengendalikan cemburu yang belum waktunya adalah belajar lebih mencintai Tuhan pemilik hati yang cemburu. Hingga kecintaan itu mengantarkan kepada kecintaan pada dirinya atas dasarNya.

Dari pencemburu yang mencintaimu
Namun belum memiliki hak apapun atasmu
Namun ingin bersegera memilikinya

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply