Asa No Hikari –sebuah cerpen
A S A N O H I K A R I
(Cahaya di pagi hari)
CAHAYA
pagi bersinar dari ufuk yang menyinar langit dengan warna merah. Awan-awan
masih tipis bergelayut hendak mengiring munculnya sang surya. Sementara
burung-burung sibuk berkicau menyemarakkan bergantinya pagi. Aku, tentu saja
sudah sedari tadi bangun dan sholat Shubuh. Aku telah tersadar dari istirahatku
setelah semalam kakiku menginjakkan diri di atas bumi Allah yang lain, kota
tempat temanku menuntut ilmu baru. Ya, aku sedang berlibur di luar kota. Di
kota yang belum begitu kukenal kecuali lewat makanan, pakaian, dan bahasanya
yang berbeda dari daerahku.
Kumelangkah
keluar rumah kontrakan tempat temanku itu tinggal. Udaranya cukup segar meski
sekitar tigaratusan meter dari tempat ini adalah jalan raya yang cukup ramai.
Pagi ini aku diajak jalan-jalan keliling kampus temanku itu. Sebenarnya bukan cuma
aku, ada empat orang yang akan jalan-jalan.
Suasana
kampus itu ternyata sangat nyaman. Selain sejuk, banyak rerumputan, juga karena
tak jauh dari –entah itu disebut bukit atau gunung. Dari tempatku berdiri saja
aku bisa memandang luas cakrawala. Tapi bukan ini yang ingin kuceritakan.
Dibalik perjalanan ini, tergores luka dari sebuah ungkapan yang terselip rasa
cinta. Namun sejatinya tak pernah tersampaikan.
Setelah
puas jalan-jalan, kami kembali ke rumah kontrakan temanku setelah sebelumnya
membeli lauk untuk sarapan. Hari pertamaku ini tak begitu berkesan bagiku. Kami
cuma melakukan hal seperti aktivitas sehari-hari biasa.
Suatu
saat di hari pertamaku ini, aku dan ketiga temanku ingin jalan-jalan keliling
kota naik motor. Karena hanya ada dua helm, makanya kami harus pinjam dua helm
lagi. Satunya kami pinjam dari temannya temanku yang juga mengontrak rumah satu
kompleks dengan yang ditinggali temanku, satunya lagi kami pinjam dari seorang
akhwat teman SMA yang juga kuliah disana. Aku dan satu temanku yang punya
kontrakan ini yang disuruh meminjam kepadanya, setelah sebelumnya lewat SMS
kami meminta.
Sampai
di kampus, aku cuma menunggu di luar parkir, sementara yang mengambil adalah
temanku itu. Sebenarnya kalau pun aku yang mengambil juga bisa, tapi, aku
merasa tak mau. Ada sebuah rasa yang menghalangi, namun bukan benci.
Kami
akhirnya jalan-jalan keliling kota. Setelah Dhuhur kami baru pulang. Itu pun
karena temanku merasa capek. Kalau enggak, pasti bakal sampai sore.
Maklum, kesempatan langka untuk jalan-jalan begini.
Kulewati
hari ini dengan perasaan biasa saja, layaknya hari-hari normal lainnya. Aku
bahkan menikmatinya, dan merasa nyaman disana.
Hari
berganti. Ini hari keduaku. Mentari kembali menyingsing mengingatkan setiap
jiwa akan tugas dan tanggungjawabnya hari itu. Burung-burung kembali
menyanyikan melodi dan terbang diantara awan-awan. Hari ini pun, kami punya
rencana lagi. Kami ingin mengunjungi sebuah masjid yang desain arsitekturnya
sangat unik. Masjid itu berdindingkan semacam batako dan diselipkan banyak
ventilasi yang dicat hitam membentuk kalimat “Laa ilaaha illallah”.
Sangat sederhana namun bermakna. Lampunya berjumlah 99 dan disetiap ujungnya
terdapat satu asma Allah. Sementara pada mihrabnya, di depannya terdapat kolam
dan sebuah benda terbuat dari besi berbentuk bulat yang dilubangi membentuk
kata Allah. Sungguh sangat indah masjid itu. Disampingnya pun terdapat
Islamic Centre dan tempat pendidikan. Kami hanya foto-foto disana, selain juga
sholat sunnah.
Setelah beberapa jam kami pun pulang.
Mulai dari sini lah kisahku yang sebenarnya. Sorenya, saat aku sedang mandi,
karena iseng, temanku mengambil HP ku dan mengirimkan SMS kepada akhwat yang kemarinnya
meminjamkan helm itu.
“ Assalamu’alaikum. Sebelumnya aku minta
maaf kalau aku harus mengatakannya. Aku sudah sejak lama merasakannya, dan aku
ingin mengungkapkannya padamu. Kita tahu bahwa pacaran itu dilarang, makanya
aku hanya ingin mengatakannya bahwa aku sebenarnya sayang padamu. Terserah
setelah ini kamu mau menerimanya atau tidak, tapi hatiku sekarang lega. Aku
cuma tak mau terjebak dalam pacaran. Mmm, tapi satu hal, kita masih berteman
kan?”
Sekilas
terlihat islami. Sekilas terlihat bijak. Tapi aku bilang, ini sama sekali bukan
hal yang benar. Aku tak pernah menyangka akan seperti ini jadinya. Karena ini
bukan sesuatu yang menjadi kebiasaanku. Aku tak pernah menyatakan perasaan pada
lawan jenis, meski ia kusukai.
Aku
tercekat. Apa yang harus kukatakan setelah itu. Entah, aku bingung. Aku
terdiam. Sebenarnya aku sudah berusaha mencegahnya, tapi temanku itu
bersekongkol untuk melakukan ini padaku. Bahkan setelah SMS itu pun, HP ku
masih disembunyikan mereka. Aku jadi merasa malas berurusan dengan itu.
Akhirnya aku tak mepedulikannya. Malam harinya, setelah HP ku dikembalikan, aku
buka twitter. Kulihat dari tweet temanku si akhwat ini, ia
barusan menangis. Aku jadi merasa bersalah. Aku ingin mengatakan yangs sebenarnya,
tapi mereka menghalangiku. Katanya, agar tidak melukai hatinya kalau sampai
tahu yang sebenarnya. Sigh, aku batalkan niatku memberitahunya.
Sebenarnya inilah kegalauanku. Jujur, aku memang sejak SMA menganggapnya
istimewa, tapi aku tak pernah ada niat melakukan hal ini. Aku menyesal karena tak
menjaga HP ku dengan baik. Aku sudah berusaha meminta maaf padanya. Tapi
kurasa, dia akan lama memaafkanku. Dia akan sulit menerima ini. Jika maaf
telah terkata, maaf telah diterima, namun sikap tak seperti sediakala, hati
mana yang tak bertanya, ada apa? Inilah yang kurasa. Sejak itu ia berubah
sikap padaku.
Pagi
terakhir di kota itu. Semenjak kejadian semalam, mentari terlihat tak secerah
biasanya. Brung-burung seolah cuma asal bunyi. Dan awan-awan terlihat mendung
mengiring kepulanganku. Kami pagi-pagi sekali harus sudah berangkat ke stasiun
karena jadwal keberangkatan pukul enam pagi.
Aku
duduk di pinggir jendela. Wajahku tampak sayu, tak secerah biasanya. Aku hanya
memandangi sawah-sawah dan rerumputan dari balik jendela kereta. Temanku
mencoba menghiburku, tapi tak kugubris, karena aku merasa ini memang salah
mereka.
Asa no hikari, cahaya
pagi, kau bersinar tak seperti biasanya
Asa no hikari, kau
mengiring kepulanganku bersama kegundahan hati
Asa no hikari, andai kau
tahu bahwa ini akan terjadi, aku takkan pernah pergi kesini
Asa no hikari, andai kau
dapat kirimkan maafku kepadanya
Asa no hikari, mngkin
memang kata maaf tak pernah ckup tuk obati luka hati
Aku tak pernah tahu bagaimana
kelanjutan kisahku ini. Setelah kejadian itu, semuanya menggantung. Tapi satu
hal yang kutahu, dia marah padaku. Meski malam hari setelah aku di rumah, aku
telah katakana yang sebenarnya, namun ia akan tetap sulit menerimanya. Aku
sendiri, sejak itu selalu terpikirkan masalah ini.
Dalam diam kubersedih
Dalam tawa kumenangis
Dalam sujud kutersedu
Dalam do’a dan munajat
kumengadu
Hanya kepadaMu segala
kucurahkan, kukeluhkesahkan
Namun tak kuperlihatkan
pada orang lain karna ini masalah hati
Meski kugontai, kucoba
tuk tetap terlihat tegar
Meski kusedih, namun tetap
kucoba tuk perlihatkan ceria
Aku hanya ingin membuat hubungan baik
dengan orang lain. Aku cuma ingin bersahabat tanpa gangguan. Aku cuma ingin
mengatakan ,aku senang untuk bisa mengenalmu. Bahkan ketika dirimu sering
mengejekku, aku lebih senang akan hal itu. Aku rindu dirimu yang dulu. Aku
lebih menyukai dirimu yang lalu. Yang ceria kepadaku. Yang tak pernah berpusing
menanggapi perkataanku. Meski, apa yang kurasakan ini belum bisa tersampai,
karena memang bukan saatnya mengutarakannya. Meski, sudah sejak lama kupendam.
Memang,
hati tetaplah hati. Hanya kita dan Allah yang tahu. Yang rahasia dari hati,
akan tetap rahasia sampai Allah tunjukkan. Namun selagi Allah tak singkapkan,
aku ingin menutupnya, dan menjalani hari-hariku seperti biasa. Seperti cahaya
di pagi hari yang menyinar tanpa membedakan siapa pun.
–Siapa
pun yang membaca ini, fahamilah. Aku hanya ingin menceritakan, bahwa cinta itu
tak sekadar masalah ‘aku cinta kamu’ atau ‘kamu cinta aku’, namun ia lebih
berat, ia harus dibawa dengan tanggungjawab. Bukan asal diungkap saja. Karena
begitu asal diungkap, entah, siapa tahu, ia akan melukai hati yang dituju, atau
hati-hati lain. Kemudian ia akan menjadi beban jiwa karena merasa bersalah atau
tersalah. Percaya atau tidak, cinta adalah pengorbanan. Semakin ia mencintai,
semakin ia melepaskan, bukan merangkul dengan erat. Karena Islam mengajarkan
cinta dengan ikhlas,yang harus ikhlas dilepas bila yang memiliki, yaitu Allah,
memintanya kembali. Karena ia hanya titipan. Titipan bagi sebuah hati kepada
hati yang lain. Kau tahu, hati sangat sensitif dengan istilah cinta ini.
Sampai, ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, ia membawa serta
hatimu. Karena kau merasa ia bagian dari dirimu, karena kau mencintainya. Maka
saat ia hilang, kau sakit. Seperti sakitnya kehilangan anggota tubuh, bahkan
mungkin lebih. Maka pesanku, berhati-hatilah dalam menangani cinta. Jangan
sampai cinta melukai orang lain. Juga dirimu.
0 komentar :
Formulir Kontak
Labels
berbagi
(189)
curhat
(93)
inspirasi
(91)
nasehat
(89)
Agama
(70)
Cerita
(70)
Opini
(58)
Renungan
(43)
Tulisan Serius
(32)
Introspeksi
(31)
iseng
(27)
Kampus
(26)
Motivasi
(25)
Pengetahuan unik
(18)
Pengetahuan umum
(16)
Sejarah
(14)
cerpen
(13)
Pengetahuan Teknologi
(12)
puisi
(12)
Tidak jelas
(11)
Lirik
(8)
Konspirasi
(7)
Peradaban
(7)
Teknik
(6)
humor
(6)
Tips
(5)
Batas Negeri
(4)
FSLDK
(4)
Lomba
(4)
Temajuk
(4)
Arsitektur
(3)
Poster
(3)
resep makanan
(3)
Berita
(2)
Sipil
(2)
palestina
(2)
ASUSROGID
(1)
Game
(1)
IPA
(1)
KAMMI
(1)
ROG
(1)
WEAREROG
(1)
freeletics
(1)
Popular Posts
-
Ini tugas btw... Tugas kuliahku, wkwk... Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, term...
-
Di dalam agama Kristen, tanggal 25 Desember merupakan hari raya mereka yang disebut hari Natal atau kelahiran Yesus. Namun, be...
-
Pernah terpikir, atau mungkin sekedar terbersit, mengapa hati mesti melabuhkan pilihan pada brand bernama Asus ini? Dulu sewaktu SMA,...
-
Entah kenapa judulnya begitu, hahaha... Tapi keliatan keren aja pake judul gitu. Ini adalah kisah pendakian sebenarnya. Beberapa hari lalu...
-
Hati-hati dengan ilmu sihir sigil, karena ia merupakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesannya, hal ini seperti yang dilakukan free...
-
Beberapa waktu lalu, ketika kami sedang berkumpul dan berdiskusi (kalau itu disebut diskusi), guru kami membacakan kembali sebuah hadits yan...
-
Dalam menghadapi masalah, tak jarang, dan sering mungkin, kita membalutnya dengan keluh-kesah tak berkesudahan. Kita sering mendramatisir...
-
Original After modding Kita semua bisa merubah tampilan menu standard itu dengan tangan kita sendiri, artinya.. gak perl...
-
#Bagian 11 Aku, bahkan sempat terbayang tentang kematian dalam game seperti anime SAO. Tapi itu anime, kartun, cerita buatan. Sangat berbe...
-
Ada hal lucu saat saya sekali me reply cuitan salah satu kanal media alternatif di Twitter, Tirto . Saat itu Tirto membuat cuitan dari art...
Posting Komentar