Dracula Untold vs History of Dracula
Dracula, dalam banyak cerita selalu dikisahkan sebagai makhluk penghisap darah yang tinggal dalam kastil dan kegelapan. Namun benarkah demikian?
Belum lama ini muncul juga sebuah film yang berkisah tentang Dracula namun dalam versi yang sedikit berbeda. Lalu sebenarnya gimana cerita Dracula ini yang sebenarnya?
Film
Cover Film Dracula Untold |
beberapa waktu kemudian Vlad datang ke kamp Mehmed dan meminta berunding. Namun ternyata Mehmed tak menerima negosiasi itu. Mehmed tetap bersikeras untuk meminta 1000 anak dan beserta anak dari Vlad yang akan dilatihnya secara khusus. Vlad pulang dengan tangan hampa. Di tengah perjalanan, utusan dari Mehmed datang untuk menjemput anak Vlad, namun pada akhirnya mereka dibunuh Vlad. Mengetahui hal itu, Mehmed kemudian melakukan penyerangan ke kastil Vlad.
Vlad yang mengetahui bahwa kastilnya akan diserang kemudian pergi ke sebuah gunung untuk meminta bantuan. Disana dia bertemu dengan seorang vampire -manusia yang membuat perjanjian terlarang dengan iblis- dan membuat perjanjian agar dia bisa memenangkan peperangan dengan pasukan Mehmed. Kemudian dia meminum darah dari vampire dan mendapatkan kekuatan abnormal, melebihi kekuatan manusia dalam fisik, pendengaran, dan penglihatan. Namun dia memiliki pantangan, yaitu selama tiga hari dia tidak boleh meminum darah sama sekali, meski pada akhirnya dia melanggar pantangan itu dan menjadi vampire selamanya, makhluk yang abadi.
Ketika dia kembali dari gunung, dia mendapati kastilnya telah diserang. Lalu dengan segera dia keluar kastil dan membabat habis seluruh pasukan seorang diri. Mengetahui hal itu, Mehmed semakin marah dan bersiap menyerang kembali dengan pasukan yang lebih besar. Vlad yang telah memperkirakan bahwa Mehmed akan menyerang kembali segera memerintahkan seluruh penduduk untuk pindah ke kastil lain yang lebih aman.
Pada penyerangan kedua, pasukan yang lebih besar didatangkan Mehmed untuk menyerang Vlad. Vlad bertempur habis-habisan melawan pasukan Mehmed. Dia memanggil kelelawar-kelelawar dan memporakporandakan pasukan Mehmed dalam sekejap. Namun pada akhirnya istri Vlad mati terjatuh dari menara karena didesak tentara Mehmed. Anak Vlad pun diambil Mehmed.
Kemudian Vlad mendatangi kamp Mehmed dan memulai penyerangan bersama pasukannya yang sudah diubahnya menjadi vampire. Pasukan Mehmed hancur lebur, mati tak bersisa. mehmed dan Vlad pun berduel satu lawan satu di dalam salah satu tenda besar. Disana terdapat banyak koin perak yang merupakan kelemahan vampire. Meski pada awalnya terdesak, namun akhirnya Mehmed berhasil dibunuh dan kemenangan milik Vlad. Namun kemudian masalah timbul kembali, karena pasukan Vlad kini menjadi mesin pembunuh manusia intoleran. Merasa masih ada satu manusia yang hidup, yaitu anak Vlad, mereka mengepung Vlad untuk meminta anaknya disingkirkan karena dianggap menjadi penghalang. Vlad yang tidak mau membunuh anaknya pun tak punya pilihan selain menyingkirkan mereka semua. Akhirnya Vlad melakukan bunuh diri dengan menyingkap awan yang menyelimuti mereka dari sinar matahari -yang juga merupakan kelemahan vampire- hingga semua vampire itu terkoyak menjadi tulang belulang, tak terkecuali Vlad.
Vlad mati. Anaknya kemudian dinobatkan menjadi raja berikutnya. Namun, kematian Vlad hanya sementara karena ternyata ada seseorang yang menghidupkannya kembali dengan cara meminumkan darah kepada mayatnya. Vlad akhrinya hidup kembali, bahkan bertahun-tahun, berabad-abad kemudian. Hingga tiba di suatu zaman modern.
Sebelum menceritakan tentang Vlad III atau Dracula, kita perlu mengetahui kondisi yang ada disana ketika itu. Wallachia adalah daerah jajahan Hungaria sejak tahun 1200-an. Di tahun-tahun berikutnya, sekitar tahun 1300-an, Wallachia dimerdekakan Hungaria dan diangkatlah seorang raja bernama Basarab Agung. Kemudian dia digantikan Mircea I. Selanjutnya digantikan oleh Mircea II. Dalam menentukan siapa yang akan menjadi Mircea II ini terjadi perbedaan pendapat antara dua klan, yaitu klan Draculesti yang diwakili oleh Vladislav Dracul II dan klan Danesti yang diwakili oleh Alexandrue I. Akhirnya kesepakatan menyatakan Alexandrue I sebagai raja Wallachia dan Vlad Dracul II sebagai gubernur Transylvania.
Namun karena tidak puas dengan keputusan ini, Vlad II menggalang kekuatan untuk menjatuhkan Alexandrue I. Dia lalu meminta bantuan kepada Turki Utsmani yang merupakan musuh utama tentara salib Hungaria. Turki melihat ini sebagai peluang untuk menyerang kedudukan Hungaria. Maka akhirnya Turki membantu Vlad II menyerang Hungaria, namun dengan mengajukan perjanjian sebagai jaminan. Isi perjanjiannya adalah bahwa dia harus menyerahkan upeti secara berkala kepada otoritas Utsmani. Selain itu dia harus menyerahkan sejumlah anak laki-laki termasuk anaknya sendiri untuk diislamkan dan dijadikan tentara Turki.
Mengetahui hal itu, John Hunyadi yang merupakan perwira tinggi ordo naga (order of dragon) sekaligus sebagai gubernur Hungaria marah besar. Dia menganggap apa yang telah Vlad II lakukan sebagi pelanggaran sumpah ordo dan pembelotan (Vlad II adalah anggota ordo naga). Hal itu membuat pertahanan tentara salib bagian barat melemah bahkan kebobolan. Turki berhasil menduduki Wallachia dan menjadikan anak tertua Vlad II sebagai penguasa Wallachia bergelar Mircea II.
Satu tahun setelahnya, John Hunyad kembali menyerang dan berhasil menguasai Wallachia dan menempatkan seorang dari keturunan Danesti sebagai rajanya.
Pada tahun 1400-an, Vlad II merebut wilayah Wallachia kembali dengan bantuan tentara Utsmani. Kini, Wallachia merupakan tempat mengerikan dimana penguasanya seperti berjudi dengan taruhan nyawanya. Tak lama berselang, sekelompok pasukan dari ordo naga menyusup ke Wallachia dan menghadang Vlad II untuk diminta kembali memenuhi sumpahnya terhadap ordo. Namun karena menolak, Vlad II akhirnya dibunuh.
Vlad Dracul III atau Dracula
Perjanjian dengan Utsmani membuat anak dari Vlad II, Vlad Dracul III dan Radu dibawa ke Turki untuk dijadikan tentara Turki dan diislamkan. Di Turki, Vlad III lebih menunjukkan penentangannya terhadap guru-gurunya. Karena itulah dia sering mendapat hukuman fisik, seperti dicambuk, diukul, bahkan dijebloskan ke penjara. Dia mendekam di penjara bertahun-tahun. Disanalah dia belajar untuk survive. Disanalah juga dendamnya terhadap tentara Turki semakin bertambah.
Setelah Wallachia kembali dikuasai Hungaria, Turki ingin merebutnya kembali. Setelah berhasil, Turki menempatkan Vlad III yang telah dibebaskan sebagai penguasa Wallachia namun dengan pengajuan perjanjian seperti sebelumnya. Namun tak berapa lama, Wallachia kembali diserang dan dikuasai Hungaria. Vlad III ditahan. Selama di penjara, dia menarik perhatian John Hunyadi karena dia bukan tahanan biasa. Sementara hubungan John Hunyadi dengan penguasa Wallachia semakin memburuk. Kesal dengan itu, John Hunyadi melakukan embargo terhadap penguasa Wallachia tersebut. Kemudian penguasa Wallachia itu berbalik arah menyerang benteng tentara salib di Transylvania dan bersekutu dengan tentara Utsmani.
Mengetahui hal itu, Vlad III mengambil kesempatan untuk membujuk John Hunyadi agar mengizinkannya membantu berperang. John Hunyadi mengiyakan, namun dengan memberinya syarat, yaitu tidak memberikan pasukan. Vlad III menyanggupi. Kemudian dia kumpulkan pasukan dari petani dan warga sipil untuk menyerang istana Wallachia. Berhasil, John Hunyadi pun terkesan. Kemudian dia menjadikan Vlad III sebagai penguasa Wallachia menggantikan penguasa lama yang terbunuh.
Mengetahui hal itu, Turki segera mengambil tindakan antisipasi. Radu yang merupakan adik dari Vlad III yang telah menjadi Muslim dipersiapkan untuk ikut berperang. Dia digembleng untuk menjadi komandan Janissary, pasukan elite Turki Utsmani.
Wallachia sendiri sepeninggal penguasa lama menyimpan banyak persoalan, terutama korupsi. Untuk menghilangkan kejahatan sosial tersebut, Vlad III menggunakan sanksi tegas dan keras kepada siapapun yang diketahui melakukan kebohongan atau ketidakjujuran, yaitu dengan menerapkan hukuman sula. Sula sendiri adalah metode hukuman sadis dengan menusukkan kayu yang runcing dan sebesar lengan orang dewasa melewati anus hingga menembus kerongkongan. Maka kedepannya dia dikenal sebagai Vlad Tepes (Vlad sang Penyula, Vlad the Impaler).
Suatu ketika datang utusan Turki untuk menagih upeti. Upeti tersebut berupa uang 10.000 keping emas dan 500 laki-laki warga Wallachia. Sesampainya disana, Vlad III meminta utusan itu melepas surbannya. Karena menolak, Vlad III memerintahkan untuk menangkap utusan itu dan memaku surbannya pada kepalanya.
Mengetahui hal itu, sang sultan marah dan mengirimkan 1000 tentara janissary dibawah pimpinan Hamzah Bey. Namun berkat didikan dari perwira tinggi sewaktu di Turki, Vlad III dapat menghabisi pasukan Utsmani dengan pasukannya yang lebih sedikit jumlahnya. Kemudian mayat-mayat itu disula dan mayat Hamzah Bey diletakkan di tengah dengan sula yang lebih tinggi dari lainnya dan diletakkan di tepi sungai untuk menyambut kedatangan pasukan Mehmed II.
Mendengar kekalahan pasukannya, Mehmed II kemudian mengirimkan kembali pasukan dibawah komandonya untuk menyerang Wallachia. Total pasukan mencapai 90.000 orang, terdiri dari pasukan berkuda, infanteri, janissary, pasukan pemanah, dan sebagainya. Juga dengan persenjataan yang banyak, seperti meriam yang jumlahnya ratusan. Tak lupa juga ulama dan ara insinyur turut dikerahkan untuk membantu perang. Dalam pasukan itu terdapat satu orang yang tidak lain adalah adiknya sendiri, Radu.
Mendengar pasukan Mehmed II akan menyerang, Vlad III ciut juga nyalinya. Dia sempat meminta bantuan penguasa Hungaria (John Hunyadi telah mati dan digantikan anaknya). Namun ternyata tak direspon karena disana sedang ricuh perang saudara. Kemudian dia memerintahkan rakyat Wallachia ikut berperang dengan ancaman sula bagi yang tidak mau. Maka didapatkan tambahan pasukan sebanyak 20.000-an ribu orang.
Sejarah mencatat pertempuran dimulai pada tanggal 4 Juni 1462. Pasukan Turki berhasil mendesak pasukan Vlad III hingga ke pusat kota. Disana, setelah kurang lebih 13 hari bertahan, Vlad III mulai bosan dan berniat menyerang langsung ke arah sultan Mehmed II. Karena itu, dia menyamar dan menyusup ke dalam pasukan Utsmani dan mempelajari pertahanan mereka. Kemudian, dia perintahkan pasukannya untuk menyerang tenda sultan dengan tujuan serangan adalah sultan Mehmed II. Penyerangan dilakukan pada malam hari dengan membawa sekitar 7000 pasukan. Gagal membunuh sultan, pasukan Vlad III mundur.
Mehmed II berniat membalas serangan tersebut. Namun yang dia jumai adalah kota kosong tak berpenghuni. Rupanya Vlad III telah memindahkan warganya ke benteng di daerah gunung. Disana, dia sama terdesaknya. Bahan makanan sulit didapat, dan tentara Turki terus menyerang.
Utusan dari Turki datang untuk meminta Vlad III menyerah namun dia menolak. Mengetahui hal itu, istrinya yang tidak mau menjadi tawanan Turki memilih terjun dari kastil dan terjatuh di sungai Arges. Dia mati. Maka sekarang sungai itu dinamai sungai permaisuri (Raul Domnei). Menyadari kekalahannya, Vlad III melarikan diri ke wilayah kekuasaan Hungaria. Disana dia ditangkap dan dipenjara.
Sementara itu, Wallachia kini dikuasai Turki dan Radu yang telah memeluk Islam menjadi penguasanya.
Tentang kematiannya, ada yang menyebut dia mati minta dibunuh pasukannya sendiri. Namun sumber lain mengatakan dia mati dipenggal dan kepalanya dibawa ke Konstantinopel.
Penjelasan
Setelah membaca sekilas cerita dari film, atau bahkan sudah menonton filmnya, dan kemudian membaca kisah sebenarnya tentang Dracula ini, maka kita bisa mengetahui terdapat perbedaan cerita, terutama di endingnya. Dalam film, sultan Mehmed II diceritakan mati dibunuh Dracula. Sedangkan dalam sejarah aslinya, Dracula yang mati. Selain itu, ada beberapa hal lain yang juga menjadi perbedaan antara kisah sebenarnya dengan film.
Jika kita cermati lebih dalam, alur cerita dari film tersebut seolah ingin membuat citra Islam buruk dimata penonton. Kita lihat seperti apakah perangai sultan Mehmed II jika dibandingkan dengan Vlad III. Dalam film tersebut digambarkan bahwa sang sultan adalah orang yang arogan, tidak demokratis, dan mementingkan golongannya. Sedangkan Vlad III dicitrakan sebagai orang yang didzolimi, raja yang memperhatikan rakyatnya, dan ayah yang penyayang keluarga. Maka juga, di dalam cerita tersebut digambarkan bahwa pasukan Turki adalah sekumpulan orang yang haus kekuasaan, bengis, bertingkah seperti bar-bar. Padahal jika kita tahu, akhlak tentara Turki adalah sangat mulia. Seperti yang kita tahu dalam cerita penakhlukan Konstantinopel bahwa kualitas mereka adalah kualitas tingkat tinggi, bukan sembarangan orang. Namun begitulah Hollywood, mereka membuat cerita sesuai keinginan mereka. Yang baik bisa dirubah menjadi buruk, dan yang buruk bisa dibalikkan menjadi baik.
Dalam film tersebut juga dikesankan bahwa pihak protagonis adalah Vlad, sedangkan Mehmed menjadi antagonis. Jika orang yang awam tentang sejarah yang melihat film ini, maka bisa jadi mindset tentang sejarah Islam kabur dan terkotori imej-imej buatan Barat. Lebih lanjut, hal tersebut bisa meredupkan kebanggannya terhadap Islam, bahkan bisa berbalik apatis atau membenci Islam. Hal inilah yang oleh Ustadz Felix Siauw disebut sebagai upaya stigmatisasi negatif umat Islam.
Dalam film itu pula, dijelaskan bahwa Vlad mendapatkan kekuatan super demi melindungi rakyat dan keluarganya. Kekuatan ini didapat dari perjanjiannya dengan iblis. Hal ini menyiratkan bahwa upaya untuk melakukan kebikan -melindungi rakyat dari ancaman musuh- boleh dilakukan dengan menempuh berbagai cara, termasuk dengan jalan keburukan, bahkan kesesatan sekalipun. Ini jelas-jelas salah, karena dalam Islam, untuk melakukan kebaikan harus dilakukan dengan jalan yang baik pula.
Selain itu, dalam film tersebut digambarkan bahwa Dracula menjadi makhluk penghisap darah, dan dapat berubah menjadi kelelawar. Dia takut dengan cahaya matahari, dan lemah dengan perak dan salib. Saya garisbawahi dulu bagian lemah dengan salib. Ini menarik, karena disini kita melihat upaya penggiringan publik dengan sebuah simbolisasi, membuat fakta seolah-olah Kristen-lah agama yang benar dengan menunjukkan bahwa salib dapat menang melawan kegelapan Dracula yang menjadi vampire.
Kemudian kita garisbawahi Dracula sebagai makhluk penghisap darah, dapat berubah menjadi kelelawar, dan takut cahaya matahari. Agaknya semua fakta buatan ini berasal dari sebuah novel berjudul Dracula. Novel buatan Bram Stoker tahun 1897 inilah yang bertanggungjawab membentuk imej Dracula seperti itu. Dia adalah novelis beraliran realisme, maka novel-novelnya adalah novel berlatar sejarah.
Namun yang menarik adalah, ternyata fakta Dracula tidak tahan dengan sinar matahari ada benarnya. Saat dia ditahan di penjara bawah tanah selama beberapa tahun tanpa cahaya matahari, dia menderita penyakit langka yang saat ini dinamai porphyria. Dikutip dari forumsains.com, porphyria adalah suatu kelainan pada proses biosintesis heme, bagian dari hemoglobin, komponen sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen dan mengalirkannya ke seluruh tubuh. Pada penderita porphyria, terjadi peningkatan ekskresi porphyrin, enzim yang berperan dalam sintesis heme. Penumpukan porphyrin dalam jaringan tubuh menyebabkan urin berwarna merah keunguan, kulit sangat sensitif terhadap sinar matahari, dan -dalam beberapa kasus- penderitanya mengalami anemia parah.
Selain itu, yang juga menggangguku adalah surat perjanjian Mehmed II dengan Vlad III ditandatangani dengan darah padahal disampingnya terdapat lafadz Allah. Bagiku, itu adalah sebuah pelecehan dimana lafadz yang agung disandingkan dengan darah -yang menurut pendapat beberapa ulama dianggap najis.
Mungkin ada yang menemukan kejanggalan lagi dalam film ini, silakan dishare juga deh... Sekian dari saya.
Namun karena tidak puas dengan keputusan ini, Vlad II menggalang kekuatan untuk menjatuhkan Alexandrue I. Dia lalu meminta bantuan kepada Turki Utsmani yang merupakan musuh utama tentara salib Hungaria. Turki melihat ini sebagai peluang untuk menyerang kedudukan Hungaria. Maka akhirnya Turki membantu Vlad II menyerang Hungaria, namun dengan mengajukan perjanjian sebagai jaminan. Isi perjanjiannya adalah bahwa dia harus menyerahkan upeti secara berkala kepada otoritas Utsmani. Selain itu dia harus menyerahkan sejumlah anak laki-laki termasuk anaknya sendiri untuk diislamkan dan dijadikan tentara Turki.
John Hunyadi |
Satu tahun setelahnya, John Hunyad kembali menyerang dan berhasil menguasai Wallachia dan menempatkan seorang dari keturunan Danesti sebagai rajanya.
Pada tahun 1400-an, Vlad II merebut wilayah Wallachia kembali dengan bantuan tentara Utsmani. Kini, Wallachia merupakan tempat mengerikan dimana penguasanya seperti berjudi dengan taruhan nyawanya. Tak lama berselang, sekelompok pasukan dari ordo naga menyusup ke Wallachia dan menghadang Vlad II untuk diminta kembali memenuhi sumpahnya terhadap ordo. Namun karena menolak, Vlad II akhirnya dibunuh.
Vlad Dracul III atau Dracula
Perjanjian dengan Utsmani membuat anak dari Vlad II, Vlad Dracul III dan Radu dibawa ke Turki untuk dijadikan tentara Turki dan diislamkan. Di Turki, Vlad III lebih menunjukkan penentangannya terhadap guru-gurunya. Karena itulah dia sering mendapat hukuman fisik, seperti dicambuk, diukul, bahkan dijebloskan ke penjara. Dia mendekam di penjara bertahun-tahun. Disanalah dia belajar untuk survive. Disanalah juga dendamnya terhadap tentara Turki semakin bertambah.
Vlad Tepes |
Setelah Wallachia kembali dikuasai Hungaria, Turki ingin merebutnya kembali. Setelah berhasil, Turki menempatkan Vlad III yang telah dibebaskan sebagai penguasa Wallachia namun dengan pengajuan perjanjian seperti sebelumnya. Namun tak berapa lama, Wallachia kembali diserang dan dikuasai Hungaria. Vlad III ditahan. Selama di penjara, dia menarik perhatian John Hunyadi karena dia bukan tahanan biasa. Sementara hubungan John Hunyadi dengan penguasa Wallachia semakin memburuk. Kesal dengan itu, John Hunyadi melakukan embargo terhadap penguasa Wallachia tersebut. Kemudian penguasa Wallachia itu berbalik arah menyerang benteng tentara salib di Transylvania dan bersekutu dengan tentara Utsmani.
Mengetahui hal itu, Vlad III mengambil kesempatan untuk membujuk John Hunyadi agar mengizinkannya membantu berperang. John Hunyadi mengiyakan, namun dengan memberinya syarat, yaitu tidak memberikan pasukan. Vlad III menyanggupi. Kemudian dia kumpulkan pasukan dari petani dan warga sipil untuk menyerang istana Wallachia. Berhasil, John Hunyadi pun terkesan. Kemudian dia menjadikan Vlad III sebagai penguasa Wallachia menggantikan penguasa lama yang terbunuh.
Mengetahui hal itu, Turki segera mengambil tindakan antisipasi. Radu yang merupakan adik dari Vlad III yang telah menjadi Muslim dipersiapkan untuk ikut berperang. Dia digembleng untuk menjadi komandan Janissary, pasukan elite Turki Utsmani.
Wallachia sendiri sepeninggal penguasa lama menyimpan banyak persoalan, terutama korupsi. Untuk menghilangkan kejahatan sosial tersebut, Vlad III menggunakan sanksi tegas dan keras kepada siapapun yang diketahui melakukan kebohongan atau ketidakjujuran, yaitu dengan menerapkan hukuman sula. Sula sendiri adalah metode hukuman sadis dengan menusukkan kayu yang runcing dan sebesar lengan orang dewasa melewati anus hingga menembus kerongkongan. Maka kedepannya dia dikenal sebagai Vlad Tepes (Vlad sang Penyula, Vlad the Impaler).
Suatu ketika datang utusan Turki untuk menagih upeti. Upeti tersebut berupa uang 10.000 keping emas dan 500 laki-laki warga Wallachia. Sesampainya disana, Vlad III meminta utusan itu melepas surbannya. Karena menolak, Vlad III memerintahkan untuk menangkap utusan itu dan memaku surbannya pada kepalanya.
Mengetahui hal itu, sang sultan marah dan mengirimkan 1000 tentara janissary dibawah pimpinan Hamzah Bey. Namun berkat didikan dari perwira tinggi sewaktu di Turki, Vlad III dapat menghabisi pasukan Utsmani dengan pasukannya yang lebih sedikit jumlahnya. Kemudian mayat-mayat itu disula dan mayat Hamzah Bey diletakkan di tengah dengan sula yang lebih tinggi dari lainnya dan diletakkan di tepi sungai untuk menyambut kedatangan pasukan Mehmed II.
Mendengar kekalahan pasukannya, Mehmed II kemudian mengirimkan kembali pasukan dibawah komandonya untuk menyerang Wallachia. Total pasukan mencapai 90.000 orang, terdiri dari pasukan berkuda, infanteri, janissary, pasukan pemanah, dan sebagainya. Juga dengan persenjataan yang banyak, seperti meriam yang jumlahnya ratusan. Tak lupa juga ulama dan ara insinyur turut dikerahkan untuk membantu perang. Dalam pasukan itu terdapat satu orang yang tidak lain adalah adiknya sendiri, Radu.
Lukisan Sultan Mehmed II oleh seniman Italia, Gentile Bellini |
Sejarah mencatat pertempuran dimulai pada tanggal 4 Juni 1462. Pasukan Turki berhasil mendesak pasukan Vlad III hingga ke pusat kota. Disana, setelah kurang lebih 13 hari bertahan, Vlad III mulai bosan dan berniat menyerang langsung ke arah sultan Mehmed II. Karena itu, dia menyamar dan menyusup ke dalam pasukan Utsmani dan mempelajari pertahanan mereka. Kemudian, dia perintahkan pasukannya untuk menyerang tenda sultan dengan tujuan serangan adalah sultan Mehmed II. Penyerangan dilakukan pada malam hari dengan membawa sekitar 7000 pasukan. Gagal membunuh sultan, pasukan Vlad III mundur.
Mehmed II berniat membalas serangan tersebut. Namun yang dia jumai adalah kota kosong tak berpenghuni. Rupanya Vlad III telah memindahkan warganya ke benteng di daerah gunung. Disana, dia sama terdesaknya. Bahan makanan sulit didapat, dan tentara Turki terus menyerang.
Utusan dari Turki datang untuk meminta Vlad III menyerah namun dia menolak. Mengetahui hal itu, istrinya yang tidak mau menjadi tawanan Turki memilih terjun dari kastil dan terjatuh di sungai Arges. Dia mati. Maka sekarang sungai itu dinamai sungai permaisuri (Raul Domnei). Menyadari kekalahannya, Vlad III melarikan diri ke wilayah kekuasaan Hungaria. Disana dia ditangkap dan dipenjara.
Sementara itu, Wallachia kini dikuasai Turki dan Radu yang telah memeluk Islam menjadi penguasanya.
Tentang kematiannya, ada yang menyebut dia mati minta dibunuh pasukannya sendiri. Namun sumber lain mengatakan dia mati dipenggal dan kepalanya dibawa ke Konstantinopel.
Penjelasan
Setelah membaca sekilas cerita dari film, atau bahkan sudah menonton filmnya, dan kemudian membaca kisah sebenarnya tentang Dracula ini, maka kita bisa mengetahui terdapat perbedaan cerita, terutama di endingnya. Dalam film, sultan Mehmed II diceritakan mati dibunuh Dracula. Sedangkan dalam sejarah aslinya, Dracula yang mati. Selain itu, ada beberapa hal lain yang juga menjadi perbedaan antara kisah sebenarnya dengan film.
Jika kita cermati lebih dalam, alur cerita dari film tersebut seolah ingin membuat citra Islam buruk dimata penonton. Kita lihat seperti apakah perangai sultan Mehmed II jika dibandingkan dengan Vlad III. Dalam film tersebut digambarkan bahwa sang sultan adalah orang yang arogan, tidak demokratis, dan mementingkan golongannya. Sedangkan Vlad III dicitrakan sebagai orang yang didzolimi, raja yang memperhatikan rakyatnya, dan ayah yang penyayang keluarga. Maka juga, di dalam cerita tersebut digambarkan bahwa pasukan Turki adalah sekumpulan orang yang haus kekuasaan, bengis, bertingkah seperti bar-bar. Padahal jika kita tahu, akhlak tentara Turki adalah sangat mulia. Seperti yang kita tahu dalam cerita penakhlukan Konstantinopel bahwa kualitas mereka adalah kualitas tingkat tinggi, bukan sembarangan orang. Namun begitulah Hollywood, mereka membuat cerita sesuai keinginan mereka. Yang baik bisa dirubah menjadi buruk, dan yang buruk bisa dibalikkan menjadi baik.
Dalam film tersebut juga dikesankan bahwa pihak protagonis adalah Vlad, sedangkan Mehmed menjadi antagonis. Jika orang yang awam tentang sejarah yang melihat film ini, maka bisa jadi mindset tentang sejarah Islam kabur dan terkotori imej-imej buatan Barat. Lebih lanjut, hal tersebut bisa meredupkan kebanggannya terhadap Islam, bahkan bisa berbalik apatis atau membenci Islam. Hal inilah yang oleh Ustadz Felix Siauw disebut sebagai upaya stigmatisasi negatif umat Islam.
Dalam film itu pula, dijelaskan bahwa Vlad mendapatkan kekuatan super demi melindungi rakyat dan keluarganya. Kekuatan ini didapat dari perjanjiannya dengan iblis. Hal ini menyiratkan bahwa upaya untuk melakukan kebikan -melindungi rakyat dari ancaman musuh- boleh dilakukan dengan menempuh berbagai cara, termasuk dengan jalan keburukan, bahkan kesesatan sekalipun. Ini jelas-jelas salah, karena dalam Islam, untuk melakukan kebaikan harus dilakukan dengan jalan yang baik pula.
Novel Dracula |
Kemudian kita garisbawahi Dracula sebagai makhluk penghisap darah, dapat berubah menjadi kelelawar, dan takut cahaya matahari. Agaknya semua fakta buatan ini berasal dari sebuah novel berjudul Dracula. Novel buatan Bram Stoker tahun 1897 inilah yang bertanggungjawab membentuk imej Dracula seperti itu. Dia adalah novelis beraliran realisme, maka novel-novelnya adalah novel berlatar sejarah.
Namun yang menarik adalah, ternyata fakta Dracula tidak tahan dengan sinar matahari ada benarnya. Saat dia ditahan di penjara bawah tanah selama beberapa tahun tanpa cahaya matahari, dia menderita penyakit langka yang saat ini dinamai porphyria. Dikutip dari forumsains.com, porphyria adalah suatu kelainan pada proses biosintesis heme, bagian dari hemoglobin, komponen sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen dan mengalirkannya ke seluruh tubuh. Pada penderita porphyria, terjadi peningkatan ekskresi porphyrin, enzim yang berperan dalam sintesis heme. Penumpukan porphyrin dalam jaringan tubuh menyebabkan urin berwarna merah keunguan, kulit sangat sensitif terhadap sinar matahari, dan -dalam beberapa kasus- penderitanya mengalami anemia parah.
Selain itu, yang juga menggangguku adalah surat perjanjian Mehmed II dengan Vlad III ditandatangani dengan darah padahal disampingnya terdapat lafadz Allah. Bagiku, itu adalah sebuah pelecehan dimana lafadz yang agung disandingkan dengan darah -yang menurut pendapat beberapa ulama dianggap najis.
Mungkin ada yang menemukan kejanggalan lagi dalam film ini, silakan dishare juga deh... Sekian dari saya.
0 komentar :
Formulir Kontak
Labels
berbagi
(189)
curhat
(93)
inspirasi
(91)
nasehat
(89)
Agama
(70)
Cerita
(70)
Opini
(58)
Renungan
(43)
Tulisan Serius
(32)
Introspeksi
(31)
iseng
(27)
Kampus
(26)
Motivasi
(25)
Pengetahuan unik
(18)
Pengetahuan umum
(16)
Sejarah
(14)
cerpen
(13)
Pengetahuan Teknologi
(12)
puisi
(12)
Tidak jelas
(11)
Lirik
(8)
Konspirasi
(7)
Peradaban
(7)
Teknik
(6)
humor
(6)
Tips
(5)
Batas Negeri
(4)
FSLDK
(4)
Lomba
(4)
Temajuk
(4)
Arsitektur
(3)
Poster
(3)
resep makanan
(3)
Berita
(2)
Sipil
(2)
palestina
(2)
ASUSROGID
(1)
Game
(1)
IPA
(1)
KAMMI
(1)
ROG
(1)
WEAREROG
(1)
freeletics
(1)
Popular Posts
-
Ini tugas btw... Tugas kuliahku, wkwk... Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, term...
-
Di dalam agama Kristen, tanggal 25 Desember merupakan hari raya mereka yang disebut hari Natal atau kelahiran Yesus. Namun, be...
-
Pernah terpikir, atau mungkin sekedar terbersit, mengapa hati mesti melabuhkan pilihan pada brand bernama Asus ini? Dulu sewaktu SMA,...
-
Entah kenapa judulnya begitu, hahaha... Tapi keliatan keren aja pake judul gitu. Ini adalah kisah pendakian sebenarnya. Beberapa hari lalu...
-
Hati-hati dengan ilmu sihir sigil, karena ia merupakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesannya, hal ini seperti yang dilakukan free...
-
Beberapa waktu lalu, ketika kami sedang berkumpul dan berdiskusi (kalau itu disebut diskusi), guru kami membacakan kembali sebuah hadits yan...
-
Original After modding Kita semua bisa merubah tampilan menu standard itu dengan tangan kita sendiri, artinya.. gak perl...
-
Dalam menghadapi masalah, tak jarang, dan sering mungkin, kita membalutnya dengan keluh-kesah tak berkesudahan. Kita sering mendramatisir...
-
#Bagian 11 Aku, bahkan sempat terbayang tentang kematian dalam game seperti anime SAO. Tapi itu anime, kartun, cerita buatan. Sangat berbe...
-
Ada hal lucu saat saya sekali me reply cuitan salah satu kanal media alternatif di Twitter, Tirto . Saat itu Tirto membuat cuitan dari art...
Posting Komentar