Hipotesa Memori
"Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS. An Nur: 24).
Berangkat dari ayat tersebut, beberapa hari terakhir saya berusaha mencari artikel-artikel di internet yang membahas tentang memori. Memori adalah sesuatu yang sangat unik, dinamis, dan misterius. Unik karena sampai sekarang para ahli bahkan tak mampu menghitung secara pasti berapa kapasitas totalnya. Ada yang mengatakan 10 pangkat 15 (1 kuadrilliun), ada yang mengatakan setara 1 juta GB, ada yang berpendapat 1 TB, dan sebagainya. Namun mereka sepakat bahwa kapasitas memori manusia jauh melebihi super komputer. Dinamis, karena ia mampu berubah-ubah, terhapus, termodifikasi, bahkan menjadi permanen. Dan misterius karena tak ada yang tahu dimana letak pasti dan seperti apa bentuk memori tersimpan dalam otak manusia. Satu-satunya penjelasan yang agak logis adalah adanya protein yang berperan terhadap memori, seperti PSD-95 dan FABP5. Juga protein pada sel T memori dalam sistem imunitas.
Ayat di atas dengan jelas mengatakan bahwa kelak lidah, tangan, dan kaki akan menjadi saksi atas perbuatan kita. Hal ini berarti bahwa mereka memiliki "ingatan" semasa hidup di dunia. Lalu bagaimana mereka "mengingat"? Saya memiliki hipotesa bahwa setiap sel tubuh mampu "mengingat". Jika selama ini yang kita tahu adalah otak dengan neuronnya yang memiliki fungsi mengingat, maka bisa jadi sebenarnya organ-organ lain pun bisa. Saya pernah diskusi dengan lulusan kedokteran kampus saya mengenai ayat dan teori ini. Kemudian dia melontarkan pertanyaan, "Apakah ketika tangan dan kaki bersaksi itu dengan koordinasi otak atau tidak?". Jelas ini pertanyaan sulit yang mustahil terjawab, karena menyangkut ruang lingkup ghaib yang tak bisa kita jangkau juga. Namun coba ide ini disederhanakan. Ada beberapa bukti yang bisa dijadikan alasan penguatan. Pertama, adanya puluhan bahkan ratusan bukti dari peneliti yang meneliti kondisi psikologis dari pasien penerima donor organ (kebanyakan jantung) yang ternyata memiliki kesamaan sifat atau kelakuan dengan pendonor. Cerita-cerita itu bisa dibaca di internet. Kedua, adanya kemiripan sel di jantung dengan di otak. Belakangan diketahui bahwa sel jantung ternyata juga memiliki memori dan kerjanya pun tak ditentukan oleh otak. Bahkan ada yang mengatakan otaklah yang dipengaruhi jantung. Saat Allah katakan qalbun dalam Al Quran, sesungguhnya yang dimaksud secara fisiologis adalah jantung, bukan hati. Makanya Rasul katakan bahwa jika hati (jantung) itu baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, begitu pula sebaliknya. Karena memang fungsi jantung sangat vital, utamanya dalam menyuplai darah ke seluruh tubuh yang dengan suplai itu sel-sel tubuh dapat hidup dengan baik. Ketiga, seperti yang disebutkan di atas, dalam darah pun terdapat sel yang bisa "mengingat" virus dan benda asing yang masuk ke tubuh. Sel itu masuk dalam bagian limfosit (sel darah putih). Keempat, saya tertarik dan penasaran dengan yang disebut "kecerdasan sel" atau kecerdasan subatomik. Sebagai contoh, bagaimana DNA bisa dikodekan sedemikian rupa hingga tersusun kode genetik tanpa kesalahan? Siapa yang memberi tugas kepada tRNA dan mRNA untuk melakukan proses rumit itu? Apakah otak yang memberi perintah? Saya rasa tidak. Karena jika iya, otak akan kerepotan dengan pemberian perintah kepada milyaran sel tubuh yang terus menerus beregenerasi sedangkan pada waktu yang sama dia harus mengontrol berbagai aktivitas organ lain. Lalu siapa yang memerintahkan? Jelas Allah. Tapi dalam pembahasaan biologi, bisa jadi Allah berikan "kecerdasan" kepada sel untuk memiliki otonomi sendiri dalam mengatur aktivitas internalnya. Contoh lain dari kecerdasan ini adalah bahwa ternyata sel juga melakukan respirasi. Sel juga "bernafas". Hal itu bisa diketahui dengan adanya organel mitokondria pada sel. Juga adanya organel-organel sel lain yang memilik beragam fungsi.
Empat alasan di atas saya kira cukup untuk mewakili mengapa saya berhipotesa bahwa sel tubuh memiliki memori. Selanjutnya mungkin yang akan jadi pertanyaan adalah bagaimana memori tetap tertinggal dalam sel sementara sel melakukan regenerasi dan apoptosis. Ide yang terlintas dalam pikiran saya adalah bahwa bisa jadi ketika replikasi sel, materi memori juga direplikasi. Sehingga memori tetap tertinggal, sama halnya seperti materi genetik yang tetap ada pada tubuh kita. Namun tentu saja hal ini belum bisa dibuktikan. Mencari bukti fisik pada sebuah proses yang masih menjadi hipotesa tidaklah mudah. Namun bukti-bukti dalam cerita yang disebutkan di atas mengenai perubahan psikologis dari penerima donor organ bisa menjadi satu acuan mengenai "pewarisan" memori dalam sel. Dan jika memang memori tersimpan dalam protein, maka replikasi memori tidaklah sesulit yang dibayangkan.
Sebagai penutup, saya mengutip QS. Yasin: 65, "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.".
"Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya." (QS. Al Baqarah: 242).
Demikian hasil kontemplasi saya selama beberapa hari ini yang membuat galau. Haha. Dan tentu saja ini hanyalah hipotesa yang bisa jadi benar bisa jadi salah. Terlebih saya adalah mahasiswa Teknik Sipil, bukan orang yang sedang studi Biologi. Sehingga mungkin akan banyak kekurangan di sana-sini dalam pembahasan saya. Mohon maklum jika uraian saya kurang komprehensif.
0 komentar :
Formulir Kontak
Labels
Popular Posts
-
Ini tugas btw... Tugas kuliahku, wkwk... Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, term...
-
Di dalam agama Kristen, tanggal 25 Desember merupakan hari raya mereka yang disebut hari Natal atau kelahiran Yesus. Namun, be...
-
Pernah terpikir, atau mungkin sekedar terbersit, mengapa hati mesti melabuhkan pilihan pada brand bernama Asus ini? Dulu sewaktu SMA,...
-
Entah kenapa judulnya begitu, hahaha... Tapi keliatan keren aja pake judul gitu. Ini adalah kisah pendakian sebenarnya. Beberapa hari lalu...
-
Hati-hati dengan ilmu sihir sigil, karena ia merupakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesannya, hal ini seperti yang dilakukan free...
-
Beberapa waktu lalu, ketika kami sedang berkumpul dan berdiskusi (kalau itu disebut diskusi), guru kami membacakan kembali sebuah hadits yan...
-
Original After modding Kita semua bisa merubah tampilan menu standard itu dengan tangan kita sendiri, artinya.. gak perl...
-
Dalam menghadapi masalah, tak jarang, dan sering mungkin, kita membalutnya dengan keluh-kesah tak berkesudahan. Kita sering mendramatisir...
-
#Bagian 11 Aku, bahkan sempat terbayang tentang kematian dalam game seperti anime SAO. Tapi itu anime, kartun, cerita buatan. Sangat berbe...
-
Ada hal lucu saat saya sekali me reply cuitan salah satu kanal media alternatif di Twitter, Tirto . Saat itu Tirto membuat cuitan dari art...
Posting Komentar