Tentang Rindu

Setiap malam kerinduan tiada mereda
Setiap hari kuingin berdekatan dengannya
Tiada sesaat pun ingatanku beralih darinya
Setiap waktu aku harus menepis derita
Kucinta keturunan Al Awwam sepenuh cinta
Karena dia kucintai pula saudara-saaudaranya
Gelang para wanita bergemerincing indah
Tak semerdu gemerincing gelang Ramlah

***

Malam ini terasa panjang dengan derai air mata
Hatiku terasa kelu karena derita yang mendera
Kutahan derita malam ini sambil menghitung bintang
Cinta membuat hati terasa terpotong-potong
Jika disana ada bintang yang menghilang
Mataku berpendar mencari bintang yang datang
Andai tidak kuingat jalinan di antara kami
Kan kudapatkan hatiku memberontak tiada terkendali
Setiap kekasih tentunya mengingat kekasihnya
Pertemuan setiap hari yang diharapkannya
Ya Allah, ringankanlah kerinduan yang mendera
Doa dipanjatkan dan Engkau mendengarnya
Kupanjatkan sepotong doa setiap waktu
Karena keinginan yang menyembul di dalam diriku

***

Tatkala kuseru tangis dan kesabaran
Setelah di antara kita ada perpisahan
Dengan patuh tangis memberi jawaban
Dan tiada jawaban dari kesabaran

***

Syair pertama adalah syair dari Khalid bin Yazid bin Mu'awiyah yang seketika jatuh cinta pada putri Zubair bin Al Awwam, Ramlah. Syair kedua adalah syair yang disenandungkan istri Yazid bin Sinan. Dan syair ketiga anonim.

***

Kalau kata Dilan, "Jangan rindu. Rindu itu berat. Kamu takkan kuat.". Dan memang benar bahwa rindu teramat berat dirasa. Syair-syair di atas sebagai bukti, bahwa manusia-manusia di awal peradaban Islam pun merasakan rindu. Sebab rindu adalah manusiawi.

Jarak adalah halangan bagi rindu. Ia yang merindu akan tersiksa oleh jarak yang terasa menjauh. Sebab rindu hanya menghendaki adanya pertemuan. Apalah arti rindu bila tak usahakan temu. Maka pada masalah rindu, bila ia telah mengancam nyawa seseorang akibat dirundung rindu tak berkesudahan yang menyebabkannya lemah dan sakit-sakitan, diperbolehkan mempertemukan dua kekasih yang sedang dilanda agar berkurang sakitnya dan segera pulih kondisinya.

***

Memang rindu itu berat. Sama beratnya saat mengiyakan keputusan untuk mengurangi komunikasi yang tak dikehendaki demi mencari ridhaNya. Aku mengerti bahwa rasa cinta tak selalu mesti diperturutkan inginnya. Bahkan harus ditentang jika justru membawa bencana. Namun, perasaan sejati yang terus membelenggu hati ini meronta, meminta perjumpaan yang tak berkesudahan. Sebab dia mengancam, bila tak diperturutkan, dia akan mendera hati dengan kerinduan tak terbayangkan.

Hari-hari pertama menjalaninya terasa sangat berat dan lama. Sebab yang biasa selalu menyapa tak sering lagi bersua. Hingga akhirnya hanya kenangan yang terus menyeruak keluar dalam pikiran. Karena itu, selalu kuusahakan untuk mengingatkan hati bahwa kerinduan bisa menjadi nyala semangat. Bila temu yang diharapkan, maka kerinduan adalah dorongan untuk segera menuntaskan segala tanggungan urusan. Agar pertemuan kian dekat. Agar resah tak kian menggelisah. Agar bahagia makin menggenap.

Maka pada titik ujian ini aku merenung, barangkali Allah sedang merinduiku tatkala aku terlampau asyik bersenda gurau dengan ciptaanNya, hingga Dia timpakan penyadaran agar kembali mengingatNya. Barangkali Allah sedang rindu pada tangis di sepertiga malam, pada doa-harap yang dilangitkan, pada keinginan-kebutuhan yang didoakan, pada tilawah-tilawah merdu melantun, atau pada rakaat-rakaat sedekah penggenap amal. Barangkali Allah ingin ingatkan pula, bahwa Dialah yang harus dinomorsatukan dalam hati. Maka maafkan hambaMu Ya Allah, yang belum sanggup untuk kuasai kehendak hati. Maafkan hambaMu yang tak peka dengan sinyal rinduMu.

Pada akhirnya, pada rakaat-rakaat selanjutnya, pada jalan-jalan meliku yang dilalui, pada tiap langkah di kesunyian, desiran air mata mengalir meneteskan penyesalan lantaran rindu yang tak segera kubalas.

Ya Rabb, Aku merindui salah seorang hambaMu. Dan kuharap dia pula merinduiMu. Maka izinkan kami Engkau pertemukan karena rindu kepadaMu. Agar separuh kami menggenap. Agar rindu kami sama tersampainya kepadaMu.

Dan izinkan setelah ini, tak lagi kusampaikan ungkapan rindu kepadamu selain jika aku telah siap menghadap ayahmu. Maka satu pintaku, tunggulah aku.

Kepada yang kurindui segenap hati
Bahwa aku tak pernah mengkhianati perasaanku
Maka rinduku padamu adalah kenyataan sejati yang terus bergemuruh menjadi daya juangku
Bahwa aku ingin engkau mengetahui, bahwa disini aku berjuang menepis kekalutan hati
Agar selesai amanatku sebelum beranjak padamu
Maka tunggu aku...

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply